"Kalau saja aku memiliki kemampuan menerawang. Akan kulakukan di awal. Agar tak selalu di rundung gelisah"
***
"Orang yang menyembunyikan identitas. Bisa jadi, dia nggak percaya diri."
Tiara spontan memberi penilaian. Perkataannya, bukan semata-mata hanya menilai orang itu. Melainkan terselip sindiran kecil, untuk orang dihadapannya.
"Atau orang itu pengecut," Nana memberi tanggapan. Dengan mengunyah nasi soto yang di pesan. Masih panas.
"Iya pengecut," mulutnya sedikit di sodorkan ke depan. Memberi penekanan.
Nana mendengus.
Terlalu jahatkah? Jika seadainya penilaian itu terlontar dari mulutnya. Disertai terkaan apa yang terjadi?
Kalau ia terbersit niatan mendekati. Seharusnya mampu berkata terus terang. Menampakan diri. Bukan mengajaknya bermain teka-teki, yang mempersuguhkan pertanyaan sulit, dan masih belum terpecahkan. Apalagi terkait hati seseorang.
Kalau untuk menjawab pertanyaan terkait soal yang di sodorkan dosen, sebagai tolak ukur yang kerap dijadikan parameter pemahaman mahasiswa terkait mata kuliah tertentu. Baginya, tak sesulit seperti ia harus menjawab ketersiratan orang itu.
Biarkan. Kalau lelah akan berhenti dengan sendirinya. Ia menenangkan diri.
Suasana kantin kebetulan saat itu ramai. Penuh sesak dengan mahasiswa yang memburu makan siang. Makanan yang ditawarkan di setiap warung, mampu membuat perut seakan menari-nari. Bau harum masakan, menusuk hidung, memenuhi seisi ruang. Terkait harga yang di patok, bisa di bilang terjangkau. Pedagang pandai menyesuaikan dengan kantong mahasiswa. Ada sekitar sepuluh warung dengan menu berbeda.
Soto, siomay, ayam geprek, pecel. Menjadi menu favoritnya. Di temani segelas jeruk hangat.
Mengocok perut.
Ukuran kantin yang tak terlalu besar. Bisa di bilang kurang mampu menampung keseluruhan total dari mahasiswa yang ada. Mengakibatkan, sebagian harus rela mengantri. Silih berganti.
Seharusnya di perluas.
Biar nggak sumpek kayak gini.
Di sini kan kita juga bayar.
Beberapa komentar meluncur dari bibir orang di hadapannya.
Nana hanya mendengarkan. Juga memberi pembetulan.
"Udah yuk. Makan di luar aja."
Orang yang baru masuk. Menggeret teman di sebelahnya.
Sangking tak mau berlama menunggu. Hingga sebagian ada yang memilih makan di area luar kampus. Banyak pedagang yang menjajakan makanan, atau pun cafe. Dengan menu yang tak kalah menggoda.
Kalau yang rumahnya dekat, memilih pulang. Hemat pengeluaran.
"Secret admirer."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kado Kelulusan
RomanceSepertinya, tak ada yang mampu menghindar persoal cinta. Keindahannya bertebaran di mana-mana. Tak terkecuali di hati perempuan berlesung pipit. Saat di perjalanannya menyembuhkan luka. Juga mencari jalan yang bisa membawanya pada ketenangan. Ia di...