"Ingin kuhentikan waktu. Saat malam membelenggu kita berdua.
***
"Ibu sudah peringatkan untuk istirahat. Nanti kalau penyakitmu kambuh lagi. Ibu juga yang repot."
Menghanpiri dengan tergesa, memapah Nana menuju kamar untuk bisa segera berbaring. Kondisinya masih belum membaik. Lemas. Rona wajahnya pucat pasi.
Hamid dengan kesiagaan. Mengiringi di samping membawakan tas.
Tak salah kalau ibu berbicara tentang memikirkan keadaanya. Misalkan terjadi sesuatu. Ibu yang harus bekerja lebih ekstra. Merawat, juga mengurus rumah. Padahal tulang-tulangnya mudah nyeri kalau kelelahan.
Lelaki itu meletakkan tas di atas meja kecil. Mengalihkan pandangan ke sudut, arah buku koleksi milik Nana tersusun rapi.
Perempuan pembaca. Batinya.
Harusnya ini baik. Membaca menjadi salah satu pintu seseorang mengetahui dunia, yang bahkan ia sendiri. Tak pernah menginjakan kaki di tempat di mana tempat itu di kisahkan. Membaca membuah pikirannya terasah.
Di tolehnya. Perempuan itu mengerang. Dengan mata terpejam.
"Kamu istirahat. Urusan pekerjaan, sementara ini biar aku yang menghandle. Kesehatanmu lebih penting."
Sejak kapan, lelaki itu mulai memperhatikan kesehatan orang yang sudah membantunya mengurusi keuangan usaha miliknya.
Tepatnya tadi. Ketika mengetahui tubuh perempuan itu terkulai lemah. Tanpa daya.
Naluri kepeduliannya muncuat. Ia paling tak tega melihat perempuan dalam kesusahan. Terlebih, orang itu berada dekat dengannya.
"Bersikap baik itu baik. Tapi jangan terlalu baik, nanti gampang di bodohi orang lain."
Ibu selalu menjadi pengingat baginya. Dalam segala hal. Terutama saat mengetahui anaknya yang merasa di kelabuhi konsumen.
Mengapa tidak? Barang yang sudah di beli tiga hari. Di kembalikan dengan seenaknya. Katanya barang cacat, rusak, jelek. Padahal sewaktu transaksi, barang itu dalam kondisi baik.
"Nggak apa-apa bu, anggap sedekah. Membuka pintu rezeki yang lain."
Jelasnya tenang.
Selain paras. Laki-laki itu memiliki kepribadian yang membuat siapapun terpana. Ganteng, baik, shaleh.
Subhanallah. Lelaki idaman.
Kejadian semacam itu juga yang pada akhirnya membuat pengeluaran tak sebanding dengan pendapatan. Segala bentuk kerugian tak pernah di catat.
Melalui laporan yang di buat Nana setiap bulan. Lelaki itu terbantu. Mengetahui gambaran pasti. Terkait posisi keuangan usahanya. Sehingga pengeluaran bisa lebih terkontrol. Apa saja yang perlu di beli. Apa juga yang tidak. Jadi tak ada pengeluaran percuma.
Seberapa pun ukuran suatu usaha. Membuat laporan untuk mengontrol kesehatan keuangan teramat penting.
Aku patut berterima kasih. Sebab Allah telah mempertemukanku denganmu.
Tapi melihatmu terbaring lemah. Hatiku ngilu.
Nana merasakan badannya menggigil. Angin kencang seperti menyergapnya dalam sekejap. Di dekapkan tangan untuk memperoleh kehangatan.
Lelaki yang mengetahui, dengan sigap memberinya selimut. Refleks.
Mirip dengan adegan di film. Pandangan keduanya, terasa dekat. Bertaut lama. Nana merasakan desiran hebat. Menerjang hatinya. Temboh yang mengelilingi. Hampir roboh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kado Kelulusan
RomanceSepertinya, tak ada yang mampu menghindar persoal cinta. Keindahannya bertebaran di mana-mana. Tak terkecuali di hati perempuan berlesung pipit. Saat di perjalanannya menyembuhkan luka. Juga mencari jalan yang bisa membawanya pada ketenangan. Ia di...