Angin segar

1 0 0
                                    

"Kau selalu menawarkan kebahagiaan di setiap kehadiran."

***

Rutinitasnya bertambah.

Kali ini tak perlu bermain kucing-kucingan lagi dengan ibu. Pergi atau pulang tanpa menanggung beban takut ketahuan.

Betapa enaknya, jika semua dilakukan dengan keterbukaan yang di terima.

Apa yang di perolehnya di kampus. Sekarang bisa di aplikasikan.

Mulai dengan metode pencatatan yang rumit, hingga paling sederhana. Untuk usaha yang masih dalam kategori mikro menengah.

Nana membuat pembukuan yang simple. Mudah di aplikasikan.

"Bagus. Bisa mempermudah pengonsepan."

Hamid memberi pujian atas pekerjaan pertamanya. Menunjukan awal yang baik.

Sehingga ia yakin, Nana bisa di andalkan untuk membantunya mengelola keuangan.

"Kalau konsepnya seperti ini. Nanti kamu juga bisa mengaplikasikannya sendiri."

Telunjuknya menitik data berkolom yang di pegang. Hamid manggut-manggut.

Ia merasa tak salah. Sudah memberikan pikirannya untuk memberi keputusan dengan spontan, yang biasnya suatu perkara bisa menunjukan hasil tak maksimal.

Tapi, kalau urusan menolong. Ia tak perlu berpikir banyak. Apalagi, untuk perempuan yang kini menghisi hati.

Benarkah, hatinya berkata dengan kejujuran?

Jika di nilai dari getaran yang dirasakan setiap kali ia berdampingan dengan Nana. Getar itu nampak nyata.

Namun ia bisa membungkusnya. Sehingga terlihat biasa. Hanya sebatas rekan kerja.

"Kenapa kamu nggak buka jasa pembukuan saja. Kan hasilnya lumayan."

Otak bisnisnya sudah menjamur. Apapun akan bisa di nilainya sebagai peluang, jika jeli melihat kesempetan. Menurutnya tak ada yang salah.

Selama apa yang dikerjakan, tak keluar dari jalur mencari rezeki halal. Lagian ilmu yang tak di manfaatkan, setajam apapun lama-kelamaan akan tumpul.

"Ngaco. Kemampuanku belum seberapa."

Tawanya membuat Hamid mengerjap aneh, sekaligus anugerah. Bisa menikmati keindahan ciptaan-Nya yang berwujud manusia.

Subhanallah

Tak hanya itu. Ketelatenan perempuan itu juga mampu membuatnya mengagumi.

Tuntutan kehidupan membuatnya harus lebih disiplin. Pandai membagi waktu, mana kategori penting. Mana yang hanya kegiatan membuang waktu, yang biasanya.

Aktivitas tak beguna lebih sering melenakan untuk membuat orang tak berbuat apapun.

Ayah melihat canda keduanya turut menunggingkan senyum. Nana segera menenggelamkan pandangannya dengan lembaran kertas.

Meskipun bekerja hanya dilakukan berdua. Akan ada jaminan, keduanya tak akan melakukan kegiatan di luar batas.

Di samping keduanya tahu akan sejauh mana seharuanya lawan jenis berhubungan. Ada ayah dan ibu yang selalu mengawasi. Apalagi pekerjaan di lakukan di rumah.

Sempat Nana merasa canggung. Tapi ia begitu membutuhkan pekerjaan.

***

Hari minggu. Pukul 09.00.

Pembicaraanya dengan ibu, terkait sejumlah hutang yang masih harus ditanggung. Membuat dirinya memberi cap sebagai anak yang tak berguna.

Kado KelulusanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang