숨겨진 결혼 (Secret Marriage) [Discontinue]

Min Yoongi & Chaerin Lee

Yoongi menghempaskan badannya ke ranjang.

Ia menghela nafas dan menatap ponselnya.

Ia melihat potret dirinya dengan Chaerin disana.

Foto yg di ambil oleh anak bangtan ketika mereka jalan bersama.

"Aiisshh.. Kurasa aku merindukanmu.."

Yoongi menghela nafas pelan.

Ia teringat akan dirinya di masa lalu.

Masa dimana ia baru bertemu dengan Chaerin.

Masa dimana ia selalu bersama dengan Chaerin.

Saat saat terbahagia baginya.

Flashback on

Yoongi kecil baru saja sampai di rumah barunya. Yoongi yg terbiasa sendiri akhirnya menjadi tak mudah bergaul dengan teman sebayanya.

Yoongi kecil tidak seperti anak kebanyakan.
Dia suka menyendiri dan menghabiskan waktunya dengan membaca buku.
Atau menonton kartun kesukaannya.
Tanpa ada yg menemaninya.

Ibunya seorang dokter, sedang ayahnya seorang pengusaha.

Kedua orang tuanya begitu sibuk dengan pekerjaannya hingga akhirnya dia pun menjadi pribadi pendiam dan individualisme.

Kurangnya kasih sayang, dan juga quality timenya yg jarang dengan keluarganya membuat sikap Yoongi semakin dingin terhadap apapun dan juga siapapun.

Rumahnya bahkan selalu sepi. Tak ada canda tawa seperti rumah keluarga lainnya, bahkan saat weekend pun, ibunya masih sibuk dengan pasiennya, dan ayahnya sibuk dengan lembaran lembaran kertas.

Dan weekend kali ini, lagi lagi Yoongi sendiri.
Yoongi menghela nafas. Rasanya ia bosan di rumah. Ia pun akhirnya memutuskan untuk keluar rumah.

Yoongi berjalan jalan di taman komplek perumahannya dan melihat begitu banyak anak kecil yg bermain disana.

Kulit Yoongi yg sangat putih terlihat bersinar saat berada di bawah terik matahari. Lalu seorang anak perempuan kecil lewat di depannya, dan ia terjatuh.

"Huuwwweeeeee" Anak kecil itu menangis. Yoongi yg di depannya hanya diam dan tak menghiraukannya.

"Huhuhuhu heii kamuu!!!" Yoongi menoleh ke kanan dan kemari.

"Siapa?"

"Kau! huhuhu" Gadis kecil itu menunjuk Yoongi.

"Aku?"

"Ya!! Ayo gendong aku! huhuhuhu" Yoongi berdiri. Baru kali ini ada yg berani memerintahnya.

"Kau memerintahku?"