"Lo telat mulu nyet, sekali - sekali dateng awalan emang nggak bisa?" kata Vai,
"Suka - suka gue lah, yang telat gue kenapa elu yang repot?" jawab Vina ketus,
"Ck,lu tu pagi - pagi udah uring - uringan aje lu nyet," kata Vai
"Bodo amat! Gue kelas dulu,bye!" jawab Vina seraya berjalan mendahului Vai,
"Istirahat gue tunggu di kantin!" teriak Vai yang hanya dijawab anggukan oleh Vina.
♣♣♣
-Author pov'
Pelajaran telah berlangsung selama 3jam, mapel yang akan dihadapi Vina kali ini yaitu Fisika, tapi dia bersyukur karena kali ini mapel tersebut kosong karena guru yang bersangkutan sedang ada dinas.
Jenuh, itu yang dirasakan Vina berada didalam kelas yang super ribut, akhirnya Vina memutuskan akan pergi ke rooftop,namun langkahnya terhenti ketika ada seseorang yang memanggilnya,
"Vin.." panggil seseorang tersebut, yang dipanggil menghentikan langkahnya,
"Yaa? Oh Reyhan, ada apa?" tanya Vina, ya dia Reyhan Efendy Saputra termasuk kategori cogan didalam kelas maupun sekolah, dia juga mengikuti ekskul basket.
"Aku mau cerita sama kamu bisa?" pinta Rey kepada Vina,
"Bahasanya nggak usah 'aku kamu' gitu biasa aja kek ke temen-temen lo yang laen,terus tumben banget lo mau cerita ke gue, oke lo mau cerita apa ke gue?" jawab Vina,
"Oh oke kalo gitu, ya gapapa kan sekali - sekali gue cerita sama lo,tapi gue nggak mau cerita disini lah Sav," kata Rey,
"Ya udah lo ikut gue ke atap sekolah aja kalo gitu, gue bosen dikelas," ajak Vina sambil berjalan mendahului Rey, yang diajak hanya mengikuti dari belakang tanpa berbicara. Namun, tanpa mereka sadari ada dua pasang mata menatap Savina penuh dengan kebencian, dia Vanessa. Ya... Vanessa Ratu Alivia.
♣♣♣
"Oke, sekarang lo mulai cerita lo, gue bakal dengerin," pernyataan Vina, dan Rey pun mulai bercerita apa yang ingin dia sampaikan.
"To the point banget si lo ke gue, kenapa lo yakin banget gue bisa bantuin lo? Hahahaha..." kata Vina dengan suara tawanya,
"Ya kan seenggaknya lo temen sebangkunya dia, bisa lah soalnya saingan gue temen gue sendiri Sav," jawab Rey,
"Tapi gue nggak janji Rey, lo bisa ngedapetin dia atau nggak semua itu kan tergantung rasa yang ada dihatinya, jadi lo juga mesti usaha Rey jangan gantungin semuanya ke gue, ngerti kan?" kata Vina yang membuat Rey hanya mengangguk sebagai jawabannya.
"Lo gak balik ke kelas?" tanya Rey ke Vina,
"Gak, lo duluan aja gapapa," jawab Vina singkat, lalu Vina mengeluarkan earphone dari saku jasnya,memasangkan pada hpnya untuk mendengarkan lagu favoritnya dan mulai membaca wattpad.
Rey yang disebelahnya tampak menghembuskan nafas berat karena lawan bicaranya mulai tenggelam dalam duniaya sendiri, tapi Rey punya cara tersendiri agar Savina meresponnya,
"Eh lo itu ya,ada temennya disini tapi lo malah asik maen hp," omel Rey seraya menarik earphone dan mengambil hpnya Vina dari yang punya,
"Balikinn Rey! suka - suka gue lah mau ngapain disini, lagian yang ngikut kan elu bukan gue yang ngikut!" bentak Vina dengan berusaha mengambil hpnya dari tangan Rey yang diangkat keatas, ya.. Rey tinggi dan tinggi Vina hanya sebatas pundaknya.
"Ambill dong, lo kan tinggi, hahahaha..." ejek Rey sambil berjalan mundur pelan - pelan,
"Lo ya! Dih.. Baru kenal juga udah rese bener lo! Ya udah si lo ambil aja hp gue dan gue gak bakal bantuin lo!" ancam Vina,
"Eitts.... Oke oke gue balikin, dan tetep bantuin gue ya Savina Cerlin Raninditya, plisss....." jawab Rey dengan nada memohon dan mengembalikan hp itu ke Vina,
"Gak! Batal! Gue nggak jadi bantu lo!! Wleee.." ejek Vina ke arah Rey dengan melangkah mundur seperti yang dilakukan Rey,
"Jahat lo Sav, plisss lahh... Ya ya ya.. Lo imut deh," jawab Rey dengan pujian palsunya,
"Emang gue imut dari dulu, lo nya aja yang baru nyadar hahahaha...." balas Vina,
"Najis! Sumpah ya lo pede bener, lo asli cewek apa bukan sih? Biasanya cewek kan jaim gitu kalo ke cowok," sambil mencubit gemas pipi tembem Vina,
"Aduh.... Sakit sakit Reyyy, lepasin bego! Pipi gue udah merah nii!!" rintih Vina, akhirnya Rey melepaskan cubitannya itu,
"Tadi lo bilang biasanya cewek itu jaim kan? Nah, gue kasih tau ya, itu nggak berlaku buat gue," jawab Vina sambil mengelus pipinya yang memerah karena bekas cubitan Rey,
"Hmm?? Masa??? Liat aja ntar kalo lo suka sama cowok juga ntar lo bakal jadi jaim," balas Rey yang membuat Vina terdiam dengan sendirinya.
♣♣♣
"Nyettt!!!! Lo kenapa tadi waktu istirahat gak nyamperin gue kekantin?!!!!" teriak Vai, yang sudah menunggu Vina didepan kelasnya,
"Allahu Akbar!! Sumpah ya lo nyet, bikin gue jantungan bego!" ketus Vina,
"Lah tumben lo nyebut nyett? seneng deh dengernya... Back to topic, lo kenapa tadi gak nyamperin gue dikantin? Mana hp nggak aktif lagi," omel Vai, yang diomeli justru memakai earphonenya kemudian menyetel lagu, dan melangkah menjauhi Vai,
"Woi kampret lo! Ditanya bukan jawab malah dengerin lagu, bawa sini hp lo, lo pulang bareng gue!" omel Vai seraya mengambil hpnya Vina dari genggaman sang pemilik,
"Alah lo tu ya cerewet kek mak - mak jual trasi dipasar tau gak! Balikin hp gue! Gue mau pulang sendiri!" bentak Vina, sambil mencoba mengambil kembali hpnya,
"Nggak lo harus pulang bareng gue!" bentak Vai tak kalah kerasnya seraya menarik Vina untuk ikut pulang dengannya,
"Vai! Lepasin gue! Sakit bego!!" pinta Vina, tanpa ada jawaban dari Vai ia terus menarik tangan Vina untuk menuju mobilnya.
♣♣♣
Sesampainya didalam mobil,Vai mulai bertanya ke Vina, kenapa sikapnya hari ini begitu aneh,
"Lo kenapa Cer? Ada masalah? Hari ini lo tu aneh banget tau gak," tanya Vai dengan nada sehalus mungkin,"Gue gapapa Va," jawab Vina singkat,
"Savina Cerlin Raninditya, lo kalo ada masalah cerita sama gue, lo itu udah gue anggep adik sendiri," ucap Vai dengan tegas, Vina yang mendengar namanya dipanggil lengkap oleh Vai langsung menundukkan kepala, karena jika Vai sudah memanggil na lengkapnya itu tandanya tidak boleh ada bantahan sedikit pun dari Vina,
"Gue nggak nyaman sekolah disini," jawab Vina, ya jawaban itu tidak membuat Vai terkejut karena memang sedari awal dia mengetahui bahwa bukan kehendak Vina bersekolah disini,
"Ya udah kita jalan - jalan aja dulu ya, lo butuh refresing nyet," ucap Vai seraya menghembuskan nafas berat.
Vina seorang gadis yang ceria namun menanggung beban yang begitu luar biasa beratnya, maka dari itu Vai ingin selalu berada didekat gadis tomboy itu. Tomboy bukan berarti gadis itu bisa menghadapi semua masalahnya sendiri, dia juga butuh tempat bersandar untuk sekedar melepas keluh kesahnya, dan Vai akan selalu siap untuk itu.
♣♣♣
KAMU SEDANG MEMBACA
My Complicated Story
Teen FictionTrauma, ya satu kata tapi dapat membuat masa kini dan masa depan seseorang menjadi tidak menentu. Savina Cerlin Raninditya, memiliki kisah keluarga broken home, asmara, pertemanan hingga persahabatan yang mungkin berbeda dari orang lain. Baginya sem...