-Author pov'
Vai berjalan menyusuri koridor ia ingin menuju atap sekolah,sambil memikirkan bagaimana caranya ia dapat menemukan Ressa.
^flashback onn,
Malam itu Savina menelepon Vai seraya menangis sesenggukan,
"Halo Vai....hiks hiks," ucapnya dengan menangis,
"Lo kenapa Cer?" tanya Vai dengan nada khawatir,
"Ressa Va Ressa ilangg, semalem dia pergi tapi gak pulang - pulang,"jelas Vina,
"Gue kerumah lo sekarang," jawab Vai seraya mematikan telepon Vina,
Tidak lama kemudian,Vai sampai di rumah Vina. Dia melihat Vina hanya bisa menangis dan Oma yang benar- benar marah dengan Vina, melihat Vina menangis sampai seperti itu membuat Vai merasa sesak di dada nya, dia selalu tidak pernah sanggup untuk melihat Vina bersedih.
"Assalamu'alaikum.." ucap Vai seraya memasuki rumah yang sudah dianggap seperti rumahnya sendiri,
"Waalaikumsalam.." jawab Vina maupun oma, Vai langsung menuju oma untuk menenangkan oma dan membawa oma menuju taman belakang, tujuan Vai yaitu agar oma tidak terus menerus menyalahkan Vina.
^flashback off.
Saat Vai sedang berjalan menuju tangga yang akan menghubungkan dengan atap sekolah dari jauh dia melihat dua orang yang sedang berdiri berhadapan otomatis Vai menghentikan langkahnya dan dia samar - samar mendengar suara dua orang tersebut,
"Lo udah keterlaluan tau gak Lys!! Otak lo itu dimana?!!" ucap seorang laki - laki yang tak lain dia adalah Al, tak ada jawaban,
"Masa lalu lo itu gak seharusnya lo balesin di masa sekarang! Lo parah tau gak?!!! Savina itu gak pernah jahat sama lo tapi kenapa lo..ashh!! Bangsat lo!" bentak Al , masih belum ada jawaban, Vai hang mendengar nama sahabatnya disebut dia menajamkan telinganya,
"Lo itu bukan anak kecil lagi Lys! Lo tega sampe nyuruh orang buat nyulik Ressa, cuma gara - gara lo gak bisa ngebalesin dendam lo ke Savina, lo itu lebih dari sekedar sampah Lys!! Gue kecewa sama lo!" bentak Al dengan suara yang keras,
"Lo kenapa jadi belain dia hah?!!! Lo suka sama dia?!!!! Lo udah mulai cinta sama dia?!!! Eh Al asal lo tau ya, lo nggak bakal bisa deket sama Savina kalo gak gara - gara gue, dan awas sampe lo ngerecokin rencana gue kali ini gue gak akan segan - segan buat ngebunuh lo juga!" ancam Lysta dengan suara yang tak kalah keras dari Al.
Diam tak bergerak. Itu yang dilakukan Vai. Marah yang dirasakan olehnya, kini Vai sedikit tau apa yang harus dilakukan olehnya.
♣♣♣
-Rey pov'
Hari ini gue sengaja gak berangkat sekolah, gue dikasih tau Vai kalo Ressa hilang. Sekitar 1 bulan gue kenal deket sama Ressa ya karena gue maupun Vai sering main kerumah Savina yang otomatis ngebuat gue maupun Vai juga jadi lebih sering ketemu Ressa. Gue udah baikan sama Savina itu pun berkat bantuan Ressa.
Semenjak Ressa dikabarkan hilang, Savina nggak berangkat sekolah tanpa alasan. Ress.. Lo dimana? Kasian kakak lo.
Gue lagi ada dijalan, sialnya gue kena macet, gue berniat turun untuk mencari tau apa penyebabnya namun ada bapak - bapak yang ngasih tau ke gue kalo penyebabnya karena ada kecelakaan didepan, beliau menjelaskan semua spesifik dari mobil korban hingga plat nomer mobil itu disebutkan D 54 V, plat itu gak asing buat gue, Savina!!! Ya itu plat mobil Savina! Gue lari secepat mungkin buat menyakinkan benar atau tidaknya, keringat dingin dan rasa khawatir pun menyeruak dalam hati gue. Dan ternyata benar... Tubuh Savina yang berlumuran darah sedang diangkat menggunakan tandu untuk dimasukkan ke dalam ambulans, gue langsung berkata ke petugas tersebut bahwa gue termasuk keluarganya agar diperbolehkan untuk ikut kerumah sakit dengan ambulans. Kunci mobil beserta stnk gue titipkan kepada petugas kepolisian untuk membawa mobil gue terlebih dahulu.
Untuk pertama kalinya gue nangis, nangis untuk sahabat gue yang kini keadaannya diambang hidup dan mati. Gue udah ngehubungi Vai untuk dateng ke rumah sakit, kenapa lo selalu bertindak ceroboh Sav?
-Vai pov'
5 menit yang lalu, gue dapet kabar dari Rey kalo Cerlin kecelakaan dan kini sedang kritis. Gue belum sempat ngasih kabar ke oma, karena yang gue tau saat ini oma juga sedang jatuh sakit dan sekarang gue lagi diperjalanan menuju rumah sakit. Gue tancap gas terus tanpa peduli mobil lain mengklakson gue. Cerlin, gue mohon bertahanlah untuk orang - orang yang sayang sama lo, raih semua mimpi lo bareng gue sama Rey kata gue dalam hati dan tanpe terasa setetes air mata membasahi pipi gue. Gue sayang sama lo Savina Cerlin Raninditya.
♣♣♣
-Vina pov'
Gue gak berangkat sekolah, gue mutusin buat nyari Ressa. Pikiran gue kacau, belum pula oma yang tiba - tiba jatuh sakit ,ini semua gara - gara gue, gue yang nggak bisa jaga Ressa gue nggak bisa ngelindungin dia. Sepanjang perjalanan gue cuma bisa nangis, kecepatan mobil gue udah diatas 100km/jam. Entah kenapa gue gak pernah beruntung, satu persatu memori gue tentang masalah gue terbuka kembali. Gue bodoh. Gue gak pernah bisa ngebawa kebahagiaan untuk orang lain, gue gak pernah bisa nyenengin orang lain. Tanpa gue sadari mobil gue udah berada dijalur yang berlawanan, ada sebuah truk berjalan dengan kecepatan sedang ke arah mobil gue, gue banting setir ke kiri dan gue udah gak inget apa yang terjadi setelah itu. Gelap.
♣♣♣
"Bahagia bagi aku hanyalah sekedar fatamorgana yang indah, hanya sekedar mimpi indahku ketika tidur. Aku, tidak pernah tau apa itu bahagia."
-Savina.♣♣♣
KAMU SEDANG MEMBACA
My Complicated Story
Teen FictionTrauma, ya satu kata tapi dapat membuat masa kini dan masa depan seseorang menjadi tidak menentu. Savina Cerlin Raninditya, memiliki kisah keluarga broken home, asmara, pertemanan hingga persahabatan yang mungkin berbeda dari orang lain. Baginya sem...