-Author pov'
Vina masih terus menjalani perawatan intensif di rumah sakit karena luka - luka yang ada ditubuhnya belum mengering total dan ditubuhnya juga ada luka dalam, itu yang menyebabkan Savina lebih lama di rumah sakit.
Siang ini diruang rawat Savina sedang berkumpul Vai, Rey,Al dan Ressa. Mereka mencoba menghibur Savina lewat candaan mereka, Vina pun sedikit demi sedikit sudah mulai terbiasa dengan matanya yang sudah tidak lagi berfungsi.
Ditengah candaan mereka tiba - tiba oma masuk dengan seseorang yang tidak dikenali oleh Rey maupun Al, kecuali Ressa dan Vai. Ressa dan Vai tau lelaki itu tidak lain adalah ayah Vina, om Rifky. Yang selama ini dianggap Savina tidak peduli dengan dirinya. Kemudian Ressa membisikkan sesuatu ke Vina dan setelah itu memberikan kode ke tiga lelaki tadi untuk keluar sebentar.
"Assalamu'alaikum Vina, gimana kamu udah merasa baikan?" tanya oma sehalus mungkin,
"Waalikumsalam oma... Ya setidaknya jauh bisa lebih menerima keadaanku yang sekarang," sahut Vina dengan senyum getirnya,
"Savina, ini ayah," ucap om Rifky,
"Anda siapa? Masih mengingat saya?" ucap Vina dingin,
"Savina..." belum sempat om Rifky melanjutkan kata - katanya Vina terlebih dahulu mendahului untuk berbicara,
"Untuk apa anda kemari? Untuk memastikan bahwa saya masih bernafas atau tidak? Saya kira anda kehilangan ingatan anda tentang saya yang statusnya sebagai anak anda," ucap Vina dengan nada masih sama seperti sebelumnya,
"Savina jaga ucapan kamu!" bentak om Rifky dengan tangannya yang mengangkat ke atas yang telah bersiap untuk menampar Vina namun ditahan oleh oma,
"Jangan Rif!!" cegah oma,
"Ada apa oma? Apakah orang yang ada disamping oma ingin menamparku? Kalo begitu lakukan saja jika itu bisa membuat anda lebih lega, dengan keadaan saya yang sekarang telah buta saya tidak bisa menghindar dari pukulan atau tamparan anda bukan? Jika tujuan anda hanya ingin menyalurkan emosi anda silakan lakukan," sahut Vina,
"Ayah datang kesini untuk menjenguk kamu Savina, bukan untuk berdebat atau bahkan bertengkar denganmu," ucap om Rifky dengan sedikit mengendalikan emosinya,
"Anda datang kemari ketika saya sudah mulai bisa tertawa dan berusaha bahagia, lalu ketika saya melewati masa kritis saya anda menghilang kemana? Ketika awal saya mengetahui bahwa saya buta anda juga ada dimana? Kenapa malah sahabat saya yang pertama kali waktu itu memberitahu kepada saya bahwa saya buta. Lalu anda kemana ketika saya sadar? Apakah anda berusaha untuk memberikan pengertian kepada saya agar saya tidak trauma,tidak! Justru orang tua Ressa lah yang memerhatikan saya seperti anaknya sendiri, tante dan om lah yang membuat saya sedikit demi sedikit mulai menerima keadaan saya saat ini! Sahabat sayalah yang selalu berusaha ada untuk saya walaupun saya sedang tidak membutuhkan bantuan mereka! Justru oma - lah yang over protectiv kepada saya! Anda merasa sakit hati?!! Sama saya juga lebih sakit hati kepada anda yang seperti tidak menganggap saya sebagai seorang anak! Lalu untuk apa anda kemari?!!" bentak Vina dengan suara yang sangat keras dengan air mata yang mulai menetes, tidak ada jawaban dari sang ayah,
"Keluar!" ucap Vina dengan membentak kembali, namun sang ayah tetap disitu tidak bergeming sedikit pun,
"Saya bilang keluar!!! KELUAR!!!" bentak Vina untuk kesekian kalinya hingga suaranya dapat didengar oleh para sahabatnya diluar, akhirnya sang ayah memutuskan untuk keluar dan oma nya mengejar sang ayah dengan tujuan untuk memberikan pengertian kepadanya. Setelah melihat ayah dan oma keluar dan mendengar Vina berteriak begitu keras, Ressa, Vai, Rey, serta Al segera masuk kedalam, dan mereka melihat Vina yang sudah menangis histeris diatas bangsalnya, Ressa segera memeluk Vina untuk memberikan ketenangan dan kekuatan untuk kakaknya itu. Ressa tidak ingin kakaknya kembali jatuh sakit hanya karena kedatangan ayahnya yang secara tiba - tiba.
Setelah Vina kembali tenang, Vai menyuruhnya agar untuk beristirahat saja, dan Vina mengikuti saran tersebut, tak lama kemudian Vina terlelap, dan saat itu Vai, Rey dan Al berpamitan untuk pulang.
-Rey pov'
Gue gak pernah melihat Savina semarah dan sehisteris tadi, sorot matanya benar - benar melihatkan kebencian yang mendalam, dia yang selama ini tenang dalam menghadapi masalah keluarganya namun tidak berlaku ketika ayahnya datang. Gue hanya sedikit tahu tentang hubungan Savina dengan ayahnya memang tidak baik semenjak ayahnya pergi karena lebih memilih pekerjaannya dibanding Savina. Sejak itulah Savina merasa sakit hati dengan ayahnya. Dengan ngeliat keadaan Savina seperti gue jadi lebih bersyukur sama keadaan gue, orang tua yang selalu ada buat gue, yang selalu merhatiin gue, yang selalu ngelimpahin kasih sayang buat gue. Gue bersyukur punya sohib kek Savina karena dia gue jadi lebih menghargai keberadaan kedua orang tua gue.
-Vai pov'
Gak nyangka kalo Vina akan semarah itu dengan kedatangan sang ayah, sebenernya gue udah tau kalo ayahnya mau datang berkunjung gue dikasih tau oma, gue udah bilang sama oma kalo ini bukan waktu yang tepat namun oma berkata semuanya akan baik - baik saja, ya udah gue gak bisa ngelarang lagi. Tapi hasilnya? Savina marah begitu luar biasanya, kemarahan yang selama ini dia pendam tersampaikan sudah, walaupun dengan cara terkesan kasar, tapi setidaknya itu membuat hatinya sedikit lebih lega, menurut gue si demikian. Gue bersyukur dengan keadaan gue yang normal, walaupun bonyok sibuk tapi mereka gak pernah lupa sama gue,setidaknya dengan gue punya sahabat seperti Savina gue bisa lebih menghargai waktu ketika bareng bonyok gue.
-Al pov'
Savina gadis yang gue kenal selalu bisa mendem amarahnya, yang selalu keliatan bahagia, ternyata penilaian gue gak sepenuhnya bener. Amarah yang dia tumpahkan tadi begitu luar biasa, sedikit gue gak percaya kalo tadi itu Savina, gue juga gak terlalu paham dengan masalah yang dihadapi olehnya, tapi dari sorot matanya tadi cukup jelas bagi gue bahwa dia begitu kecewa dan sakit hati kepada ayahnya.Savina gue harap lo bisa bahagia seutuhnya karena lo berhak bahagia.
♣♣♣
"Jika kalian menganggap memiliki orang tua yang over protectiv itu menyebalkan, kalian salah. Sadarlah banyak anak - anak yang diluar sana ingin mendapatkan perhatian lebih dari orang tuanya, maka bersyukurlah. Keadaan kalian lebih baik dari mereka maupun gue."
-Savina
KAMU SEDANG MEMBACA
My Complicated Story
Novela JuvenilTrauma, ya satu kata tapi dapat membuat masa kini dan masa depan seseorang menjadi tidak menentu. Savina Cerlin Raninditya, memiliki kisah keluarga broken home, asmara, pertemanan hingga persahabatan yang mungkin berbeda dari orang lain. Baginya sem...