"Kak... Gue boleh masuk gak?," tanya Ressa seraya mengetuk pintu kamar Vina,
"Masuk,pintunya gak dikunci," jawab Vina dari dalam kamar,
"Kapan lo dateng? Perasaan tadi dirumah gue sendiri deh," ucap Vina,
"Sekitar 1 jam yang lalu," jawab Ressa,
"To the point aja deh, lo tumben nyamperin gue, kenapa? Lo ada masalah?" ucap Vina,seraya berjalan ke arah balkon kamarnya,
"Gue mau nginep disini selama 2minggu kak," jawab Ressa,
"Serah lo mau nginep kek mau gak kek, apa peduli gue? Yang jelas alesan lo nyamperin gue bukan buat ngomongin itu kan? Gue tau, gue paham lo," ketus Vina yang agak sedikit membuat Ressa kesal,
"Dih lo tu ya kak disamperin baik - baik jawabanny ketus mulu, bisa alusan dikit nggak sih?" omel Ressa,
"Ya kan lo tau sendiri Res, gue gak suka basa basi," jawab Vina,
"Kak.. Bisa nggak lo bener - bener baik, sopan sama oma?" ucap Ressa, yang membuat Vina agak sedikit tidak mengerti,
"Maksud lo? Gue nggak ngerti," jawab Vina dingin,
"Jujur kak gue iri sama lo... Lo itu lebih disayang sama oma,ketimbang cucu - cucunya yang lain,lebih perhatian ke elo, walaupun lo tinggal sama oma, tapi kekayaan ayah lo bakal turun semua ke elo, bisa dikatakan lo itu udah sukses di masa muda, gak kek gue beda, oma gak seperhatian waktu sama lo, bonyok gue juga nggak se-kaya bonyok lo kak, gue kudu usaha bener - bener dari nol, maka dari itu gue minta sama elo buat jaga baik - baik apa yang udah Allah kasih ke elo kak, gue pengen lo sayang sama oma setulus hati lo,bisa?" jelas Ressa panjang lebar, satu detik dua detik tiga detik tak ada suara yang keluar dari Vina. Vina berpikir apakah iya? Hidupnya se enak itu? Tapi kenapa Vina tidak sedikit pun merasa bahagia?
"Gini dek, kekayaan bokap gue itu nggak nentuin gue bahagia apa nggak, kasih sayang oma, perhatian oma yang lo liat yang bikin lo iri itu semua belum sepenuhnya gue rasain dek, lo nggak tau apa yang gue rasain kalo diri gue tau masa lalu gue, lo nggak tau beratnya ketika lo jatuh tapi nggak ada yang ngebantu elo buat bangkit padahal mereka liat kalo lo itu jatuh, lo nggak pernah ngrasain jadi gue yang sering dituntut ini itu yang sebenernya itu bukan diri gue, asal lo tau dek, tidak semua yang terlihat itu terjadi sesuai dengan bayangan lo dan apa yang tidak terlihat di depan mata lo itu bukan berarti tidak pernah terjadi, kalo gue boleh milih gue pengen jadi lo dek, masih punya bonyok lengkap, pertengkaran dalam rumah lo itu ibarat bumbu dek, nggak kek gue yang semuanya hancur dalam sekejap," jelas Vina yang tak terasa dapat meneteskan satu persatu air matanya, dan tanpa Vina ketahui dari belakang Ressa berjalan cepat kemudian memeluk Vina dengan erat, seraya berkata,
"Lo hebat kak, lo wanita yang kuat buat ngadepin ini selama belasan taun, maafin gue karena gue gak pernah tau yang sebenernya," ucap Ressa dengan sendu, kemudian Vina membalikkan tubuhnya dan memeluk erat adik kesayangannya itu, ya walaupun mereka kerap bertengkar namun Vina begitu menyanyangi Ressa seperti adik kandungnya sendiri.
♣♣♣
-Vai pov'
Istirahat kali ini gue duduk di taman belakang sekolah, sendiri. Ya sendiri karena Vina gak masuk sekolah yang katanya si sakit, agak nggak percaya gue kalo anak itu bisa sakit biasanya kan tahan banting. Gue menikmati alunan lagu yang gue putar sedari tadi, lagu yang menurut gue mewakili perasaan gue sekarang. I wish you're here -Avril lavigne.
"Ceilah duduk dibelakang taman sendirian ngegalau pula," ucap Rey yang tiba - tiba dateng dan melepas earphone gue,
"Apaan si lo nyet, ganggu konser tunggal gue aja lo," jawab gue ketus,
KAMU SEDANG MEMBACA
My Complicated Story
Teen FictionTrauma, ya satu kata tapi dapat membuat masa kini dan masa depan seseorang menjadi tidak menentu. Savina Cerlin Raninditya, memiliki kisah keluarga broken home, asmara, pertemanan hingga persahabatan yang mungkin berbeda dari orang lain. Baginya sem...