Rapat berjalan begitu heboh. Aku benar-benar tidak tahan mendengar karyawan-karyawan Uncle Ken yang masih muda dan bersemangat. Kurasa memang orang yang cocok untuk bekerja di promotor adalah mereka yang pandai berbicara, kreatif, dan tahan banting. Pekerjaan kami terdengar menyenangkan, tetapi sungguh berat karena harus memuaskan para fans. Apalagi fans One Direction adalah para remaja putri yang memiliki hormon tidak stabil. Well, termasuk orang-orang yang seumuran denganku. Teman-temanku pun banyak yang menggilai One Direction. Aku pribadi tidak begitu menggilai mereka. Well, mereka cukup tampan, musik mereka juga lumayan enak, tetapi aku bukan orang yang kencanduan dengan manusia. Setidaknya aku tidak akan berteriak-teriak seperti fans mereka lainnya.
Proses untuk mempersiapkan konser mereka sangat panjang. Kami akhirnya mendapatkan venue yang cocok untuk konsep tur mereka di Gelora Bung Karno.
Kapasitas di stadion kurang lebih 40 ribu orang sehingga target tiket konser pun juga diperkirakan akan untung besar. Pihak promotor sendiri akan mendapat komisi sebesar 5 persen dari penjualan tiket konser. Jumlah yang cukup besar mengingat One Direction adalah band besar.
Selama persiapan yang terasa tidak berakhir, aku hanya mengamati orang-orang bekerja. Mereka hanya melimpahkan pekerjaan ringan seperti mendata jumlah penonton yang sudah memesan tiket. Pekerjaanku tidak ada apa-apanya dibandingkan Mbak Gita yang harus merancang aturan konser yang ternyata sudah ditetapkan oleh manajemen One Direction. Belum lagi ia harus mengatur segala kemungkinan terburuk saat hari-H konser nanti. Ada pula Mbak Sekar yang bertugas sebagai penanggung jawab untuk memenuhi permintaan One Direction yang cukup berat.
Waktu berjalan cukup singkat. Sekitar tiga bulan sebelum konser, Uncle Kenny mendatangiku. Ia bilang aku akan diberi tugas yang sangat berat selama aku menjadi pemagang di kantornya.
"Aku ingin kau yang membantu mereka secara pribadi untuk memenuhi segala kebutuhan mereka. Kau tahu, bahkan pihak hotel pun tidak boleh secara langsung membantunya. Harus kita yang bertanggung-jawab memberi kenyaman bagi mereka selama tinggal di Indonesia"
Badanku terasa kaku setelah mendengar Uncle Ken memerintahkanku demikian. Aku harus menjadi asisten mereka? Oh Tuhan, aku mungkin tidak terlalu menyukai mereka, tetapi jika bertemu langsung dengan mereka... aku bisa kehilangan kemampuan untuk berbicara.
"Bagaimana?" tanya Uncle Kenny.
Aku mengangguk. "Baiklah, kurasa pekerjaan ini akan sangat menyenangkan"
"Bagus, oh ya bagaimana sekolahmu, Carly?"
"Baik-baik saja"
"Kau sudah punya rencana akan kuliah dimana?"
Aku menggelengkan kepala. Aku selalu ingin kuliah akuntansi karena bagiku pekerjaan itu selalu dibutuhkan di Jakarta, tetapi tidak pernah benar-benar memikirkan dimana akan kuliah.
Uncle Ken menepuk bahuku. "Jika kau butuh bantuanku, bilang saja, Carly. Aku akan membantumu"
"Terima kasih, Uncle Ken, tetapi lebih baik aku membicarakannya dulu dengan, Mum"
"Aku di sini untukmu, Carly" ujarnya seraya memelukku.
"Kau jauh lebih bisa diandalkan dibanding ayahku" lirihku.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hello Louis 👋🏻
FanfictionCharlene Wright, 18. Seorang gadis asal Jakarta, Indonesia yang ditugaskan oleh pamannya menjadi asisten boyband terkenal asal Inggris yang akan mengadakan konser di Jakarta. Hampir semua personel boyband tersebut ramah kepadanya, namun hanya Louis...