Broke up

24 8 5
                                    

***
"Ternyata sama saja kan? Kau mau pacaran denganku karena aku orang terkenal! Kau mendekati karena kau bisa mengambil keuntungan dariku! Kau sengaja kuliah di Inggris untuk me Well, kau tidak jauh berbeda dengan cewek-cewek yang kukencani. Kalian sama saja. Dan aku muak dengan kau!"

Aku menggenggam tangan Louis, tapi ia segera menepisnya. Sekarang bahkan ia membuang mukanya tidak mau menatapku sama sekali.

"Kau salah. Mengapa kau pikir aku mau pacaran denganmu hanya karena kau terkenal? Tidak sama sekali, Louis Tomlinson. Ini juga sulit bagiku. Aku yang menderita di sini harus dicaci-maki oleh fansmu! Kau pikir siapa yang tahan dengan ini semua? Aku memilih tahan karena aku benar-benar mencintaimu"

Louis mendengus. "Jangan membuat alasan. Aku tidak mempercayaimu lagi, Carly. Kita selesai di sini"

***
Seumur hidupku, aku tidak pernah pergi ke bar. Selain aku tidak menyukai minum alkohol, aku juga benci asap rokok. Namun, kali ini aku tidak tahu lagi harus meluapkan perasaan kepada siapa. Keluargaku berada jauh di Indonesia. Aku tidak punya teman di sini, selain kekasihku, Louis, yang sekarang sudah menjadi mantan kekasihku...
Akhirnya aku memilih kemari. Tempat dimana kau bisa melupakan segala masalahmu sesaat dan lari dari kenyataan.

"Uhm, aku pesan bir"

Bartender mengambil gelas lalu mengisinya dengan minuman berwarna cokelat kekuningan itu. Ia lantas menyodorkannya ke hadapanku.

"Thanks"

"Kalau kau ingin mabuk, kau harus coba yang lebih keras lagi, darling"
Aku mengangkat sebelah alisku kaget mendengar ia tahu apa alasanku kemari.

"Well, punya rekomendasi? Aku tidak pernah ke bar sebelumnya"

Bartender itu mendengus, tetapi ia membuat minuman. Di gelas itu ia menuang cairan dari botol putih yang besar, lalu ia menuang lagi dengan jus warna merah, lalu ia mengaduk-nya dan menyajikannya kepadaku.

"Vodka and Cranberry" ujarnya.

"Thanks"

"Untuk gadis patah hati, aku berikan kau minuman gratis" katanya sambil mengedipkan sebelah matanya. "Jangan bilang atasanku"

"Tidak akan"

Kepalaku sontak terasa pening, jantungku berdebar-debar sangat kencang, dan pipiku terasa panas ketika aku meminum vodka itu. Rasanya tidak sepahit dugaanku, mungkin karena sudah dicampur dengan jus merah itu.
Ditengah perasaan gundah gulana, ponselku berbunyi. Kulihat ada pesan masuk dari nomor Indonesia. Aku mengernyit melihat nomor tidak dikenal.

Charlene, ini Tante Vira. Segera kalau kamu udah nerima pesan tante, telpon tante yah. Trims

Tidak biasanya Tante Vira menghubungiku. Tiba-tiba ada perasaan buruk melingkupi hatiku. Apa yang terjadi di Indonesia? Apa yang begitu penting sampai Tante Vira, adik ibuku itu menyuruhku untuk menghubunginya?
Tidak butuh waktu lama bagi Tante Vira untuk mengangkat telepon dariku. Aku menelan ludah memberanikan diri bertanya, "Kenapa, tante?"

"Kamu bisa pulang ke Jakarta secepatnya?"

"Kenapa?" tanyaku semakin takut mendengar ada sesuatu yang buruk menimpa keluargaku.
Tante Vira menarik nafas lalu berkata, "Tante minta kamu tenang. Kamu lagi dimana sekarang?"

"Bar"

"Apa? Kamu lagi ngapain?"

"Tante... langsung aja bilang ke aku, ada apa"
Di sebrang sana Tante Vira menghela nafas cukup panjang. Ia lalu menangis. "Mama kamu meninggal, Vira"

Tubuhku sontak menegang. Tiba-tiba aku sudah tidak mendengar apa-apalagi walau suasana di bar sangat ramai. Aku tidak lagi mendengar orang berteriak-teriak di belakangku. Pandanganku berangsur-angsur kabur. Aku yakin betul, aku jatuh terkapar di lantai bar.
Aku pasti sedang bermimpi.

Hello Louis 👋🏻 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang