Aku sampai di kelas tepat ketika dosenku, Mr Wicosky masuk ke dalam kelas. Aku berlari menuju kursi yang paling atas, melewati teman baikku, Greg.
Greg sangat kaget begitu aku menampakan diri di kelas. Ia langsung berjalan naik ke tempat dudukku, lalu duduk di sebelahku."Dari mana saja kau, young lady?"
"Well, ceritanya sangat panjang, Greg. Kau mau dengar memangnya? Bukankah mata kuliah Pengauditan ini sangat penting?"
Greg mendengus. "Oh Tuhan, lebih baik aku mendengar ceritamu daripada si kakek tua"
Aku menahan tawaku dengan menutup wajahku dengan kedua tangan. "Oke baiklah, Greg. Jadi, aku tidak ke kampus karena aku harus pulang ke Indonesia"
"Mengapa? Memangnya ada apa di sana?"
"Ibuku meninggal"
Greg berteriak, "Apa?" cukup kencang sampai perhatian dosen dan teman-temanku yang lain terarah kepada kami. Dua orang mahasiswa yang duduk di barisan belakang.
"Maaf, silahkan lanjutkan, Sir" ujar Greg terdengar sangat canggung.
Aku terkekeh memberi tatapan minta maaf kepada teman sekelasku. Dosenku yang acuh itu kembali melanjutkan pelajaran. Dan aku kembali melanjutkan ceritaku.
Greg menggoyang-goyangkan tubuku. "Kau bercanda?"
"Haruskah aku membuat lelucon tentang ibuku sendiri?"
"Oh, Carly... aku turut berduka cita mendengarnya. Seharusnya kau bilang kepadaku, aku akan dengan senang hati mengantarmu ke bandara dan menjemputmu"
"Tidak perlu, Greg. Aku tidak suka merepotkan orang lain"
Greg mendengus. "Yeah, aku tahu kau punya pacar orang terkenal makannya tak perlu bantuanku"
Aku menatapnya dengan wajah nanar. Ironis juga Greg ketinggalan banyak cerita tentangku.
"Oh ya, aku juga putus dengannya"
Greg hendak berteriak lagi, tapi kali ini aku berhasil meredam mulutnya dengan buku catatanku. Bahu Greg naik-turun karena kekurangan oksigen.
Aku melepaskan bukuku, ketika ia menatapku minta ampun."Mengapa? Padahal kalian kan seperti Romeo dan Juliet! Mustahil cinta kalian dipisah..."
Belum sempat Greg menyelesaikan pembicaraannya, aku menyenggol bahunya.
"Jangan berkata yang tidak masuk akal, Mr Harrison. Memangnya kau tidak membaca berita?"
Greg mendengus. "Memangnya aku pengangguran apa membaca majalah gossip! Sorry, aku orang berkelas, Charlene"
"Kau mau dengar gak sih?"
"Ya. Maaf. Silahkan cerita lagi"
"Aku putus dengan Louis karena ia salah tanggap. Aku sedang berbicara dengan temanku dan bilang rasanya seperti mimpi menjadi kenyataan dapat mengencani idola anak remaja. Apalagi aku bukan orang Inggris. Tidakah aku seperti Cinderella mendapatkan pangeran tampan?"
Greg mengangguk. "Ya, kurasa aku mengerti"
"Ia kira aku pacaran dengannya karena ia orang terkenal, dan aku ingin menjadi terkenal juga. Jadi, ia memutuskanku. Malam harinya, ketika aku ke bar, aku mendapat telepon dari bibiku di Indonesia, bahwa ibuku meninggal dalam tidurnya. Aku segera pulang ke Indonesia keesokan harinya. Baru lusa kemarin aku kembali"
"Jadi kalian putus hanya karena salah paham konyol? Bukan karena kalian ketahuan selingkuh atau hal serius? Oh Tuhan, yang benar saja cowok macam si Louis itu. Payah banget"
"Jangan menghinanya begitu dong"
"Kau masih mencintainya, kan?" tanya Greg to-the-point.
Aku tidak berani mengelak. "Eh, aku tidak tahu"
"Apa ia masih menghubungimu lagi setelah putus?"
Aku mengangguk. "Ia sempet memberiku pesan untuk berhati-hati dengan wartawan"
"Carly, dari pengalamanku sebagai cowok, kami juga bisa sakit hati. Kami bisa menangis karena cinta. Jika ia benar-benar spesial bagi kita, maka kita akan merasa sangat kehilangan dan sedih. Jauh lebih parah dari kalian cewek-cewek yang patah hati. Kalian pandai sekali membagi pikiran ke hal lain, tetapi kami cowok lebih fokus pada satu hal. Kau bisa bayangkan kalau ia hanya fokus memikirkan dirimu? Maka hancurlah hidupnya"
"Jadi apa maksudmu, Greg?"
Greg menghela nafas. "Ia masih mencintaimu, bodoh"
"Tapi apa yang dapat kulakukan? Aku hanya bisa menunggu ia sendiri yang mengatakannya. Aku tidak mau menjadi cewek gampangan"
"Susah juga yah punya pacar orang terkenal. Aku bisa sih mencarikanmu cowok baru kalau kau bersedia"
"Sebetulnya, niatku setelah kita lulus kuliah, aku ingin kembali ke Indonesia. Untuk apa aku berada lebih lama di sini, Greg?"
"Yang benar saja, Carly. Kau bilang kau sangat betah di sini. Kau seperti lahir di negara yang salah. Kau bilang kau lebih mencintai Inggris ketimbang Indonesia"
"Jangan keras-keras, warga negara Indonesiaku bisa dicabut oleh kedutaan kalau kau tidak berhenti berbicara begitu"
"Oh, Carly. Gadis yang malang. Kau yakin kau tidak apa-apa? Kau habis kehilangan dua orang yang kau cintai sekaligus. Yang kau butuhkan adalah senang-senang. Kau mau ikut ke pesta denganku nanti malam? Akan kukenalkan kau dengan cowok-cowok Inggris. Mereka pasti senang mendapat tamu orang asing"
"Jangan konyol. Kau tahu, aku bukan orang yang suka pesta"
"Carly, kau hanya menjadi muda sekali seumur hidupmu. Percayalah padaku, pesta tidak buruk"
Tanpa kusadari teman-teman di depan kami berdiri. Mr Wicosky mematikan komputer dan keluar dari ruang kelas. Satu per satu orang pun keluar dari ruang kelas. Menyisakanku dan Greg yang masih duduk di barisan paling atas.
"Jam berapa?" tanyaku.
Greg tersenyum sumringah. "Aku akan jemput kau nanti malam"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello Louis 👋🏻
FanficCharlene Wright, 18. Seorang gadis asal Jakarta, Indonesia yang ditugaskan oleh pamannya menjadi asisten boyband terkenal asal Inggris yang akan mengadakan konser di Jakarta. Hampir semua personel boyband tersebut ramah kepadanya, namun hanya Louis...