My first story. Hope you enjoy :)
Langit mendung.
Tidak ada matahari yang menyinari angkasa. Emily duduk di bangku teras kamarnya yang berada di atas, memandang langit yang tak kunjung cerah. Suasana di tempat tinggal ibunya yaitu di Bandung memang sering mendung dan hujan, tapi wajah Emily jauh lebih murung. Karena dia akan meninggalkan ibunya dan juga keluarganya di Indonesia. Perjanjian ayah dan ibunya yang sudah bercerai ketika Emily masih berumur 4 tahun kini menjadi nyata. Dia akan tinggal di Inggris dengan ayahnya ketika Emily sudah mencapai 17 tahun.
"Emily, apakah semuanya sudah siap?" tanya Bu Clarissa, ibu dari Emily.
Emily teralih dari renungannya,.berbalik menghadap Ibunya yang meliriknya dari pintu kamar.
"Yes mom, I'm ready " jawabnya.
Beberapa lama kemudian Emily sudah siap dan dia menuju ke bandara bersama ibunya.
"Jangan lupa sering-sering kamu menghubungi ibu" kata ibu dalam perjalanan, sambil memeluk Emily.
"itu sudah pasti bu. Aku tidak akan melupakan segalanya" ujar Emily.
Itu benar, begitu banyak kenangan manis yang dia lalui bersama ibunya. Emily tahu ibunya sangat mencintainya, selalu memberi nasehat padanya bahwa dia harus menjalani hidup dengan senang, selalu berpikir positif, dan mensyukuri hidupnya.
Cause life is beautiful if we can be ourself in the positive way.
Tapi ada kalanya Emily merasa kesepian. Semua orang di sekolahnya tahu bahwa Emily seseorang yang sangat pendiam, tidak bisa bergaul, dan Emily sering kali menangis apabila ada teman-teman yang menertawakannya karena selalu diam, menunduk, selalu membaca buku, tanpa memedulikan orang lain ataupun dimana Emily berada.
Emily sempat berpikir bahwa dia tidak bisa berubah dan akan tetap menjadi dirinya, tapi kemudian dia lanjut berpikir bahwa hidup itu pilihan. Kita dapat memilih hidup yang kita damba-dambakan. Diri Emily yang sekarang bukanlah yang dia suka, dia harus berubah menjadi lebih baik.
Emily dan ibunya sudah sampai bandara, tapi ibunya harus kembali bekerja. Emily tidak bisa menahan tangis, air mata keluar dari mata birunya. Melihat Emily menangis, ibunya langsung memeluknya.
"I'm gonna miss you mom" ujarnya di pelukan ibunya.
"take care of yourself. Remember, seperti yang kamu mau dear, kau boleh berubah menjadi lebih baik, but don't forget where you belong and always think positive, okay? I love you " ujar ibunya dengan mata berkaca-kaca.
Taksi tidak bisa menunggu lama dan ibunya harus pergi.
"Bye mom!" seru Emily ketika ibunya masuk taksi, mengusap air matanya. Dan melajulah taksi itu keluar dari bandara.
Kini Emily sendiri. Sambil membawa kopernya, dia masuk ke dalam. Seperti biasa, dia memberikan passportnya ke petugas. Bertuliskan 'Emily Wellington'. Nama Wellington berasal dari keluarga ayahnya. Ibunya tidak bisa mengganti nama belakangnya karena adanya perjanjian orang tuanya, bahwa Emily akan tinggal oleh ibunya dari kecil, dan umur 16 tahun, ayahnya lah yang harus mengurusinya.
Terkadang Emily membayangkan betapa bahagia apabila keluarganya utuh, ada ayah dan ibu. Ayahnya pasti akan selalu mengantarnya ke sekolah, mengambil raport, dan kegiatan lain. Tapi hal itu tidak bisa dirasakan Emily.
Emily berjalan ke dalam pesawat arah Bandung-London. Ayahnya akan menjemputnya ketika dia sudah tiba di bandara. Setelah menaruh tas kecilnya di cabin, dia duduk di dekat jendela pesawat.
Selamat tinggal ibu...
Selamat tinggal Indonesia...
Pesawat lepas landas, Emily memejamkan mata dan tertidur.
.............
'hahaha lihat dia! yang dia pedulikan hanyalah bukunya saja'
'maaf Emily, kau tidak boleh duduk disini lagi. aku sudah punya teman baru'
'Emily! mengapa kau diam saja? maju ke depan kelas! berdiri disana sampai pelajaran ini selesai'
'kau lihat saja sendiri, dia berdiri di depan sana seperti orang bodoh hahaha'
Kilasan-kilasan masa SMP dulu terpikir jelas oleh Emily. Terkadang dia selalu berpikiran bahwa dia benci sekolah. Dia tidak mau bertemu dengan orang-orang yang menyakiti perasaannya. Dan dia selalu melupakan orang-orang baik disekitarnya, seperti teman-teman dekatnya dan ibunya. Itulah kebiasaannya, selalu berpikiran yang negatif dan melupakan yang positif. Maka dari itu ibunya selalu mengingatkannya untuk berpikiran positif dan menghargai orang yang peduli dengannya.
.................
'Duk!' Emily terbangun karena kepalanya terkena orang disebelahnya, yang adalah seorang pria berkemeja. Wajahnya memang orang Inggris, sama seperti dirinya. Di Indonesia dipanggil dengan istilah 'bule' yaitu orang luar negeri.
"Uh, I'm sorry sir" kata Emily segera mengucek-ucek matanya.
"Now we are transit in Thailand" ujar pria itu. Emily hanya mengangguk. Betapa mengantuknya dia sampai dia tidak merasakan pesawat landing.
Selama satu jam dia menunggu untuk naik pesawat lagi. Tidak terasa akhirnya dia menaiki pesawat dan langsung menuju London. Kehidupan baru semakin dekat.
..................
Waktu yang dihabiskan Emily di pesawat sudah berakhir. Pesawat landing, sudah mencapai London. Emily keluar dari pesawat dan melihat-lihat sekitar, mencari ayahnya. Karena ayahnya tidak muncul juga, Emily terpaksa menelepon.
"Hello? Oh Emily! kau sudah sampai?" Kata Mr. Wellington di ujung handphone Emily.
Emily memutar bola matanya.
"Yes dad. Where are you?" tanya Emily.
"I'm sorry Emily, ayah ada pekerjaan mendadak hari ini. Tugas ini sangat penting untuk perusahaan ayah. Kau bisa naik taksi menuju guest house, tempat tinggalmu. Ayah akan sms alamatnya". Emily memang tahu dia tidak akan tinggal dengan ayahnya. Di keluarganya, sudah menjadi tradisi bahwa keluar SMP, semuanya lebih baik tinggal sendiri untuk menjadi mandiri. Tapi, kebutuhan Emily akan diurusi semua oleh ayahnya karena Emily masih sekolah.
"Okay" kata Emily singkat.
"Maafkan ayah dear, ayah akan menemuimu ketika ayah sudah menyelesaikan tugas ayah, is that okay?" kata ayahnya di telepon. Suaranya terdengar khawatir dan merasa bersalah. Emily tahu ayahnya sangat sibuk, hal itu tidak masalah bagi Emily.
"it's okay dad, really" katanya.
"Okay see you darl.. glad to hear that you've arrived safely. Bye!" kata ayahnya.
Emily menutup handphonenya dan melihat suasana. Orang-orang Inggris maupun turis berlalu lalang.
"Okay, the new life just begin" Pikir Emily.
A/N
Vote & Comment please:) It would mean a lot. Thank You :D
KAMU SEDANG MEMBACA
Wonderwall
RomanceEmily Wellington adalah anak blasteran Inggris-Indonesia. Ketika dia sudah mencapai 17 tahun, ia harus pindah ke Inggris dan melanjutkan pendidikannya disana. Diatidak menyangka bahwa ayahnya telah mempersiapkan apapun yang dia butuhkan di Inggris...