Langit gelap sudah terlihat di sore hari. Disertai dengan gerimis yang menandakan akan hujan deras. Dengan terburu-buru, Emily melangkahkan kakinya menuju sebuah cafe yang terletak tidak jauh dari tempatnya keluar dari taksi. Payung yang dibawanya di dalam tas tidak dipakai oleh Emily. Saking cepatnya ia melangkahkan kaki, Emily sampai menubruk beberapa orang yang keluar dari cafe tersebut.
"Maaf" Kata Emily dengan panik dan langsung masuk ke dalam restoran.
Gadis itu menyipitkan matanya, melihat ke segala arah, bermaksud mencari orang yang ingin menemuinya. Kemudian ia berjalan ke arah non-smoking area dan akhirnya menemukannya. Gadis berambut hitam pendek dengan tubuh kurus yang seumuran dengannya, yakni 15 tahun sedang duduk memandang ke luar jendela dengan fokus, dimana banyak anak-anak muda berkumpul.
Ketika melihatnya, Emily berjalan ke arahnya dan memegang pundaknya."Ada apa?!" Tanya Emilly cukup keras, membuat sahabatnya terkaget dan langsung berbalik ke arahnya.
"Emily! Kau mengagetkanku. Sstt jangan berisik. Duduklah" ujarnya memegang lengan Emily dan mengisyaratkannya untuk duduk dihadapannya.
"Apa maksudmu jangan berisik Raisa? Kau menelponku dan mengatakan bahwa ini adalah emergency. Ada apa sebenarnya?" Tanya Emily panjang lebar karena bingung dengan tingkah sahabatnya itu.
"Kau lihat ke luar jendela, sebelah kiri paling pinggir, sendirian hanya dengan coffee dan laptopnya. Tebak siapa itu?" Tanya Raisa dengan senyuman lebar terukir di bibirnya. Karena penasaran, Emily langsung mengikuti arah pandang Raisa dan akhirnya melihat orang yang dibicarakannya. Cowok berbadan tinggi yang selalu memasang muka dingin kepada semua orang, cowok yang paling dibenci Emily setelah ia menyakiti hati sahabatnya.Verdian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wonderwall
RomanceEmily Wellington adalah anak blasteran Inggris-Indonesia. Ketika dia sudah mencapai 17 tahun, ia harus pindah ke Inggris dan melanjutkan pendidikannya disana. Diatidak menyangka bahwa ayahnya telah mempersiapkan apapun yang dia butuhkan di Inggris...