Emily harap keputusannya tidak akan membuatnya menyesal.
Dia sudah berniat untuk mencoba menjauh dari teman-temannya Bella, terutama cowok yang dia sukai, Zac. Bella bilang pada Emily bahwa Kelly sudah lama mengincar Zac. Kelly terus-terusan mencoba membuat Zac terpikat dengannya. Mulai dari sekedar perhatian padanya, hingga diam-diam ke rumah Zac, memaksa untuk masuk ke kamarnya, dan meminta Zac untuk... semua orang tahu untuk apa. Tapi yang membuat Emily lega, Zac selalu menolaknya, walaupun Kelly cukup dekat dengan Zac sebagai teman.
"I really hate that bitch right now, urgh!" Kata Bella frustasi di taksi menuju guest house mereka setelah selesai bercerita tentang Kelly. Kevin sudah minta maaf pada Bella berkali-kali, tapi Bella hanya melotot ke arahnya dan menolak diantar pulang. Jadi, Bella dan Emily naik taksi. Kelly? Dia tidak mengucapkan sepatah katapun sepulang sekolah. Tapi Emily sempat melihatnya ke kelas Zac, sepertinya Zac tidak ada. Mungkin karena kecewa, Kelly langsung pergi dengan mobilnya tanpa berpamitan dengan teman-temannya.
"Apakah ini pertama kali kamu bertengkar dengan Kelly?" Tanya Emily. Padahal dia sempat berpikir bahwa Kelly bersahabat dengan Bella.
Bella tertawa. "Sudah berkali-kali Emily, dia sangat menyebalkan. But I know she's jealous with me cause I'm prettier than her" Katanya. Emily tahu hal-hal yang biasa dilakukan gadis-gadis popular dari film, mereka berlomba-lomba untuk menjadi cewek yang paling sempurna diantara yang sempurna, saling sirik, berebut cowok, dan hal lainnya. Dan sekarang, Emily berteman dengan mereka. Emily berharap dia tidak mengikuti sikap buruk mereka seperti di film mean girls. Hal yang harus Emily pikirkan sekarang adalah belajar hingga lulus, tidak ada hal lain. Tapi entah kenapa Emily merasa sudah mengalami banyak hal walaupun dia tergolong anak baru, dari hal sedih hingga menyenangkan. Dan walaupun Emily tidak terlalu berharap akan cocok berteman dengan Bella dan lainnya, tapi dalam hati kecilnya dia merasa bangga diterima berteman dengan mereka, walaupun Kelly tidak.
"Hello?!?" lamunan Emily terhenti karena ucapan Bella.
"Apa?" Tanyanya balik. Bella memutarkan bola matanya.
"Sudah berapa sering kau melamun seminggu ini, sekitar seribu kali huh?" Tanya Bella yang terlihat masih bad mood.
"Tidak Bells, aku hanya... sedang memikirkan banyak hal akhir-akhir ini" Ujar Emily lesu. Dia berharap Bella tidak menanya balik, tapi bukan Bella namanya kalau dia tidak banyak omong.
"Hal apa saja? Zac? Emily, apapun masalah kalian minggu lalu, Zac sudah minta maaf, ya kan? Lagipula, kalau kamu punya masalah, kau bisa cerita ke aku, okay?" Ujar Bella panjang lebar. Emily menggigit bibirnya, Zac lagi. Emily tahu dia harus melupakan cowok itu, tapi kenapa Bella terus mengingatkannya? Roomate-nya itu pasti tahu Kelly jauh lebih baik daripada Emily, tapi Emily berpikir kenapa Bella seakan mencoba mendekatkan dia dengan Zac. Bella menunggu respon Emily.
"Iya, aku akan bercerita padamu lain kali" Ujar Emily pada akhirnya. Sebelum Bella mengucapkan sesuatu lagi, mereka berdua sudah sampai di guest house mereka.
Setelah membayar taksi, mereka masuk ke kamar dan Emily berganti baju. Sedangkan Bella langsung merebahkan diri ke tempat tidurnya dan memainkan handphone-nya. Kedua gadis itu melakukan kegiatan masing-masing seperti biasa. Emily diam saja, hanya menjawab ketika Bella menanyakan sesuatu. Emily sebenarnya ingin menanyakan tentang Walter, tapi dia ragu. Namun tidak ada waktu lain, pikirnya. Jadi dia memutuskan untuk bertanya.
"Bells?" Panggil Emily.
"Hmm?" Katanya sambil terus memandang handphone-nya.
"Aku ingin bertanya tentang masalah kalian semua dengan Walter,atau lebih tepatnya masalah Zac dengan Walter. Kenapa kau dan lainnya membencinya?" Tanya Emily. Bella menghembuskan nafas dengan kasar, duduk menghadap Emily, dari wajahnya terlihat bahwa dia tidak suka membicarakan hal itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Wonderwall
RomanceEmily Wellington adalah anak blasteran Inggris-Indonesia. Ketika dia sudah mencapai 17 tahun, ia harus pindah ke Inggris dan melanjutkan pendidikannya disana. Diatidak menyangka bahwa ayahnya telah mempersiapkan apapun yang dia butuhkan di Inggris...