Emily membuka matanya tepat saat sinar matahari mengenai wajahnya. Dia mengucek matanya, membalikkan badan, bermaksud untuk melihat jam kecil yang berada di meja diantara tempat tidurnya dan Bella. Emily duduk dan seketika matanya terbelalak, kaget ada seorang cowok yang memeluk Bella di tempat tidurnya, mereka berdua tertidur lelap. Lalu Emily ingat kejadian semalam ketika Bella ingin cowok itu, yang dia sebut namanya Ashton, menginap di kamarnya, atau lebih tepatnya tidur dengannya.
Spontan Emily menutup dirinya dengan selimut, takut Ashton akan bangun dan melihatnya memakai pakaian rumah tanpa memakai bra. Emily mengamati cowok itu, Ashton memiliki kulit pucat dan rambut coklat muda yang terlihat tidak teratur, juga tubuhnya kurus, terlihat dari tangan kurusnya yang melingkari tubuh Bella yang memunggunginya. Penampilan Bella sendiri terlihat tidak karuan. Rambut blonde-nya kusut akibat hair spray, masih terlihat make up di wajahnya dengan eyeliner yang berantakan di sekitar matanya, bahkan dia tidak berganti baju setelah dia pulang, masih memakai red dress-nya.
Wow, mereka pasti benar-benar mabuk. Pikir Emily.
Emily melirik jam yang menunjukkan pukul 9 lebih. Sebenarnya Emily sering bangun pagi, terbiasa dengan sekolahnya di Indonesia, dan mungkin karena tidak bisa tidur, sekarang Emily bangun lebih siang. Dengan pelan Emily beranjak dari tempat tidurnya, berniat untuk mandi. Dia merasa kesal pada Bella, membawa cowok tengah malam ke kamarnya, ketika Emily tidur, Emily pikir itu tidak sopan, mengganggu privasinya. Untung saja tadi malam Emily belum bisa tidur, jadi Emily sudah mengetahuinya. Coba kalau tidak, Emily pasti akan teriak dan langsung memanggil security.Belum lagi jangan-jangan Bella dan Ashton melakukan hubungan... Emily membuang pikiran itu dengan jijik. Emily menyadari bahwa budaya disini berbeda dengan Indonesia. Mau tidak mau dia harus menerima perbedaan itu.
Dengan pelan kakinya dilangkahkan menuju lemarinya untuk mengambil baju, ketika Ashton mengerang pusing, dengan matanya yang mulai terbuka dan melirik Bella yang masih tertidur,lalu mencium pundaknya. Emily panik dan langsung berjalan cepat ke dalam kamar mandi. Ashton melihatnya dan membuka mulut,
"Hey-"
BRUK! Emily membanting pintu kamar mandi.
Hatinya berdetak kencang karena panik. Dari luar terdengar Ashton tertawa kecil, mungkin karena melihat tingkah teman pacarnya yang terlalu berlebihan. Emily lalu mendengar Ashton beranjak dari tempat tidur dan berjalan ke arah pintu kamar mandi. Ashton bergumam,
"Hmm siapa ya namanya... oh!" Dia mengetuk pelan pintu kamar mandi membuat Emily kaget. Suaranya pelan dan serak.
"Emily right? Listen, beritahu Bella kalau dia sudah bangun, charger hp-nya dan suruh dia meneleponku, okay? I'm Ashton" Katanya. Dia menunggu jawaban. Emily masih terdiam saking kagetnya. Karena takut Ashton akan masuk, dia mengunci pintu kamar mandi. Apakah ini termasuk tindakan tidak ramah terhadap tamu? Apapun itu Emily tidak peduli. Dia tidak suka melihat seorang cowok yang tidak dia kenal tanpa izin masuk ke kamarnya. Itu membuatnya tidak nyaman. Ashton mendengus kesal.
"Alright alright aku akan pergi sekarang" Ujar Ashton seakan bisa membaca pikiran gadis itu. Emily masih belum berkata apa-apa. Tak lama setelah itu, Emily mendengar Ashton keluar dari kamarnya.
Emily merasa lega. Dia mengecek pintu kamar mandi lagi, masih terkunci.
Tenang Emily, sudah aman. Pikirnya.
Dia pun mandi dengan cepat. Setelah itu, dia menutupi tubuhnya dengan handuk, dan keluar. Sebelumnya, dia memastikan Ashton tidak datang lagi, sunyi. Emily keluar dan melihat Bella belum bangun.
Setelah Emily berpakaian, terdengar suara Bella mengerang, mengusap-usap matanya.
"Ya ampun kepalaku berat sekali!" Ujarnya menarik rambutnya dengan kedua tangannya, matanya pun terbuka dan menoleh ke sampingnya, lalu langsung menoleh ke Emily dengan ekspresi canggung. Dia melongo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wonderwall
RomanceEmily Wellington adalah anak blasteran Inggris-Indonesia. Ketika dia sudah mencapai 17 tahun, ia harus pindah ke Inggris dan melanjutkan pendidikannya disana. Diatidak menyangka bahwa ayahnya telah mempersiapkan apapun yang dia butuhkan di Inggris...