Ketika Zac mengajak Emily makan siang, yang dapat Emily lakukan hanyalah terdiam, larut dalam perasaraan bahagia walaupun hanya sementara, sesekali melirik Zac yang sedang menyetir mobil sedan hitamnya, dan menunduk menatap jari-jarinya sendiri.
Walaupun mobilnya cukup berantakan dengan adanya barang-barang yang berbau fotografi, tapi bau mobilnya sama seperti wangi parfum Zac sendiri, yang membuat Emily sesak nafas, bukan karena baunya, tapi karena takut tidak bisa mengontrol kegugupannya di dekat Zac. Emily tidak tahu sudah berapa cewek yang menaiki mobil ini, mungkin mantan-mantan pacar Zac, yang Emily yakin pasti jauh lebih perfect dibandingkan dirinya. Emily bisa saja berpikir bahwa Zac itu playboy, tapi entah kenapa Emily tidak peduli dengan hal itu, dia tidak mau moment indahnya buyar akibat negative thinking di otaknya.
"Apa kau akan diam saja apabila seseorang tidak mengajakmu ngobrol?" Suara Zac mengagetkan Emily dari lamunannya, Emily menoleh. Zac sedang meliriknya, matanya bergantian menatap Emily dan jalanan, menunggu responnya.
"Hmm not really" jawab Emily. Sebenarnya mendengar pertanyaan itu membuat Emily sedikit canggung, dia berpikir mungkin ini pertama kalinya Zac bertemu gadis pemalu seperti Emily. Zac hanya tersenyum dan mengangguk, menatap jalanan lagi.
Ya ampun, senyuman itu. Emily tidak bisa berpikir jernih, dia bisa saja teriak saking senangnya, tapi dia bisa menahannya. Semoga.
"Yup, kita sampai! Ini adalah salah satu cafe favoritku. Ayo keluar" Ajak Zac. Emily hanya mengangguk.
Setelah Emily keluar mobil, dia melihat nama cafe itu, Caffe Nero. Cafe itu lumayan besar dan terlihat nyaman, banyak anak-anak muda hang out dan mengobrol heboh dan tertawa bersama.
"Kuharap kau suka makanan Italy" Kata Zac setelah mereka masuk. Emily baru menyadarinya, walaupun ada makanan sehari-hari orang Inggris, tapi sebagian besar makanan di menunya adalah makanan Italy.
"Aku suka kok" kata Emily sambil melihat sekitar. Pelayan memberikan mereka menu setelah duduk di salah satu meja dekat jendela luar. Wajah Emily bertatapan dengan Zac, membuat Emily makin gugup saja, dia melihat menu, tapi cowok ini tidak bisa membuatnya berpikir untuk memilih.
"Saya pesan Spaghetti Aglio Olio dan iced lemon tea" Ujar Zac kepada pelayan dan langsung menoleh ke Emily.
"How about you?" Tanyanya. Emily melihat menu lagi, dia bingung, dia belum bisa berpikir.
"Hmm..." Emily menggaruk kepalanya, dan tetap melihat menu. Emily tidak tahu berapa lama dia terdiam sampai dia mendengar Zac terkekeh.
"Macaroni schotel nya enak juga. Kau mau?" Tanyanya. Tanpa pikir panjang, Emily mengangguk ke pelayan.
"Itu boleh! Dan hmm.. iced tea" Katanya. Pelayan itu mencacat pesanannya dan pergi.
Emily melihat sekelilingnya, dia tahu bahwa Zac menatapnya sambil tersenyum. Ya ampun, bagaimana aku bisa tahan? Pikir Emily girang.
"Kau orang paling pendiam dan tergugup yang pernah aku lihat seumur hidupku" Lagi-lagi, perkataan Zac membuat Emily kaget.
"Apa? aku tidak gugup. Hmm mungkin iya karena suasana baru" Kata Emily cepat. Emily kesal kenapa dia tidak pernah bisa menyembunyikan rasa gugupnya.
"Bisa jadi. Memangnya benar kamu banyak PR? Ini kan hari pertamamu" Tanya Zac mengangkat alisnya.
"Y-ya benar. Guru biology menyuruhku untuk mengerjakan PR sebelumnya, jadi aku bisa dapat tambahan nilai walaupun aku murid baru" Jawab Emily. Itu memang benar, dia tidak bohong dengan alasan itu. Zac hanya mengangguk.
"By the way, kenapa kamu bisa bertemu Bella?" Tanyanya lagi. Untuk menghilangkan rasa gugupnya, Emily mulai bercerita cepat dari dia mencari taksi di bandara sampai memutuskan untuk sekamar dengan Bella. Zac tertawa sambil menggelengkan kepalanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Wonderwall
RomanceEmily Wellington adalah anak blasteran Inggris-Indonesia. Ketika dia sudah mencapai 17 tahun, ia harus pindah ke Inggris dan melanjutkan pendidikannya disana. Diatidak menyangka bahwa ayahnya telah mempersiapkan apapun yang dia butuhkan di Inggris...