Hari berjalan seperti biasa. Aku sedang berusaha berpikir keras untuk menyelesaikan soal fisika yang Miss Ina berikan.
"Tidak boleh ada diskusi! Cobalah untuk mengerjakan dengan kemampuan sendiri." Walaupun ini hanya latihan soal. Tapi rasanya seperti sedang mengerjakan ulangan.
"Psstt, (y/n). Boleh aku pinjam penghapusmu?" Seseorang yang duduk di samping kanan ku memanggilku. Dia adalah temanku sejak SMP. Kami tidak begitu dekat, tapi kami jadi lebih sering bicara setelah masuk SMA swasta ini. Namanya adalah Ivan.
Tanpa menjawabnya aku memberikan penghapusku kepadanya. Aku tidak ingin Miss Ina mengiraku sedang berdiskusi dengan Ivan. Setelah Ivan selesai menggunakannya, Ia mengembalikannya ke meja ku.
"Terima kasih." Ucapnya, aku hanya membalasnya dengan anggukan.
Kring...
Yes! Dalam hati aku bersorak. Akhirnya waktu istirahat tiba.
"Latihan soal ini di PR-kan. Besok akan Miss periksa."
"Baik Miss." Terdengar semua murid di kelas ini menjawabnya dengan serempak. Tak lama kemudian Miss Ina pergi meninggalkan kelas.
"Hey, yang duduk di belakang. Bisa sedikit mundur? Sepertinya barisan kita terlalu maju." Salah satu teman sekelasku yang duduk di barisan paling depan meminta supaya barisannya bisa sedikit lebih mundur.
Aku menoleh ke arah anak baru itu. Jika barisan ini ingin mundur, itu artinya dialah yang harus mundur terlebih dahulu. Tapi lihatlah dia, anak baru itu malah duduk dengan mengangkat kakinya ke meja dengan santainya.
"Bakugou, bisa mundurkan bangkumu?" Aku berusaha membujuknya. Anak itu malah menatapku dengan serius. Itu membuatnya terlihat sangar seperti preman.
"Kenapa aku harus mengikuti ucapanmu? Lakukan saja sendiri!"
Ucapannya berhasil membuat perempatan di kepalaku. Aku memundurkan bangkunya menggunakan kekuatanku.
Gubrak!
Hal itu membuatnya terjatuh dari kursinya.
"Pfft- Bwahahaha." Aku tidak bisa menahan diriku. Melihat anak baru itu terjatuh sangatlah lucu.
"Woah, jadi itu kekuatanmu (y/n)? Keren!" Juny yang tenyata melihat dari tadi akhirnya angkat bicara.
"Hahaha... Makasih."
"SIALAN KAMU, BOCAH!" Anak baru itu bangkit dan memukul mejanya sambil membuat ledakan kecil di tangannya. Dia berhasil mengalihkan perhatian sebagian orang di kelas.
"MAU KUBUNUH?! BOCAH SIALAN!" Dia berjalan kearah ku. Lalu anak baru itu mengangkat kerah baju kemeja ku dengan kedua tangannya.
"Apa? Kamu sendiri yang menyuruhku untuk melakukannya sendiri."
"WOY BAKUGOU! AYO KITA KE KANTIN." Seseorang yang memiliki rambut merah yang membuatnya sedikit mencolok berdiri di bingkai pintu kelas. Dia melambaikan tangannya ke arah Bakugou. Sepertinya dia juga murid baru, aku baru pernah melihatnya.
Bakugou melepas kedua tangannya dariku dan berjalan keluar kelas dengan wajah kesalnya. Aku membenarkan kerahku yang berantakan karenanya.
"Kamu sudah membuat masalah di hari pertamamu Bakugou?" Samar - samar aku mendengar anak berambut merah itu bertanya.
"Diamlah!" Anak baru itu menjawabnya dengan kasar.
Anak baru itu memang menyebalkan. Betapa sabarnya anak berambut merah itu.
"Wah, tadi itu menegangkan. Kupikir dia benar - benar akan membunuhmu. Kamu tidak takut dengannya?" Juny yang sejak tadi ketakutan karena anak baru itu akhirnya bernafas lega.
KAMU SEDANG MEMBACA
The World Turns Into Anime [Bakugou X Reader]
FanfictionNamaku (y/n), aku hanya seorang gadis biasa. Tidak ada yang begitu istimewa dariku. Namun setelah hari itu, di saat dunia berubah menjadi dua dimensi, aku bertemu dengan lelaki itu. Di saat itulah, hidupku benar-benar berubah.