Chapter 32

393 74 16
                                    

Di dalam kegelapan itu, aku melihat sesuatu yang telah lama hilang dari ingatanku. Ingatan itu terlihat jelas di mataku seolah waktu sedang terulang kembali. Kembali pada sepuluh tahun yang lalu.

"Ibu, lihat, lihat!" Aku memanggil Ibuku sembari berlarian kecil menuju dapur.

Ibuku tengah sibuk menyiapkan makan malam, tapi kehadiranku menghentikan kesibukannya.

"(y/n), kau mendapatkan kekuatanmu?" Tanya Ibu. Ibu tampak terkejut saat melihatku. Ia menatapku yang tengah melayangkan boneka kelinciku.

Aku mengangguk mantap. Seketika wajah Ibu berseri. Ibu langsung mendekat dan memelukku. "Selamat, (y/n)... Anak ibu memang hebat." Ucapnya lembut. Aku tersenyum lebar mendengarnya. Pelukannya benar-benar hangat.

Tak lama kemudian, seseorang menekan bel rumah. "Itu pasti Ayah." Ucap Ibu.

Samar-samar aku mendengar suara Ayah yang baru memasuki rumah. Ibu benar, Ayah baru saja pulang.

"Ayah!" Aku dengan gembira menyambut kedatangannya. Kaki kecilku berlari ke arahnya dan memeluknya erat. Ayahku tertawa dan langsung menggendongku. "Ayah, aku sudah dapat kekuatanku!" Aku sekali lagi melayangkan boneka kelinciku demi menunjukkan kekuatan baruku pada Ayah.

Reaksi Ayah lebih heboh dibandingkan Ibu. Ia sangat takjub melihatku. "Gadis kecilku ini memang luar biasa!" Ayah menggendongku tinggi-tinggi. Ia benar-benar kegirangan. "Suatu hari mungkin kau bisa jadi pahlawan yang hebat, (y/n)."

"Aku ingin jadi seperti Ayah!"

Ayahku tertawa mendengar ucapanku. "Jadilah apapun yang kau inginkan, (y/n). Apapun yang kau lakukan jadilah orang baik untuk orang-orang di sekitarmu." Ayah mengecup keningku.

Saat itu Ayahku adalah orang yang paling kugami lebih dari siapapun, dibandingkan para pahlawan pro sekalipun.

Ayahku adalah seorang dokter. Setiap Ayahku pulang, ia selalu menceritakan tentang pekerjaannya. Aku selalu mendengarkan ceritanya dengan antusias. Mendengarkan ayahku bercerita tentang bagaimana ia menyelamatkan hidup orang lain merupakan hal yang paling kunantikan setiap saat.

Ibuku memangil kami berdua untuk segera makan malam. Hidangan makan malam telah tersedia di meja makan. Kami pun makan malam bersama. Cerita Ayah menemani makan malam kami. Sesekali Ibu menyuruhku untuk segera melahap makananku. Karena aku terlalu fokus mendengarkan cerita Ayah, aku jadi lupa dengan makananku.

Saat itu umurku masih lima tahun. Saat itu rumahku masih terasa hangat dan nyaman. Hari itu aku mendapatkan kekuatanku untuk yang pertama kalinya. Tapi, hari itu pun menjadi hari terakhir aku merasakan kehangatan di rumahku.

Tepat setelah makan malam berakhir. Seseorang mendobrak masuk ke dalam rumah. Kami yang berada di ruang makan terkejut dengan suara keras itu. Ayahku menyuruhku dan Ibu untuk tetap berada di dalam ruangan. Aku bisa mendengar orang-orang yang mendobrak masuk itu, menghancurkan apapun yang ada di rumah ini.

Pada saat itu pula mereka tiba di hadapan kami. Mereka membawa senjata dan sudah siap menggunakan quirk mereka untuk menyerang kapanpun. Siapapun yang melihat mereka akan tahu pasti bila mereka datang ke sini bukan dengan niat baik, layaknya seorang penjahat.

Ibu mendekapku erat. Ayah berdiri di depan kami. "Siapa kalian? Apa yang kalian lakukan di sini?" Ayah bersiap melakukan perlawanan.

"Berikan benda itu." Ucap salah satu penjahat yang berdiri paling depan.

Ayah terdiam sejenak. "Apa maksudmu?"

"Tidak usah pura-pura bodoh! Aku yakin kau tahu maksudku."

"Kenapa aku harus memberikannya?" Aku tidak tahu apa yang Ayah dan penjahat itu bicarakan. Apapun itu, Ayah terlihat jelas tak akan memberikan benda yang mereka cari.

The World Turns Into Anime [Bakugou X Reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang