19. Cerita Senja (2): Ketika Aku Mengenalnya

124 7 0
                                    

"Terus? Gue nggak nyangka kakak lo tingkahnya begitu," kata Fajar.

"Itu salah satu alasan gue terpuruk banget kehilangan dia. Dia emang konyol tapi bagi gue dia semacam malaikat pelindung," jawab Senja. Tanpa sadar air mata gadis itu merembes begitu saja.

Fajar menyeka air mata Senja. "Udah kalau nggak kuat nggak usah dilanjut. Mungkin aja lo belum siap."

Senja menggeleng. "Gue lanjut ya."

Fajar tampak berpikir sejenak sebelum mengiyakan persetujuan Senja.

***

Sekolah baru, cerita baru. Di sini Senja mendapat banyak pengalaman. Dan di sinilah Senja mengenal Arga.

Arga. Hampir seperti Fajar namun ia cenderung nakal. Meskipun nakal, Arga bisa bersikap dewasa disaat tertentu. Terutama bila Senja sedang bersedih.

Senja mengenal Arga ketika masa orientasi siswa. Saat itu Senja sedang makan siang di kantin. Tiba-tiba ia duduk di hadapan gadis itu.

"Hei, kok sendirian? Jomblo ya?" kata Arga santai sambil melepas nametag yang dilapisi karton berwarna biru.

Kontan Senja menghentikan kegiatannya. "Lo siapa? Main ngatain gue jomblo aja."

"Gue Arga. Kalau lo jomblo kan nggak bakal ada yang cemburu gue duduk di sini," jawab laki-laki itu sambil mengaduk siomaynya.

"Oh."

"Dih, songong cuma oh doang jawabnya."

"Terus gue harus jawab apa?"

"Apa kek. Jangan oh doang."

"Hm, gue duluan."

Senja menutup kotak bekalnya lalu pergi menuju kelas. Heran, ada aja orang kayak gitu.

Ketika Senja sampai di ambang pintu kelas, seorang kakak panitia menghentikannya.

"Ke mana nametag-nya?" tanya panitia itu datar.

Senja melihat ke arah bajunya. Sial! Aku meninggalkannya di meja kantin! Namun tiba-tiba sebuah suara mengagetkan gadis itu.

"Nyari ini?"

Ya, Arga. Ia membawa nametag milik Senja.

"Makasih," kata Senja pelan.

"Yoi." Arga langsung pergi begitu saja.

Kali ini Senja selamat karenanya. Jika tidak ada Arga mungkin ia sudah menunggu di luar kelas karena kelupaan dengan nametagnya.

Hal berbeda terjadi ketika Senja pulang. Senja sudah terbiasa pulang sendirian. Tapi kali ini berbeda. Jika biasanya ia hanya mendapati catcalling berupa siulan atau panggilan-panggilan iseng, maka kali ini tangannya langsung ditarik dari belakang dan didekap oleh sebuah tubuh besar.

"AAAAAAAAAKKKKK!" jerit Senja sambil memberontak untuk lepas dari dekapan pria tersebut.

"Percuma teriak, nggak akan didengar siapapun gadis manis," ucap pria itu yang membuat Senja muak.

Namun tiba-tiba dekapannya melemah. Ternyata pria ini pingsan. Entah siapa yang membuatnya begitu, tapi yang pasti Senja sangat berterimakasih.

Senja menoleh ke belakang. Ia mendapati Arga berdiri di sana. Pria tadi sadar dan bangkit lagi. Kontan Senja bersembunyi di balik tubuh Arga.

"Masih bau kencur juga udah berani lo sama gue. Lo tahu siapa gue, hah?!" ucap pria itu berapi-api.

"Ya emang lo juga tahu siapa gue? Enak banget lo ngatain gue bau kencur. Gue wangi parfum gini dibilang bau kencur. Lo kali tuh yang bau asem," jawab Arga santai. Senja punya firasat tak baik untuk hal ini.

Fajar dan SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang