18. Cerita Senja (1): Awal Cerita

130 8 4
                                    

Fajar pun berlalu setelah mengantar Senja pulang.

"Lusi, gue mau pergi. Lo jaga rumah," kata Senja malas sambil terus berjalan ke kamar.

Senja membaringkan tubuhnya di kasur. Ia cukup lelah. Bukan tubuhnya yang lelah, tapi pikirannya. Gadis itu menatap langit-langit kamarnya. Kini pikiran gadis itu melayang pada Indra. Ia bahkan belum sempat melihat kondisinya saat gadis itu masih dirawat.

Kamar ini selalu mengingatkan Senja pada Kevin. Ya, sebelumnya Senja memang memiliki seorang kakak. Kamar ini sebenarnya bukan kamar Senja. Ia dan Kevin bertukar kamar karena laki-laki itu kalah challenge dengan adiknya. Senja sangat merindukan mereka.

Senja terlalu hanyut dalam lamunannya. Ia bahkan belum mengganti seragamnya. Kuharap Fajar datang lebih lambat.

Dan disaat Senja hendak menata ulang rambutnya, Lusi mengetuk pintu kamar gadis itu.

"Masuk, Lu," kata Senja sambil menyisir rambut panjangnya.

"Cowok yang kemarin udah dateng," kata Lusi. Tunggu, rasanya kemarin ia sudah tahu nama Fajar. 

"Ah iya, sebentar lagi gue ke bawah," jawab Senja.

Lusi mengangguk mengerti lalu keluar lagi. Senja kembali fokus menguncir rambutnya. Ini sudah cukup. Gadis itu pun ke bawah untuk menemui Fajar.

"Jadi tomboy lo ya?" kata Fajar.

Senja hanya memakai kemeja kotak-kotak berwarna coklat dengan celana jeans hitam. Lalu ia menguncir rambutnya seperti ekor kuda.

"Gue lagi nggak mood dandan," jawabnya sambil tersenyum getir.

"Ayo," ajak Fajar.

Mereka pun pamit pada Mbak Sari.

"Itu motor siapa?" tanya Senja yang melihat sebuah motor matik di dekat garasi.

"Emm ... gimana ya gue bilangnya?" kata Fajar kebingungan.

Senja mendelik. "Lo nggak macem-macem 'kan?"

"Ng?! Nggak kok! I-ini motor punya pelanggan Ibu. Dia udah deket sama keluarga gue. Jadi dia ngasih pinjam motornya," jelas Fajar.

Senja hanya ber-oh ria sambil menaiki motor matik—yang ia anggap—milik Fajar.

"Kita mau ke mana?" tanya Fajar.

"Lo tahu tempat—oh nggak deh gue tunjukkin aja jalannya," jawab Senja. Ia yakin Fajar tidak tahu tempat yang ia maksud bila gadis itu hanya menyebut nama tempatnya.

Fajar pun mulai melaju. Cukup jauh memang dari rumah Senja. Tapi ia yakin pilihannya tepat. Ia butuh waktu untuk berdua bersama Fajar. Ada sesuatu yang ingin gadis itu sampaikan. Mengapa tidak di sekolah saja? Entahlah. Terkadang Senja memang aneh.

Tak lama, mereka pun sampai. Hamparan padang bunga dandelion menyambut kedatangan mereka. Senja turun dari motor lalu duduk di bawah pohon. Meninggalkan Fajar yang masih terkesima dengan pemandangan di hadapannya.

"Ngapain lo ngajakin gue ke sini?" tanya Fajar.

Senja menghela napas. "Gue mau cerita sama lo tentang masa lalu gue yang bikin gue berubah kayak pertama kita ketemu."

Senja membulatkan tekadnya untuk bercerita pada Fajar. Ia harap ia bercerita pada orang yang benar.

"Ng? Kalau lo belum siap nanti-nanti lagi juga nggak apa-apa kok," kata Fajar.

"Nggak. Udah cukup gue nanggung beban itu."

"O-oke, silahkan."

"Semua kehidupan gue normal-normal aja. Sampai gue umur empat belas tahun," jelas Senja mengawali cerita.

***

"Hoek! Senja! Ini minuman apaan sih? Pahit banget gilak! Kayak idup lo!" seru Kevin dari arah dapur.

"Apaan sih, Kak, nggak usah---JAMU DATANG BULAN GUE! JADI LO MINUM ITU BARUSAN?!" Senja terkejut bukan main. Kenapa Kak Kevin bisa menemukan botol itu?! 

"Iya," jawab Kevin santai.

"Idiot! Goblok! Bego!" umpat Senja sambil merebut botol yang sudah kosong tersebut dari genggaman Kevin.

"Apa tadi lo bilang?" tanya Kevin.

"Ah, nggak kok bukan apa-apa."

"Nggak, bukan idiot tolol dan kawan-kawan. Tadi lo bilang itu minuman apa?"

"Jamu datang bulan." 

"HOEKKKKKKK!!!!!!"

Kevin pun berlari menuju toilet dan memuntahkan semua isi perutnya.

"Lagian sih lo main minum aja, tanya dulu kek," celetuk Senja sambil memijat tengkuk Kevin.

"Gue haus abis fitnes. Wajar dong kalau gue main minum aja. Lo kayak yang ngga tahu tipe cowok fitnes," sahut Kevin.

"Udah selesai?" tanya Senja memastikan.

"Hm. Makasih loh jamunya. Semoga datang bulan lo lancar."

"Haha, iya sama-sama. Jangan lupa ganti rugi, yoeh."

"What the---"

Itu ketika Senja masih kelas 8 atau ketika ia berusia 13 tahun. Sejujurnya ia masih menikmati masa-masanya sebagai keluarga normal. Lain halnya ketika gadis itu menginjak usia 14 tahun alias kelas 9.

"Senja itu udah mau ujian. Harusnya kamu bantu dia belajar bukan ngebiarin dia pergi sama temen-temennya. Aku pusing setiap kali denger masalah yang sama. Apa kamu selama ini nggak ngerti sama pekerjaan aku? Aku capek! Tolong jangan bikin aku tambah pusing!" seru Indra membentak Lilian.

Lilian tidak menjawab. Ia terus menunduk tak berani menatap Indra. Sementara Senja hanya terdiam menyaksikan dari celah pintu kamar dengan air mata yang tidak bisa berhenti.

Kenapa cuma karena hal sepele saja mereka bertengkar? Haruskah dengan cara itu? Mereka pikir semua anak-anak mereka tidak ada yang mendengarnya? Cih. Batin Senja

Waktu terus berlalu. Tibalah saatnya untuk mengambil surat kelulusan. Hasilnya Senja lulus dengan nilai yang memuaskan. Dan ditahun ini pun ia menjadi lulusan terbaik di sekolahnya.

"Pa, Papa jangan marah lagi ya sama Mama. Senja kan udah lulus. Nilainya juga lumayan. Jangan marahin Mama lagi ya," jelas Senja saat di perjalanan pulang.

Indra menoleh dan tersenyum. "Iya, Papa nggak marah-marah lagi sama Mama."

Itu adalah senyum Indra yang terakhir. Setelah itu Indra kembali memarahi Lilian dengan alasan lain. Tak hanya itu, Senja kerap kali mendapat pukulan dari Indra. Terkadang Kevin pun menjadi samsak ketika Indra pulang dengan keadaan emosi. Hanya Lusi yang aman. Hal itu yang membuat Senja cemburu.

Miris. Indra tidak bisa mengontrol emosinya. Jika Indra sudah pulang, Senja selalu cemas. Takut jika ia melakukan kesalahan lalu ia mendapat pukulan lagi. Pada akhirnya, kesalahan apapun semuanya akan terlihat salah di mata Indra. 











Hehe ini oe ganti lagi whaha:v maapkeun ya. Oe pikir agak aneh kalau setengah2 pov nya beda. Hehe ini benar2 revisi besar. Jadi maapkeun yg baca nya bingung, mending nanti dulu bacanya, hehe.

Jangan lupa vote, comment, and share☺thank you

Fajar dan SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang