Fajar mengayuh sepedanya dengan semangat hingga tak terasa dirinya sudah sampai di sekolah.
Ia memarkirkan sepedanya di parkiran khusus sepeda. Laki-laki itu berjalan menuju kelasnya.
Cukup banyak gadis di sekolahnya yang tertarik dengan tubuh atletisnya. Tubuh yang tinggi dengan postur badan yang tegap merupakan daya tarik tersendiri bagi beberapa gadis.
Namun Fajar tidak peduli dengan hal itu. Fajar berpikir, mungkin jika para gadis itu sudah tahu dirinya yang sebenarnya mereka akan menjauh.
Jadi ia tidak peduli pada mereka yang tertarik dengan dirinya hanya karena fisiknya.
Fajar tiba di kelasnya dan langsung duduk di kursinya. Sudah ada Senja yang duduk manis dengan buku yang dipegangnya.
"Buku apa itu?" tanya Fajar sambil menaruh tasnya.
Senja tak menjawab karena sangat fokus pada buku bacaannya.
Berasa ngomong sama tembok gue, batin Fajar.
Sejenak Fajar memperhatikan Senja. Gadis bermata sipit itu masih fokus dengan buku yang dibacanya.
Rambutnya yang panjang dengan poni menjadikan penampilan gadis itu sangat manis. Terlebih saat gadis itu menarik helaian rambutnya ke belakang telinga.
"Ada apa?" tanya Senja tiba-tiba.
Fajar terkejut. Ia sedikit gelagapan mencari jawaban.
"Ah! Nggak, nggak ada apa-apa kok," jawab Fajar.
"Terus ngapain lo ngeliatin guess?" tanya Senja dengan nada datarnya.
Fajar menelan salivanya susah payah. Alasan apa yang harus ia katakan sementara Senja masih menatapnya tajam.
"Eh ... lo manis," jawab Fajar asal. Aduh bego banget gue!
Senja sedikit terkejut. Ia pikir ada yang salah dengan penampilannya hingga Fajar memperhatikannya begitu seksama.
Senja tersenyum tipis. Nyaris tak terlihat. "Makasih." Ia pun kembali fokus ke buku bacaannya.
"Eh, i-iya, sama-sama." Fajar menjadi salah tingkah sendiri.
Bel masuk pun berbunyi. Senja memasukkan buku bacaannya ke dalam tas dan menggantinya dengan buku pelajaran.
Fajar melirik Senja. Tak ada ekspresi apapun di sana. Saat itu Senja menarik rambutnya yang sedikit menutupi wajah sampingnya ke belakang telinganya. Saat itu pula Fajar kembali salah tingkah. Laki-laki itu memalingkan wajahnya.
Astaga! Manisnya! Fajar hampir lupa caranya bernafas. Ia kembali fokus pada penjelasan guru yang tengah menerangkan suatu materi.
Satu jam berlalu. Pelajaran pertama terlewati. Di jam pelajaran kedua XI IPA 1 tidak ada guru yang masuk. Alhasil jam pun menjadi kosong.
Senja kembali melanjutkan membaca buku tadi. Fajar melihat keadaan sekitar. Tidak ada yang keluar kelas memang, kecuali yang izin ke kamar mandi, namun tetap saja kelas menjadi sedikit ramai dibanding ketika ada guru.
"Lo gak gabung sama mereka?" tanya Fajar heran setelah melihat beberapa gerombolan anak perempuan yang sedang berkumpul.
"Siapa?" tanya Senja sedikit menoleh pada Fajar lalu kembali fokus pada bukunya.
"Em, itu, yang lagi ngumpul," jawab Fajar.
"Siapa juga yang mau temenan sama gue?" kata Senja. "Kalau lo mau gabung silahkan."
"Nggak, gue bukan tukang gibah."
***
Bel istirahat berbunyi. Kantin pun menjadi sasaran utama para murid. Terkecuali Fajar dan Senja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fajar dan Senja
Fiksi RemajaKetika Fajar dan Senja bertemu. Fajar Rizky Mahendra, siswa pindahan yang mampu membuat dunia seorang Senja Azalea Kusuma berubah. Fajar yang memiliki masalah dalam hidupnya, harus berjuang menutup kesedihannya di hadapan teman-temannya. Termasuk Se...