Pagi ini baik Fajar maupun Senja berangkat seperti biasa.
Supir pribadi Senja tidak bisa mengantar Senja dikarenakan mobil tersebut masih diservis.
Sementara Indra? Entahlah Senja tak pernah peduli dengan pria itu. Pagi ini pun ia kembali berjalan kaki menuju sekolahnya.
Tanpa ia duga sebelumnya, gadis berkulit kuning langsat itu berpapasan dengan teman sebangkunya di persimpangan.
Fajar berhenti sejenak, begitupun dengan Senja. Kedua pasang mata mereka bertemu.
Namun, Senja memilih melanjutkan perjalanannya. Fajar masih terdiam, menunggu gadis itu hilang dari pandangannya. Barulah laki-laki itu mengayuh kembali sepedanya.
Hingga jam pelajaran kedua, Fajar tidak mengajak Senja berbicara. Tubuhnya masih bergetar hebat setelah mendengar pernyataan Senja semalam.
Laki-laki itu sadar, ia telah membuka luka yang telah lama Senja tutup rapat-rapat.
Ia telah mengungkit masa lalu Senja, padahal gadis itu sedang berjuang keras untuk merelakannya.
Kini Fajar bimbang. Haruskah ia pura-pura tidak tahu lalu menanyakannya pada Senja agar bisa meminta maaf atau diam saja seolah ia benar-benar tidak tahu apapun?
Fajar merasa opsi keduanya benar-benar egois. Ia tidak bisa bersikap seperti itu.
Tiba-tiba saja, Fajar teringat dengan Chika. Fajar ingin meminta bantuan Chika bagaimana menghadapi Senja bila gadis itu sedang sedih.
Dan pada jam istirahat Fajar langsung menuju kelas Chika.
"Permisi, Chika-nya ada?" tanya Fajar.
Chika pun datang menghampiri Fajar.
"Ada apa?" tanya Chika.
"Gue mau ngajak lo ke kantin. Ada yang mau gue omongin sama lo," jawab Fajar gugup.
"Oh, ya udah bentar. Gue beresin meja gue dulu."
Tak lama kemudian Chika kembali dan berjalan menuju kantin bersama Fajar.
"Jadi ada apa? Tumben nyariin gue," kata Chika membuka obrolan.
"Lo jangan kasih tahu siapa-siapa ya. Terutama Senja," kata Fajar.
Chika mengangguk. Fajar pun menceritakan semua rencananya dan memberitahu Chika tentang kejadian kemarin. Chika tampak serius mendengarkan cerita Fajar.
"Jadi begitu? Dia emang punya trauma sama basket sih. Pokoknya dia trauma sama basket sama orang baru," komentar Chika seusai Fajar bercerita.
Pandangan Chika menerawang. Sebenarnya ia juga ingin berteman lgi dengan Senja.
"Terus gue harus gimana? Kemarin aja mukanya pucat banget," kata Fajar sambil menggaruk kepalanya gusar.
"Menurut gue tindakan yang lo ambil udah bener, lo biarin Senja sendiri buat sementara. Tapi jangan kelamaan juga. Lusa kan weekend, coba lo ajak dia jalan," jelas Chika.
"Coba deh ntar gue bilang. Doakan gue berhasil," kata Fajar.
"Pasti!"
Fajar pun kembali melanjutkan makannya lalu kembali ke kelas. Saat sampai di kelas, Fajar mendapati Senja sedang duduk seorang diri. Ia bersandar pada tembok sambil memeluk tas miliknya. Gadis itu tertidur.
Laki-laki itu masuk ke kelas, tetapi ia tidak duduk di samping Senja. Ia takut mengganggu gadis itu. Fajar memperhatikan wajah Senja sesaat. Wajahnya lebih tenang dari sebelumnya.
Fajar melirik jam yang tergantung di atas papan tulis. Lima menit lagi bel masuk akan segera berbunyi.
Fajar ingin membangunkan Senja karena setelah ini, guru yang mengisi pelajaran selanjutnya adalah Bu Rika, salah satu guru killer yang disegani banyak murid.
Fajar tak ingin Senja mendapat hukuman dari Bu Rika hanya karena tertidur di saat jam pelajarannya.
"Senja, bangun. Udah mau bel," kata Fajar perlahan sambil mengguncangkan sedikit tubuh Senja.
Senja masih tertidur.
"Senja, ayolah. Gue nggak mau lo dihukum sama Bu Rika," kata Fajar.
Fajar pun mengguncangkan tubuh Senja lebih kencang, tetapi gadis itu belum juga bangun.
Bu Rika sudah berjalan dan mendekati pintu kelasnya. Fajar kebingungan harus membuat alasan apa. Akhirnya ia pun menghampiri Bu Rika.
"Bu, Senja pingsan, saya izin bawa dia ke UKS sebentar ya, Bu," kata Fajar.
"Ya silahkan," jawab Bu Rika.
Fajar pun menggendong Senja menuju UKS. Seisi kelas hening ketika Fajar mulai menggendong Senja, namun tak lama terdengar suara bisik-bisik ingga Bu Rika menenangkan kelas. Sesampainya di UKS, Fajar membaringkan tubuh Senja di brankar.
"Lo kenapa sih? Untung tadi gue bisa bikin alasan sama Bu Rika. Coba kalau nggak, habis kali lo," kata Fajar sambil menatap wajah teduh Senja meski ia tahu ia tak akan mendapat jawaban apa-apa.
"Gue balik ke kelas dulu ya," kata Fajar perlahan. Fajar pun kembali ke kelas.
Satu jam berlalu, pelajaran yang diisi oleh Bu Rika hampir selesai.
"Senja udah bangun belum ya? Sebenernya dia beneran pingsan apa ketiduran sih?" gumam Fajar.
"Baik, Ibu akhiri sampai di sini, assalamualaikum," kata Bu Rika menutup pelajarannya.
"Waalaikumsalam," jawab murid-murid serentak.
Karena pelajaran ini adalah pelajaran terakhir, semua murid langsung membereskan alat tulis mereka dan menunggu bel pulang berbunyi. Fajar segera membereskan alat tulisnya, dan segera membawa tas miliknya dan juga Senja ke UKS.
"Gue izin langsung ke UKS ya, gue nggak langsung pulang kok," kata Fajar pada ketua kelas.
"Iya, iya, santai aja. Titip Senja ya, sorry nih gue ketua kelas malah nggak bisa jagain anggotanya," jelas ketua kelas tersebut.
"Hehe iya, makasih nih sebelumnya," kata Fajar sambil beranjak.
Saat Fajar tiba di UKS, Senja masih belum sadar. Fajar makin panik. Ia kebingungan sendiri.
"Kadang gue bingung, lo itu serius apa cuma pura-pura?" gumam Fajar.
Fajar pun berbalik untuk menaruh tas milik Senja. Namun tiba-tiba ada sesuatu yang jatuh dan Fajar sangat yakin bukan dari tasnya. Fajar pun memungut benda yang jatuh tersebut.
"Obat tidur?" gumam Fajar.
Kedua mata Fajar membulat seketika.
"S-Senja ... apa yang lo lakuin?" Fajar menoleh ke arah Senja. "Gue bahkan belum minta maaf sama lo."
Fajar tak memiliki pilihan lain. Ia pun menggendong Senja hingga ke gerbang sekolah.
Beruntung keadaan sekolah sudah sepi. Fajar pun menghentikan sebuah taksi. Ia akan mengantarkan Senja terlebih dahulu.
Sesampainya di rumah Senja, Fajar membayar ongkos taksi dan segera memanggil seseorang yang ada di rumah Senja.
Lalu munculah supir pribadi Senja. Supir itu langsung membawa Senja ke dalam rumahnya. Tak lupa, Fajar juga memberitahu supir tersebut bahwa ia menemukan obat tidur dari tas milik Senja.
Setelah dirasa cukup, Fajar kembali ke sekolah untuk mengambil sepedanya. Fajar berharap Senja baik-baik saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fajar dan Senja
Roman pour AdolescentsKetika Fajar dan Senja bertemu. Fajar Rizky Mahendra, siswa pindahan yang mampu membuat dunia seorang Senja Azalea Kusuma berubah. Fajar yang memiliki masalah dalam hidupnya, harus berjuang menutup kesedihannya di hadapan teman-temannya. Termasuk Se...