31. Rencana Lusi

91 5 0
                                    

Gadis itu hendak mengetuk pintu bercat coklat di hadapannya namun saat tangannya hampir menyentuh pintu itu ia tarik kembli tangannya. Entah sudah berapa kali ia melakukannya. Sebenarnya ia juga takut kalau di rumah ini tidak ada orang. Secara, rumah ini sangat sepi seperti tak ada tanda kehidupan. Ketuk nggak ya? Gadis itu masih menimang-nimang. Ia menggigit bibirnya lalu menguatkan mentalnya.

Tok, tok, tok!

Gadis itu tidak menyangka akhirnya tangannya bergerak mengetuk pintu tersebut. Si pemilik rumah yang sedang asyik membaca buku di kamarnya pun tersentak. Lantas ia beranjak menuju pintu. Sebelumnya ia melihat ke luar dari jendela. Ia merasa kenal dengan postur tubuhnya. Ia pun membuka pintu. "Ada apa ke rumah, Sen---eh elo?"

Lusi terkekeh geli. "Kakak ada waktu? Aku mau ajak Kakak ke mall."

Fajar mendelik. Kenapa nggak ajak Senja aja? Dia adiknya bukan?

"Aku tahu Kakak bingung. Sebenarnya aku juga ajak Kak Senja. Ayolah Kak."

Fajar jadi makin yakin kalau ini hanya rencana bocah yang ada di depanya agar ia bisa kencan lagi dengan kakak si bocah. "Tapi Kakak nggak punya uang."

"Ck, persetan dengan uang. Kalau kalian nikah karena uang terus anak kalian apa? Bank?"

Fajar menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Iya juga ya? Ya udah deh, mau lo gimana?"

Lusi tersenyum jahil menatap Fajar. 

"Anjir lah, muka lo kaya yang mau perkosa gue!"

"Gobloknya gebetan kakak gue, cih!"

***

Senja sudah rapih dengan dress kotak-kotaknya sejak satu jam yang lalu. Ia bahkan sudah berganti gaya rambut lebih dari lima kali. Gadis itu menatap dirinya di depan kaca rias. Lusi jadi nggak sih?! Mendadak Senja menjadi gondok sendiri karena pikirannya yang berlebihan. 

Namun tiba-tiba muncul notifikasi di ponsel Senja. 

Lusi: Buruan turun. Lo bukan rapunzel 'kan?

Senja memutar kedua bola matanya. Benar-benar, adiknya ini sungguh ajaib. Ia lantas beranjak ke gerbang rumahnya. Karena lokasi mall tidak begitu jauh, ia pun berjalan bersama Lusi.

Bagaikan bertemu hantu di jalanan gelap, jantung Senja dipaksa copot setelah matanya bertemu dengan mata itu. Mata dari laki-laki yang kini sukses mengalihkan dunianya setelah Arga pergi.

Ya, inilah rencana Lusi. Senja pun menatap Lusi tajam. Pantas saja sepanjang jalan adiknya itu terus manatap ke arah ponsel. Hingga saat sampai di persimpangan Senja terpaksa menarik lengan Lusi agar tidak salah arah. Ditambah lagi saat Senja melihat ke arah Fajar, lelaki itu juga sedang menatap ke arah ponselnya. Sebuah kesimpulan terlintas di pikiran Senja. Bisa dipastikan saat pulang nanti semua kosakata Senja akan terkuras. 

"Udah lama nunggu, Kak?" tanya Lusi sambil berjalan menghampiri Fajar.

Fajar dengan setelan kasualnya hanya menggeleng sambil tersenyum tipis. "Nggak kok, baru sampai."

"Ya udah ayo ke dalam!" Lusi langsung berlari ke dalam seperti anak kecil yang baru di lepas di taman bermain. Fajar dan Senja yang melihat itu hanya terdiam. Sungguh, ini di luar dugaan Senja. Adiknya itu benar-benar gila. Fajar yang tersadar lebih dulu segera berlari mengejar Lusi. 

Sementara Senja masih memperhatikan dua orang tersebut. Ia memperhatikan Fajar yang tampak sangat menjaga Lusi. Memarahinya karena tiba-tiba berlari ke dalam, dan menggenggam tangannya agar tidak lari kembali. Lalu memanggil nama Senja.

Fajar dan SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang