Lamaran

15 3 0
                                    

Rathalia sedang berjalan bersama Lai Fuchian lalu tidak sengaja melihat Crystal, mantan sekaligus direktur rumah sakit tempat Zhen bekerja yang menampar Zhen di depan sebuah restaurant. Sontak Rathalia pun langsung menutup paksa mata Fuchian agar tidak melihatnya,  tetapi terlambat.  Gadis kecil itu berteriak,  "Papa!!! "

Zhen seketika kaget dan langsung mengubah wajahnya yang musam menjadi senyum ceria menyambut kedatangan anaknya itu. Ia pun akhirnya mengajak Fuchian pulang dan tak memperdulikan Crystal yang masih terbakar emosi.

***

Fuchian membuat masakan untuk makan siang Zhen di rumah sakit,  setelah itu ia memohon pada Rathalia untuk menemani mengantarkannya. 

Rathalia menahan Fuchian untuk masuk keruangan ayahnya karena sedang ada Crystal yang sepertinya memiliki urusan penting dengan Zhen. Mereka berdua berbicara menggunakan bahasa Indonesia  karena dulu,  Crystal dan Zhen adalah seorang dokter yang sama-sama dikirim ke Aceh untuk membantu para korban tsunami. Mereka berdualah yang menemukan Fuchian,  tetapi Zhen yang akhirnya mengasuh anak kecil itu.

Awalnya Zhen dan Crystal hampir saja menikah tetapi karena pria itu tak mau menjadi boneka mainan keluarganya Crystal yang berkuasa,  dan wanita itupun tak mau meninggalkan keluarganya yang berharga,  merekapun memutuskan untuk menyudahi hubungannya tersebut.

Sejak saat itu, belum pernah ada wanita yang berhasil menggantikan Crystal di hati Zhen,  tetapi semenjak adanya Rathalia segalanya berubah,  tidak ada lagi Crystal dalam bayang-bayangnya bahkan hatinya sekalipun.

"Saya tidak suka ada wanita itu dirumah kamu,  Zhen! ", seru Crystal tanpa alasan.

"Tapi saya disini bekerja sebagai dokter rumah sakit,  bukan boneka yang bisa kamu campuri terus urusannya"

"Kamu tidak tahu kan dia siapa?  Bagaimana kalau dia orang jahat,  Zhen? Kamu tidak takut Fuchian diurus oleh wanita jalanan seperti dia?! "

"Diam,  Crystal!  Dia bahkan lebih baik dari pada kamu.  Rathalia membuat saya dan Fuchian merasa nyaman,  dia wanita yang baik", tegas Zhen sekali lagi,  lalu ia pergi meninggalkan ruangannya.

"Zhen! "

Lai Fuchian memeluk ayahnya dari belakang ketika Zhen tak sadar jika putrinya itu telah menunggunya sejak tadi.

"Dad, I bring your lunch.  Lets eat together! I make your favorite food with mommy"

"Dont call her mommy,  Fuchian", Zhen merasa sungkan dengan Rathalia,  ia takut gadis itu merasa terbebani.

"No,  dad!  Because Iam very like her,  she is smart and teach me everything.  And She also can make many delicious foods"

"Its okay,  Zhen", Rathalia memaklumo keadaan Fuchian yang merindukan kasih sayang seorang ibu. 

"Rathalia,  nanti sore kamu bisa temui saya di lotte world? ", tanya Zhen yang dibalas anggukan tanpa banyak berfikir oleh gadis itu.

"Ehm... Zhen,  gue sama Fuchian pulang dulu ya.  Kasian dari tadi dia belum istirahat.  Pulang sekolah itu dia langsung ke dapur bikin lo makan siang dan ngajak gue buat nganterin.  Kayanya dia sayang banget sama lo. Selamat lo berhasil jadi Daddy yang baik buat Fuchian"

"Iya,  Ra.  Saya titip Fuchian", Zhen mengelus-elus rambut putri kecilnya itu,  bagi Rathalia mungkin inilah yang patut dinamakan 'suamiable'.

"Biar saya antar pulang", merekapun hendak beranjak pergi namun langkahnya tertahan saat Zhen menyadari ada sesuatu yang tertinggal, "Rathalia,  bisa tolong ambilin handphone di ruangan saya? Saya mau ambil mobil dulu di parkiran, kita ketemuan di depan ya"

Ketika Rathalia mencari-cari handphone milik Zhen,  gadis itu menemukan sebuah surat,  tetapi ia tidak mengerti bahasa korea dan ia pun menggunakan google translate.  Isinya adalah ungkapan perasaan Crystal untuk Zhen yabg sudah bertahun-tahun.  Pada intinya Crystal masih mencintai pria yang kini bekerja di rumah sakitnya itu.

***

Lotte World,  08.59 pm.

"Lo tanya gimana tipe cowok ideal gue? Oh, lo salah besar", ucap Rathalia pada Zhen yang entah kerasukan apa hingga bisa bertanya hal semacam itu.

"Kenapa? Bukannya kebanyakan cewek punya tipe ideal mereka masing-masing?"tanya Zhen semakin bingung.

"Mungkin kalo lo denger, lo bakal jijik buat liat gue lagi. Tapi gue orangnya nggak bisa bohong kaya kebanyakan cewek diluar sana, gue nggak bisa ngomong manis didepan tapi nusuk dibelakang. Ngomonnya A tapi sebenarnya pinginnya B, mau apa coba? Mereka itu munafik", jelasnya jujur sekali.

"Emangnya semenjijikan itu ya?"

"Ya pokoknya yang pertama dia harus holkay, holkay, holkay dan holkay. Selanjutnya sih, gampanglah, atau mungkin cowok ganteng yang punya lesung pipit di pipinya. Oh my god gue beberan nggak tahan sama spesies begituan."

Zhen hanya menatapnya tak percaya setelah mendengar perkataan Rathalia. "Jadi kamu nggak butuh cinta? Atau kasih sayang yang biasanya banyak wanita mau?"

"Lo pasti tau kan alesan kenapa gue kejebak sial terus terusan di korea? Itu semua cuma perkara uang, uang gue yang diambil sama temen gue yang brengsek itu. Dan lo tau, gue dijual sama om om sama temen gue itu, biar dia bisa dapet uang yang lebih banyak. Untung aja tuh belom sempet gue diapa-apain gue udah berhasil kabur duluan, nah kalo enggak?", jelas Rathalia menggebu-gebu,  baginya urusan percintaan tidaklah penting sekarang ini,  ia hanya ingin kembali. "Nih ya Zhen, seharusnya lo tau semua orang itu pada dasarnya munafik. Banyak cewek kaya ataupun yang hidupnya biasa biasa aja bilang kalo mereka cari cowok apa adanya yang penting cinta. Itu kenapa? Karena ya mereka nggak bisa dapetin yang lebih dari itu, trus kalo beneran mereka akhirnya sama si cowok apa adanya itu pasti akhirnya juga mereka bakal marah marah sendiri. Semua semua yang biayain si ceweknya, dan si cowok cuma bisa kasih cinta? Bullshit, paling lama sebulan juga udah putus yang begituan"

"Saya seneng kamu bilang kaya gitu. Artinya kamu percaya saya", ucap Zhen dengan kelembutan serta sosok ke-suamiable-an yang membuat gadis itu semakin terpanah.

"Hah lo gila ya? Seharusnya lo tuh ilfil sama gue, bilang kek 'ih stress nih cewek emang dasar matre nggak tau diri, muka nggak seberapa tapi tipenya berlebihan, yang ada jones tuh sampe tua' gitu tuh yang bener"

Zhen tersenyum. Ia tidak memiliki lesung pipit seperti Arlo, tapi senyuman kehangatan itu bahkan lebih manis dari apapun,"Saya suka kamu, terserah kamu bilang saya bercanda. Mungkin saya bisa kasih kamu banyak uang, tapi saya nggak bisa kasih kamu senyum berlesung pipit"

"Eh? Gila becanda lo keren juga. Nggak lah yang tadi gue bercanda, itu karena gue ngefans sama Lay EXO yang punya lesung dipipinya, tapi kalo nggak ada sih juga nggak papa kali"

"Jadi kamu nerima saya". Zhen memang jagonya membuat suasana menjadi kian membeku dengan kata-kata to the pointnya yang amazing.

"Hah? Ehm... Lo kaya, lo pinter, lo baik sama semua orang termasuk gue dan lo paling nggak bisa ninggalin seseorang dalam keadaan rapuh. Gue takut lo bukan suka sama gue tapi cuma rasa sebatas kasian dan gue juga bukan suka sama lo tapi cuma sebatas rasa kagum gue sama kehidupan lo", ini bukan penolakan,  hanya garis keras yang menyatakan keadaan yang memang mereka mungkin rasakan. "Dan kalo lo suka seharusnya lo jujur sama gue. Lo bukan Zhen. Gue tau sejak beberapa bulan terakhir ini semenjak lo juga nyari tau tentang asal usul gue yang sebenernya. Gue nggak punya kekuasaan yang cukup buat tau siapa lo yang sebenarnya. Tapi kalo lo mau bilang, gue sangat menghargai itu", ucapan Rathalia bagai sindiran bagi Zhen.  Keduanya sama-sama memiliki masa lalu yang kelam,  tak ada yang ingin mereka ungkapkan

"Saya tau saya curang. Saya yang sebenernya tau semua tentang kamu, bahkan tentang keluarga kamu di Indonesia, dan siapa cowok berlesung pipit yang jadi cinta pertama kamu. Saya tau siapa yang jadi cahaya di titik tergelap kamu, dia bintang. Arlo Bintang Dirgantara, saya tau itu. Tapi saya nggak bisa bilang, karena takut kamu akan ninggalin saya gitu aja. Dan saya minta maaf karena saya nggak bisa bilang siapa saya sebenarnya. Jangankan mengucapkannya, bahkan memikirkannya itu membuat kembali tenggelam dalam luka tak berdarah yang membunuh saya secara perlahan. Saya rasa, untuk wanita yang paling saya cintai sekarang, saya nggak mau dia terkena luka masa lalu saya."batin Zhen dalam hati.

AFFECTION ;Rathalia LiuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang