Pertandingan

105 13 14
                                    

Hidup adalah kenyataan yang akan selalu datang sekalipun seseorang terus berlari untuk menghindarinya. Waktu tidak akan pernah mengenal kata lelah untuk terus berjalan, namun ia tak berdaya untuk kembali. Saat ini, atau mungkin detik ini, segalanya akan berubah pada masanya. Seseorang akan selalu mencari alasannya tersendiri untuk tetap bertahan, begitu pula dengan gadis bodoh seperti Rathalia.

"Eh, San! Mau kemana lo?", tanya Rathalia yang baru saja masuk ke dalam kelas dan disambut oleh para geng-nya yang sudah pergi entah kemana setelah mendengar kata jam kosong, atau yang artinya tidak ada guru di dalam kelas mereka.

"Ke lapangan, ada pertandingan basket nih. Ikut nggak lo? Cogan bejibun tuh", Sandera yang notabene-nya masih jomblo seperti Rathalia selalu ingin hadir paling depan saat mengetahui deretan cogan kakel terpampang sia-sia di depan matanya.

"Ntar tunggu. Itu Hana nggak lo ajak sekalian? Ada kak Aldi, kan?" Rathalia masih sibuk memasukkan buku-buku pelajaran ke dalam tasnya, sementara Sandera yang awalnya hanya melihat justru gemas dengan sahabatnya yang bisa dibilang lemot itu, membantunya membereskan itu semua. "Panggil Hana aja sana, pasti dia bakal ikut deh, kan ada kak Aldi"

Sandera melangkahkan kakinya menghampiri Hana yang tengah membaca wattpad di handphonenya, "Wahh, anjir aja lo Han!"

Hana yang mendengar suara teriakan Sandera secara tiba-tiba itu sontak terkejut dan segera menutup aplikasi wattpad serta mematikan handphone itu secepat mungkin.

"Faster, Oppa!!! Akhh sempit", Sandera memperaktikan apa yang baru saja dibacanya di wattpad library milik Hana, dengan pengucapan yang lebay bin alay.

"Eh, Ra. Lo tau nggak? Si Hana ter-" tanya Sandera yang langsung membuat Hana membungkamkan mulutnya segera.

"Judul bokep, konten dewasa, NC 21+, kan?" ucap Rathalia yang sudah hafal dengan segala gerak gerik sahabatnya itu, Hana. Memang sudah terlalu biasa bagi seorang kpopers di kalangannya mengalami hal seperti itu, tapi hingga saat ini gadis itu masih terheran-heran, apa yang menyenangkan dari membaca artikel-artikel seperti itu? Mungkin, itu karena Rathalia tidak suka membaca, dan itulah yang selalu menyebabkan gadis itu berada di peringkat bawah setiap akhir ulangan semester.

"Hahaha... Njirrr, lo udah tau ,Ra?"

"Keliatan tuh dari mukanya Hana, kalo udah blushing merah absurd-absurd gitu pasti abis baca ena-ena, ya kan Han?", sindir Rathalia sambil melirik Hana yang malu setengah mati, apalagi setelah tau kalau kakak kelas cewek paling hits di sekolah memperhatikkannya sejak tadi.

"Eh, tuh kak Aldi! Han, main cantik Han. Cepet mumpung lagi istirahat juga itu!", seru Sandera yang mendesak Hana untuk menghampiri kak Aldi; Doi-nya Hana yang kelima, anak basket, termasuk jajaran kakel ter-cool disekolah. "Nih, aqua"

"Buat apaan?"

"Nggak peka amat si lo Han, ya kasihin ke Aldi lah. Ya kali buat lo mandi"

"Emang harus, ya?", tanya Hana dengan muka sok polos, yang entah bagaimana justru membuat Sandera gemas dan tak bisa berkata-kata lagi, terpaksa Rathalia kali ini turun tangan. "Lo samperin tuh kakel sekarang atau lo pulang nggak selamet"

"Tapi di kamus gue tuh ya, kalo mau anu-anu kayanya nggak butuh pake aqua deh"

"Biar fokus Han, fokus! Udah ah capek gue, mending gue cabut duluan. Bye!", ucap Sandera yang setelah itu kabur mencari Doi cem-cemannya sejak tadi.

"Pliss tuh otak NC 21+ dikondisikan ya Han, gue juga mau cabut aja deh. Abis lo lama banget sih, mending gue nyari degem kalo gini caranya. Dah! Fighting!" Rathalia pun akhirnya mengikuti jejak Sandera yang menjelma menjadi seorang gadis berotak sok polos dan menyusuri lapangan, mencari Doi yang bertaburan.

AFFECTION ;Rathalia LiuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang