Adakah tuturku yang melukaimu
Atau tindakanku yang merendahkanmu
Bahkan lirikan mataku yang menyayat hatimuKalau ada,
Ucap. Aku bukan dukun
Lakukan. Aku bukan peramal
Atau apapun, asal aku tauDi mana letak salahku
Hingga membuatmu seperti ini
Meregang jarak sejauh ini
Mengubur hati sedalam ini
Melebur cinta di antara dustaApa maksudmu
Menolak dicintai
Mencari cinta kembali
Namun menutup rapat hatiAdakah hati selentur sendi
Ini perih, tuan
Jangan lagi
Cukup
Ini sakit
Bahkan kini mataku yang bercakap
Hatiku membuka dirimu
Pikiranku selalu tentangmu
Namun kembali acuhAdakah hari itu?
Dimana aku bisa kokoh
Ketika meriam cintamu datang
Atau ketika panah kasih sayang melayang
Tuan, jangan seperti ituKau tak pernah merasakan
Kau selalu punya segala
Bukan seperti aku yang meminta
Menunggu hingga pagi buta
Apalagi berselimut dukaTuan,
Aku sempat bertanya
Posisiku pada sanubarimu
Saudara, ujarmu
Entah bahagia
Entah sakit hatiYang jelas, ini tentang ketidakjelasan
Dekat, yang amat menjauhkan
Sudahlah tuan
Kerongkonganku mengering
Namun pipiku banjirSadarkah kau tuan?
Tentu tidak.
Kau selalu punya duniamu sendiri
Yang tanpa ada namaku di dalamnya
Sakit?
Tidak, tuan
Hanya saja aku lebih menghargai perjuangan dan pengorbanan orang lainItu yang selalu aku petik dari kisah kita
Dangkal namun penuh tekanan
Terima kasih tuan
Tolong jangan seperti ini lagi
KAMU SEDANG MEMBACA
Sampiran Afeksi
ŞiirJUDUL YANG SAMA SEDANG NAIK CETAK DENGAN PENULIS YANG SAMA NAMUN ISI YANG BERBEDA ^-^ Tertuang sajak di atas rembulan, terpatri rapih judul penanggalan. Coretan yang kau lihat berdasar perasaan dari pengalaman, entah pahit atau manis namun kuharap t...