• Tiga •

8.2K 326 17
                                    

Hari demi hari berlalu, sudah hampir satu bulan Medina bersekolah di SMA Clever, sejauh ini tidak ada masalah apapun yang dihadapi Medina, dan sekarang Medina mulai bisa bergaul dengan banya orang, walaupun terkadang perasaan takut muncul tiba-tiba, tapi itu tidak dijadikan masalah oleh Medina.

Dan selama sebulanpun Hariz bersikap baik pada Medina, karena akhir-akhir ini Medina malah sering sakit kepala, terkadang pingsan. Dan yang membuat Medina sangat terharu adalah setiap Medina pingsan, pasti Hariz menolongnya.

Apa mungkin Hariz adalah orang yang Tuhan kirim untuk Medina?

Apa mungkin Hariz adalah orang yang tepat untuk membuka pintu rahasia Medina?

Medina sendiri masih bingung dan sekarang ia tidak mau sibuk memikirkan itu, jika memang Tuhan berkehendak untuk menyatukan Medina dan Hariz, Medina mau tidak mau ya terima. Jika tidak? Ya tak masalah, mungkin.

Hari ini adalah hari minggu, jam menunjukkan pukul 11.00, Medina sedari tadi sibuk menulis, membuat Karina penasaran apa yang sedang Medina tulis dibuku hariannya itu.

"Ga usah keppo!" ucap Medina masih sibuk menulis, Karina yang merasa dirinya kepergok, ia langsung menggerutu dan keluar dari kamar.

**

Tiada hari tanpa cobaan.

Tiada waktu tanpa masalah.

Setiap hari dan setiap waktu yang dijalani, pasti akan ada yang namanya cobaan dan masalah.

Seberat apapun harimu, jangan biarkan seorangpun membuatmu merasa bahwa, kamu tidak pantas mendapatkan apa yang kamu inginkan.

—Medina Ardialova

**

Setelah menulis dibuku hariannya, Medina bergegas menyimpan buku itu ditempat tersembunyi, selesai menyimpan buku ia langsung keluar dari kamar menuju meja makan.

"Tumben keluar kamar" cibir Karina yang sedang sibuk memakan cemilan didepan televisi.

"Loh ya bagus dong" ucap wanita paruh baya yang sedang menyapu lantai.

"Dina, kamu mau makan?" lanjut wanita paruh baya itu.

"Iya, Bu" Medina berucap seraya mengambil piring juga sendok.

"Ibu suka kalau liat Medina makannya banyak, dan kamu keliatan mulai ceria lagi" ucap wanita paruh baya itu bernama Ina.

"Medina punya pacar, Bu. Ganteng lagi pacarnya. Makanya dia jadi ceria lagi" perkataan Karina sontak membuat Medina menoleh dan memberi Karina tatapan dingin.

"Oh Dina punya pacar? Kok ga bilang sama Ibu?" tanya Ina.

"Bukan pacar" jawab Medina seraya duduk dan memakan makanannya.

"Terus tunangan?" tanya Karina sibuk memindah-mindahkam chanel.

"Nanti ajak kesini" ucap Ina seraya mengelap meja makan.

"Loh Ibu ga tau? Kan waktu hari keempat Dina sekolah, pulangnya dianter cowo itu. Dina kerenkan, Bu? Langsung dapet cowo, lah Rina? Boro-boro, deket cowo aja susah" ucap Karina panjang lebar.

"Pokoknya Rina iri sama Dina" lanjut Karina.

"Iri tanda tak mampu" sewot Medina.

"Emang ga mampu, makanya iri!" cibir Karina seraya memasuki kamar.

"Udah habisin aja makanannya" ucap Ina yang dibalas anggukan kecil dari Medina.

•◇◇◇•

•Medina• [TAMAT] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang