Hari ini tanggal 17 agustus adalah tanggal merah, biasanya Medina akan diam mengurung diri dikamar tanpa gangguan siapapun, dan seperti biasa juga ia akan sibuk menulis berbagai kata-kata dibuku hariannya itu.
Ntah kenapa Medina tidak mau diganggu saat tanggal merah, Medinapun tidak tahu kenapa, yang pasti dirinya akan sangat sensitif.
Ting!
Notifikasi dari ponsel Medina membuat sang penilik bergegas mengambil ponselnya itu.
'Semoga bukan notif instagram' batin Medina seraya membuka layar.
Hariz : temenin gue yu, gue
mau cerita banyak sama lo hari iniSatu pesan dari Hariz membuat perasaannya tidak tenang, sebenarnya ia tidak mau di ganggu tapi ntah kenapa perasaan peduli pada Hariz muncul.
Dina : emm gimana ya
Hariz : please
Dina : jangan lama ya
Hariz : gue jemput
sekarang yaDina : oke
Medina langsung besiap dan berganti pakaian, ia hanya memakai celana levis selutut juga baju lengan pendek berwarna putih dilapisi jaket bomber berwarna putih miliknya.
Medina keluar kamar seraya membawa ponsel ditangan kiri dengan tangan kanan menutup pintu kamar.
"Mau kemana?" tanya Karina membuat Medina terkejut.
"Aishh, ngagetin!" cibir Medina seraya merapihkan rambutnya.
"Tumben tanggal merah keluar kamar, biasanyakan—" ucapan Karina terpotong.
"Ga usah bawel! Ibuuuu Medina pergi sebentar yaaaaa" ucap Medina sedikit berteriak.
"Pasti diajak jalan sama kak Hariz" cibir Karina membuat Medina menghentikan langkahnya.
"Diem!" bentak Medina melanjutkan jalannya menuju teras depan rumah.
"Hati-hati" ucap Ina sedikit berteriak.
Medina menunggu Hariz diteras rumah seraya duduk dikursi memainkan ponselnya. Lalu suara motor berhenti tepat didepan rumahnya, membuat Medina menatap keluar seraya berdiri, lalu membuka gerbang dan menyapa pria itu, Hariz.
"Yuk" ucap Medina seraya tersenyum dan menaiki motor Hariz, Hariz hanya membalas dengan senyum seperti terpaksa, membuat Medina bingung.
Pasalnya, Hariz tidak biasanya seperti ini. Biasanya Hariz yang selalu semangat atau mengoceh, tapi ini? Hariz diam saja.
Hariz melajukan motornya dengan kecepatan sedang, Medina tidak tahu Hariz menuju kemana, tapi Medina diam saja tidak mau banyak bertanya. Biarkan Hariz sendiri yang berbicara tanpa dipaksa atau ditanya.
"Gue kangen Bunda" ucap Hariz tiba-tiba membuat Medina menatap punggung Hariz bingung.
"Bunda?" tanya Medina, tapi tidak ada respon jawaban dari Hariz.
Selama perjalanan, Medina seperti merasa dejavu saat melewati jalanan-jalanan ini, hanya perasaan saja? Apa memang Medina pernah melewatinya? Tapi setau Medina, ia tidak pernah kesini, bahkan ia baru tahu sekarang.
Hariz menghentikan motornya dipinggir jalan, jalan itu sangat sepi, benar-benar sepi. Medina turun dari motor seraya menoleh kekanan dan kiri, perasaan takut mulai muncul lagi. Medina tidak suka suasana sepi, walaupun ia sadar bahwa dirinya bersama Hariz.
Hariz berjalan tanpa bicara, Medina hanya bisa mengikuti saja dari belakang. Keduanya sama-sama diam.
'Taman?' batin Medina bertanya saat tahu dirinya sedang berada di sebuh Taman.
KAMU SEDANG MEMBACA
•Medina• [TAMAT] ✓
Teen Fiction(TAHAP REVISI) [10-04-2019] #1 in akudankamu [27-03-2019] #3 in nyaman Perempun bernama Medina Ardialova memiliki Trauma yang membuat dirinya harus memiliki Rahasia. Rahasia yang enggan ia umbar pada siapapun, Rahasia yang ia simpan sejak lama, hin...