'Teman' Sekamar

921 117 12
                                    

(Y/N)'s POV

Sudah kedapatan bersama Luka—walaupun masih ada Gumi yang bisa menenangkanku, kamar kami bertiga ada di lantai atas. Dan artinya tiap naik atau turun harus menggunakan lift. Argh, aku benci lift! Benda itu sempit dan sesak!

"Mi..kamu dengar tadi, kan?" tanyaku dengan raut khawatir.

Gumi menanggapi dengan muka terjuteknya yang pernah kulihat. "Hm. Ya."

...sekarang Gumi menjawab seperti balasan di sosial media. Hanya 'uhm', 'hooh', 'wah', 'Y.' Persis seperti orang yang sedang merajuk.

Kami berdua memasuku lift dengan malas dan akhirnya tiba di lantai 5. Aku memandang nomor kamar besar di pintu hotel. Sistem pintu disini memakai kartu. Namun berbeda dengan yang lain, data penghuni kamar yang akan ditempati disini telah diambil. Lalu data itu akan dimasukkan ke prosessor kartu. Misalnya data kami, aku, Luka dan Gumi. Dan kami tinggal cukup menempelkan kartu pelajar kami, maka pintu akan terbuka.

Agak rumit menjelaskannya, kan?

"Liburan kali ini akan menjadi yang paling membosankan, ya?" suara sinis dari gadis bersurai pink itu terdengar makin menyebalkan saja. Luka—bersidekap setelah menempelkan kartu pelajar-nya.

"Berisik. Kau masuk duluan sana," kataku ketus. Tanpa dijawab oleh Luka.

Ruangan kamar ini terlihat cukup besar dan terlihat klasik, dengan jendela besar yang langsung mengarah ke pantai. Aku menghampiri jendela itu, dan dapat melihat air laut yang begitu jernih.

Kasurku berada di tengah-tengah antara kasur Luka dan Gumi, maka aku menjadi penghalang mereka berdua agar tidak bertengkar atau apalah. Lemari baju—lebih tepatnya ruang ganti, ditempatkan di seberang kamar mandi. Euforia rekreasi sekolah ini telah nyaris menguasaiku. Aku lekas mengganti baju sekolahku dengan baju renang biasa.

"Cepat amat? Emang boleh turun ke pantai ya?" Gumi mengernyit. Aku menunjukkan brosur jadwal. Dari jam 9 sampai 11 siang siswa/i dibebaskan, itulah yang tertulis di kertas itu. Gumi ber-oh pelan lalu mengganti bajunya juga.

"Ka, enggak ikut? Enggak boleh sendiri-sendiri, lho," tanyaku pada Luka yang sedang tiduran santai di kasurnya. Luka memutar bola matanya. Itu artinya oke.

***

Senyumku sudah tak tertahankan. Aku berseru senang, berlarian di pasir lembut pantai.

Cukup banyak para siswa dan siswi yang langsung tancap gas berenang di pantai. Rata rata dari mereka adalah para perempuan. Beberapa anak laki laki tersenyum senyum bodoh dengan mata yang jelalatan. Yah, kau tahu maksudnya apa.

Gumi paranoid, mengoleskan sunblock berulang kali pada lengan, leher, dan kakinya. Luka mengenakan kacamata hitam dan selonjoran santai di salah satu kursi. Hari ini Luka lebih banyak selonjoran atau tiduran, ia lebih santai.

Byur!

Aku menceburkan diri ke air. Airnya tak sengaja mengenai mulutku. Asin! Gumi menyusulku ke air setelah acara 'operasi-penggunaan-sunblock-agar-tidak-hitam' nya selesai.

Aku memandang para siswa kelas sebelas yang berlari balapan menuju pantai. Kemana senpai sok tahu itu? Biasanya ia bersama Piko atau Rinto. Aku menggelengkan kepala. Buat apa memikirkannya, itu akan membuat liburanku terasa berat.

VHMS  [Kagamine Len x Reader] [HighSchoolAU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang