Concerto, Start!

694 69 7
                                    

(y/n)'s pov

Aku menggosok gigiku cepat cepat, sambil berjingkat mengintip kasur Luka atau Gumi.

Sekarang pukul enam pagi, waktunya semua bangun dari tidur lelap mereka dan beraktivitas! Aku berkumur dan mengelap wajahku, lalu membuka balkon sambil menggigil. Astaga, pagi pagi sangatlah dingin. Aku menyesal tidak memakai sandal hotel.

"Dingin.." erang Luka, jemarinya menarik selimut hingga keatas kepala. Aku menarik tubuh proporsionalnya hingga jatuh terguling di lantai karpet. Luka mendecak sebal, kantuknya hilang.

"Jangan malas, tinggal dua hari lagi sebelum kita meninggalkan tempat ini. Aku ingin menjadi lebih baik, hohoho!" kataku, membuka seluruh gorden yang ada di kamar. Gumi masih terlelap, piyamanya terbuka setengah.

"Apa maksudmu.." Luka mengangkat alisnya. Aku tidak menjawab, meneruskan mengangkat sepatu yang kujemur di luar.

Aku berbalik, mencegat Luka yang hendak beranjak ke kamar mandi. Ia menoleh penuh tanda tanya padaku. "Luka."

"..? Apa? Aku ingin cuci muka, cepatlah."

"Soal tadi malam di koridor hotel.." raut wajah Luka berubah. "Maksudmu apa, kembali menjadi 'aku' yang dulu?"

Luka tidak menjawab.

"Jujur saja, aku... mengalami hal tidak mengenakkan beberapa hari ini. Sesuatu yang aneh merambat di kepalaku, di benakku, membuatku sakit kepala setiap aku mencoba mengingatnya. Itu—"

Luka akhirnya membuka mulut, "Merambat maksudmu?"

Aku menunjuk kepalaku, "Aku melihatnya bak roll film, terputar terus menerus."

"Itu ingatan, (Y/N)," kata Luka.

"Aku tahu. Aku juga pernah mengalaminya saat berada di kediaman Kagamine, saat di kamar mandi—"

"Tuungguuu. Kau ke rumah Len-senpai? NGAPAIN? KAPAN?" Luka malah mengganti topik percakapan begitu mendengar aku pernah bertamu ke rumah Len. Aku menggeleng. "Tidak, hanya menginap semalam karena hujan deras."

"Namun sekamar dengan laki-laki...—" aku menutup mulut Luka, memaksanya berganti topik awal. "Ayolah, Luk. Aku serius."

"Di kamar mandi rumah Len, aku mendapatkan memori itu lagi, saat sedang mandi. Saat aku mencoba mengingatnya untuk yang kesekian kali kucoba, aku pingsan. Sebelum pingsan rasanya kepalaku seperti terbelah dua," aku menarik nafas. "Dan yang terakhir kali di pemandian waktu itu. Aku tidak pingsan, hanya mual."

Luka menunjuk kepalaku bak itu adalah bohlam yang bersinar. "Maukah kau melakukannya sekarang?"

Aku menarik nafas, merilekskan pikiran—

"Heeeeei!"

Aku dan Luka kaget, Luka bahkan nyaris memelukku. Suara Gumi. Aku menoleh padanya, tahu tahu ia masih terlelap.

"Aku tidak akan kalah darimuu -nyam... Setan gulalii~" racau Gumi lagi. Aku kemudian berusaha menahan tawa.

"Sial, kukira ada apa," Luka mendecih, melempar maniak wortel oranye itu dengan bantal guling.

VHMS  [Kagamine Len x Reader] [HighSchoolAU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang