Perkampungan Penduduk

653 81 6
                                    

(Y/N)'s POV

"(Y/N)! Cepatlah, nanti kutinggal! OSIS sudah mulai marah marah!" nada cemas Gumi mempercepat gerakan tanganku mengikat tali sepatu putih.

Aku menjawab dengan mulut penuh roti bagel. "Hi-ya!" Lalu berlari mengikuti Luka yang ngacir duluan sejak tadi.

Hari kedua, hari yang menyenangkan, katanya. Mengunjungi ikon kota dan menyelami kebudayaannya. Karena itu OSIS dan para guru sudah bercuap cuap dari tadi, "Kalian bawa ini! Bawa itu! Sebagai calon idol kulit kalian harus tetap bling bling! Blablabla! Blibli! Blublu!"

Omong kosong, siapa peduli dengan kulit menggelap. Tidak ada hubungannya dengan karirku kedepannya, kan? Dan psst, menurut penduduk sini suka kulit gelap, lho. Mereka bilang itu eksotis.

Cuap cuap Yuuma, kakel kelas XII makin menjadi jadi. "Lelet! Kuhitung sampai lima, SA-TU!!—"

"Hiiih!" gidik ngeri segerombolan siswa langsung menerjang masuk bis, mengagetkan supir di dalam. Aku merapikan tas dan membenarkan rambut yang tahu tahu asal nemplok di dahi. Aku menoleh ke belakang, melihat kesibukan siswa siswi lain. Neru sibuk mengetik sesuatu di ponselnya, entalah itu apa. Mungkin grup gosip. Oliver bercakap dengan Akaito— aku tidak mengerti bagaimana bocah inggris itu bisa dekat dengan Akaito yang superusil. Ruko merusuh di belakang Tei yang nampaknya masih bersedih hati—aku agak kasihan padanya. Seisi bus benar benar rusuh.

"Ni hao, (Y/N)-chan!" Luo Tianyi-salah satu vocaloid beraliran China, membalik badannya, sehingga posisi seat nya yang berada di depanku malah menghadapku. "Eh? Kosong? Kau tidak sama siapa-siapa?"

Aku hanya bisa cengengesan begitu menyadari sebelah kursiku dua duanya kosong.

Luo menjentikkan jarinya. "Gini aja. Aku ke samping kiri. Kamu, tengah. Sisanya...hmm, siapa, ya?"

Raut bimbang Luo sirna begitu manik hijaunya menangkap sosok lelaki bersurai kuning madu yang tengah mengecek berlembar lembar kertas di depan bis.

"Seeeenpai!" panggil gadis bermanik hijau itu. Len menengadah, menunjuk dirinya begitu menemukan asal suara. Aku?

"Kocchi da, Kagamine Senpai!" Len mendatangi Luo. Maniknya beralih padaku yang meringkuk di tengah kursi.

Luo menunjuk kursi kanan sebelahku, sebelah jendela. "Kau disitu, aku di kiri. Gimana?"

Len tersenyum horror. "Ohohoho. Okay, Tianyi-sama."

"Pagi menjelang siang, Darling!" Len terkekeh sebentar, memasukkan lembar lembar kertas kedalam tas selempang cokelat. "Semoga kau menikmati perjalanan tiga puluh menit yang singkat ini."

Aku tersenyum kikuk. "Mmhmm, pagi juga, Len."

Cowok itu bersandar pada belakang seat, melepas penat. Lama kelamaan posisi badannya agak miring ke kanan, ke sisi kiri tubuhku. Bau parfum khas Len tercium nyata.

A-astaga, setalah kupikir pikir, ternyata bau dia enak sekali, batinku. Aku langsung memukul kepalaku. Aduh, jangan ngefangirling, nanti dia bakalan iseng-

"Len, bangun dong, tangan kiri dan punggungku pegal, nih..-" aku meringis pelan. Yang bersender malah menjawab dengan dengkuran kecil seperti anak kucing.

Duh! Punggungku dan tangan kiriku bisa mati rasa, tapi dia sedang tidur, kelelahan jadi panitia, aku mendengus.

Biarlah, sesekali aku yang berkorban. Aku memilih bersandar, namun angin sejuk yang berhembus rupanya membuat kelopak mataku kian lama terasa berat.

VHMS  [Kagamine Len x Reader] [HighSchoolAU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang