Ayo spam komen biar aku semangat lanjutin ceritanya hehe
Happy reading!
"..........hingga hari ini, penyesalan terbesar mama adalah tidak mendengarkan penjelasan papamu lebih dulu, dan memilih bertindak keras kepala."
Yerim tersenyum kecil melihat anak laki-laki berumur 5 tahun yang ada di dalam dekapannya itu mengkerut sedih, seolah menandakan sang putra sangat menyimak cerita panjangnya. Bahkan sampai mengabaikan penuh iPad Pro-nya yang menampilkan game 'Brain It On!', salah satu jenis permainan untuk mengasah otak.
Di jaman yang sudah serba era modern seperti iniーdimana beberapa android sudah banyak diluncurkanー gadget memang sudah bukan hal yang dapat dijauhkan lagi dari anak-anak. Slogan yang menyatakan 'jauhkan anak-anak dari gadget' sudah berganti menjadi 'biasakan bijak dalam menggunakan gadget untuk anak'.
Yerim juga tidak bisa menerapkan kebiasaannya pada masa ia kecil. Ia harus pintar-pintar menyesuaikan kebiasaan dengan masyarakat pada jaman sekarang. Jadi sebisa mungkin, mengontrol anak untuk menggunakan alat-alat teknologi dengan bijak harus ia perhatikan.
Dan syukurlah, satu putranya yang berhasil ia lahirkan ke dunia 5 tahun lalu itu, kini menjadi anak penurut yang pintar memanfaatkan suatu hal disekitarnya. Seringkali juga, Yerim agak bingung dengan perkembangan pola pikir anaknya yang lebih cepat dibandingkan anak-anak lainnya.
Anak laki-laki berumur 5 tahun yang diberi nama Jeon Jungyoon itu, sempat membuat guru sekolah dasarnya bingung. Pasalnya, anak sekecil itu gemar sekali mengutak-atik angka, sampai dapat menyelesaikan beberapa rumus matematika dasar yang diperuntukan untuk beberapa tingkat di atasnya.
Yerim masih mendekap sang putra dengan penuh kasih sayang di atas ranjang, "Adek," panggilnya pelan, berhasil membuat sang putra sedikit mendongak. "Bersikap keras kepala bukan ciri seorang jagoan, sayang." Nasehatnya lembut secara implisit, tanpa menggunakan intonasi menyudutkan. Ia juga mengelus surai sang putra, membuat Jungyoon kembali mendekat dan meletakkan tangannya disekitar pinggang sang mama, "Adek sayang papa?" tanya Yerim lembut.
Jungyoon menganggukan kepalanya dengan cepat, membuat Yerim semakin mengeratkan pelukannya, "Jadi.....," Perempuan itu menggantungkan ucapannya, menarik pelan kepala sang putra, "Coba lihat mama, sayang," katanya lemah, praktis Jungyoon mengangkat kepala, menatap sang mama dengan sendu.
"Kamu mau 'kan membicarakan alasanmu mendiami dan mengabaikan papa selama 5 hari ini?" tanya Yerim hati-hati, berusaha melunakan sifat keras kepala sang putra yang sudah mendarah daging.
Jeon Jungyoon mengalihkan tatapannya, kemana saja asal bukan pada perempuan dihadapannya itu, selaku sang ibu. Anak laki-laki itu masih diam, tidak juga bersuara.
"Adek nggak kasihan sama papa?" Pancing Yerim lagi, masih berusaha membuat putranya itu berbicara.
Jungyoon mengkerut sedih, wajahnya memerah dan Yerim juga menyadari kalau putranya akan menangis, "Papa yang nggak sayang adek," kata anak laki-laki itu parau sambil meneteskan air matanya yang dengan cepat Jungyoon usap.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Secret Regret [✔]
FanfictionKim Yerim hanya ingin pergi dari tanah kelahirannya dengan tenang. Bukannya malah diganggu oleh pemuda Jeon yang mengaku telah beristri. Menyebalkan. Kenapa semesta tidak berpihak padanya sama sekali sih? Yerim kan hanya tidak ingin tindakan yang di...