Yerim meletakkan kotak berisi buah-buahan yang telah ia potong seukuran dadu itu di dalam kulkas. Baru saja akan memeriksa persediaan bahan makanan, perhatiannya teralih pada suara iphone X miliknya yang terus berdering. Perempuan itu kemudian menutup kulkas dua pintunya dan mendekati meja dapur.Kak Seulgi
Alis Yerim tertaut sempurna mendapati nama itu di layar ponselnya, dengan cepat tangannya menyentuh icon ganggang telfon berwarna hijau dan mendekatkan ponsel tersebut pada telinganya. "Kak Seul?"
"Yerim, akhirnya menjawab juga!
Yerim mengernyit, "Iya, kenapa Kak Seul?"
"Yejung hari ini aneh sekali, dia terus menangis, dan dibujuk bagaimanapun tidak mau berhenti."
Yerim berfikir sebentar, mengingat kebiasaan sang putri, "Mungkin dia rindu mamanya Kak Seul."
"Kamu kan mamanya bodoh." Sentak Seulgi di telfon.
Yerim terdiam. Mendengung pelan, tanpa menjawab.
"Vidcall saja ya? Setidaknya biarkan Yejung melihatmu. Aku rasa dia benar-benar merindukanmu."
"Akuー" Yerim berdeham kecil, "belum siap Kak Seul." lanjutnya parau.
"Jangan egois Kim Yerim. Kamu bukan lagi perempuan berumur 24 tahun yang punya kebebasan memilih, ingin melakukan apa. Kamu punya tanggung jawab sekarang. Kesampingkan dulu ego dan sikapmu saat ini."
"Aku tahu kak, tapi bukan hari ini."
"Sampai kapan kamu akan menerima kenyataan dan tidak mengelak? Sampai penyesalan berikutnya kembali kamu rasakan, begitu?"
"Kak Seul," bibirnya bergetar, matanya kembali berair. Hal itu sontak saja membuat si penelpon menghela nafas panjang.
"Masih tidak terketukkah hatimu mendengar suara tangis Yejung, Yer?"
Yerim menggigit bibirnya sendiri, perlahan mengubah mode panggilan dan menarik nafas dalam, "Kak, coba lihat ponselmu."
Beberapa detik kemudian wajah cantik perempuan bermata sipit terlihat di layar. Yerim tersenyum kecil saat fokus layar itu berubah menjadi anak perempuan berusia 3 tahun yang sangat Yerim kenali.
"Halo Yejung," sapanya dengan ceria.
Anak perempuan yang tadinya menangis histeris itu langsung terdiam, mengkerut, kemudian mendekati layar dengan penasaran, "mama?"
"Iya ini mama sayang,"
"Mama kapan ulang?"
(*mama kapan pulang?)
Ponsel yang tadinya di pegang Seulgi seketika berpindah alih, seutuhnya di pegang oleh tangan mungil putrinya.
Yerim masih tersenyum melihat Yejung mengucek-ucek mata dengan tangan mungilnya, "Kamu jangan nangis mulu dong kasihan tante Seulgi-nya."
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Secret Regret [✔]
FanfictionKim Yerim hanya ingin pergi dari tanah kelahirannya dengan tenang. Bukannya malah diganggu oleh pemuda Jeon yang mengaku telah beristri. Menyebalkan. Kenapa semesta tidak berpihak padanya sama sekali sih? Yerim kan hanya tidak ingin tindakan yang di...