Ali Vs Prilly

3.7K 311 8
                                    

Setiap pertemuan mempunyai makna tersendiri. Begitu juga cinta, selalu ada cerita menarik di dalamnya. Sama halnya seperti kita.
••••

"Namanya Prilly Anastasha. Punya sahabat namanya Amaya Sherylia tepatnya teman sekelas kita. Alumni SMP Tunas Bangsa. Hobby memasak dan melukis. Lumayan Cantik, Berani, Cerdas, dan belum pernah pacaran," terang Arbani.

Ya Arbani mendapatkan tugas dari Ali untuk mencari tau semua tentang Prilly. Tapi ada satu yang tidak berhasil Arbani ketahui, mereka tidak mengetahui bahwa Prilly adalah anak angkat dari tuan dan nyonya Lamore.

Setiap pagi sebelum sekolah Ali and the genk biasa mampir ke base camp dulu. Base camp ini tidak terlalu jauh dari rumah Ali dan sudah mereka jadikan base camp sejak mereka duduk di kelas 1 SMP.

"Maksud Lo nyari tau tentang dia buat apa?," tiba-tiba Rayn berbicara dan membuat semuanya menoleh ke makhluk jarang ngomong itu.

"Buat bersenang-senang lah," jawab Ali santai.

"Lo semua kok gaada berubahnya? Lo ga capek dengan hidup Lo yang begini-begini aja?," tanya Rayn kesal. Menurutnya apa yang Ali dan teman-temannya lakukan adalah penyia-nyiaan waktu.

"Sejak kapan Lo peduli?," Tanya Ali mulai tak suka.

"Sejak dulu. Gue memperhatikan hidup Lo yang memprihatinkan. Lo bertiga sadar ga sih? Apa gunanya melakukan hal-hal bodoh kayak begitu? Lo semua ga mikir masa depan gimana?," tanya Rayn.

"Jangan ngegas dong. Santai aja," Verrel ikut angkat bicara.

"Selama ini Lo fine-fine aja sama korban bully kita. Kenapa tiba-tiba Lo nyolot gitu? Lo ada hubungan apa sama tu cewek?," Ali memberondong pertanyaannya.

"Gue sahabat kalian. Menurut gue apa yg kalian lakukan itu ga ada gunanya. Kita udah SMA bro, udah seharusnya mikir lebih dewasa," balas Rian.

"Terserah Lo mau bilang apa. Gue akan melakukan hal-hal yang menurut gue menyenangkan. Gue bahagia dengan ini, jadi siapapun yang ngelarang gue ga akan berhenti karena ini hidup gue," jelas Ali lalu mengambil jaketnya yang ia sampirkan di motor Arbani.

Ali malas berdebat lagi. Tanpa banyak basa-basi, cowok itu pergi meninggalkan ketiga sahabatnya di base camp dan memilih berangkat ke sekolah sendiri.

Verrel dan Arbani menatap Rayn penuh arti. Bukan ingin memusuhi, bukan juga ingin membela Ali. Tapi mereka ingin tau kenapa Rayn bisa semarah seperti itu tadi.

***

Ali nampak jalan di koridor sekolah. Pikirannya masih teringat pada perkataan Rayn. Tentang hal-hal bodoh yang ia lakukan.

Menurut Ali, ini bukanlah hal bodoh. Tapi hal yang menyenangkan. Sangat menyenangkan. Dan juga, Ali melakukan ini untuk membalaskan penderitaan seseorang yang sangat berarti dalam hidupnya.

"Gue akan terus buat mereka menderita. Supaya mereka juga bisa merasakan apa yang Lo rasakan dulu,"

"Heh cowok sombong. Kenapa Lo ngga ngasih nomor rekening Lo ke Amaya?," tiba-tiba Prilly mencegat jalan Ali.

"Karena gue mau Lo sendiri yang minta ke gue," sengit Ali.

"Ok, gue itu bukan looser. Gimanapun gue harus memenuhi omongan gue kalau gue bakalan ganti uang Lo yang kemaren udah gue ROBEK-ROBEK," ujar Prilly.

Ali tersenyum remeh. Gadis di hadapannya ini terlalu berani. Hal ini membuat Ali semakin geram dan ingin membuat Prilly merasakan penderitaan.

IJIMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang