Getaran

3.1K 255 25
                                    

Perasaan aneh itu mulai merasuk ke alam hati dan pikiran. Seperti ada getaran-getaran yang menjadi iramanya.

••••

Setelah pertandingan basket antara Ali dan Rayn berakhir, tiba-tiba hujan turun. Hal ini membuat semuanya yang ada di sana masuk ke dalam ruangan basecamp.

Langit terlihat sangat gelap. Hujannya sangat deras dan disertai gemuruh petir yang menyambar-nyambar.

Hal ini membuat Prilly takut. Satu hal lagi yang perlu kalian ketahui, Prilly sangat takut pada petir.

Gadis itu tampak terkejut saat mendengar suara petir. Rayn dan Ali yang sedari tadi memperhatikan Prilly merasa iba dan ingin melindungi.

Tapi mungkin Ali lupa kalau saat ini sedang ada Verrel, Arbani dan Amaya. Tidak mungkin ia melakukan hal ini pada Prilly.

Sedangkan Rayn yang tidak mau menyia-nyiakan kesempatan pun mendekati Prilly yang tengah duduk sambil memegangi kedua bahunya.

Rayn meraih tangan Prilly untuk ia genggam. Gadis itu sontak menoleh ke arah Rayn lalu tersipu malu.

"Ekhm," deheman dari Amaya membuat suasana hening dan tegang menjadi sedikit terkendali.

"Rayn sweet banget sih, Amaya kan jadi pengen juga," ujar Amaya.

"Gue mau kok may, siniin tangan Lo," ucap Arbani cepat.

"Ih ini tuh kode untuk Ali kali," tolak Amaya.

Ali yang merasa jengkel karena melihat tangan Prilly dan Rayn saling bertautan akhirnya bangkit lalu duduk di samping Amaya.

"Siniin tangan Lo," ujar Ali. Matanya tak lepas dari Prilly, seolah-olah ingin membuktikan bahwa dia juga bisa melakukan hal yang sama.

Rayn yang melihat hal ini sedikit tersenyum. Rayn tahu kalau saat ini Ali sedang cemburu.

Amaya menyerahkan tangannya lalu digenggam oleh Ali. Rasanya sangat senang sekaligus gugup. Amaya benar-benar menyukai Ali terhitung dari kecelakaan yang ia alami saat latihan cheers.

Tetapi mungkin Amaya belum mengatakan perasaannya pada Prilly karena gadis itu yakin bahwa Prilly tidak akan setuju kalau dirinya menyukai Ali.

"Yaelah dia pada pasang-pasangan. Gue sama siapa dong?" kesal Arbani.

Mereka semua menatap horor pada Arbani. Lalu Arbani menatap Verrel penuh makna kemudian menunjukkan deretan giginya.

"Gue pegang tangan Lo deh rel. Gue juga takut kali sama petir," ujar Arbani.

"Enak aja Lo. Tangan gue masih suci, jangan Lo nodain pake tangan kotor Lo itu," balas Verrel.

Semua yang ada di sana terkekeh geli mendengar ucapan Verrel dan melihat tingkah laku Arbani.

"Lagian gue masih normal kali," sambung Verrel jijik.

"Lo mah gitu," ujar Arbani ngambek. Cowok itu tampak memanyunkan bibirnya.

"Najis banget gue liat muka Lo vangke," ujar Verrel bergidik ngeri.

IJIMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang