Double K - 13

268 24 2
                                    


A/n:
Maaf telah menghilang lama guys, semoga masih betah dan selamat membaca! Kalo ada typo bilang yes:)

•Double K•

"Wah, akhirnya kesampean juga naik ini." Kinan menatap wahana di hadapannya dengan mata berbinar-binar. Kemudian ia berbalik menghadap si kembar, "kalian oke 'kan?"

Kevan tersenyum simpul sambil mengangguk sekali sebagai jawaban, sementara Kenan hanya tersenyum masam. Mati-matian ia menahan lututnya yang gemetaran agar tubuhnya tidak jatuh ke tanah karena lemas. 'Kan tidak lucu kalau banyak orang yang melihat seorang cowok gemetaran sampai lemas gara-gara takut naik bianglala. Well, alasan itu juga kurang benar sih. Karena alasan sebenarnya adalah Kenan tidak suka ketinggian, mungkin bisa disebut sebagai fobia atau apalah itu namanya. Entah kenapa sejak kecil ia tidak suka berada di tempat yang tinggi, membayangkannya saja membuat perutnya mual. Dan sialnya Kinan sepertinya tidak tahu atau mungkin melupakan fakta satu itu, karena seingatnya dulu mereka tak pernah bermain ke tempat yang tinggi.

"Van, celengannya diisi yes? Biar lo nikah entar nggak makan biaya banyak, kasian Daddy." Kekehan Kinan yang ringan seolah tanpa beban mengakhiri ucapan jenaka namun tersirat perintah di dalamnya itu.

"Yoi, si Jeki udah gue planning buat gue sama si doi entar." Balas Kevan santai sambil sedikit mengangkat celengannya, yang kalau saja Kinan sedikit lebih perasa pasti tahu ada terselip nada sarkas di sana.

Setelah itu Kinan kembali menghadap depan, berusaha menyabarkan diri untuk mengantri yang lumayan panjang agar dapat menaiki wahana ini. Dengan gerakan pelannya, Kenan menyikut perut Kevan menggunakan sikunya.

"Weh anjir, apaan?"

"Mulut lo oon." Desis Kenan memperingati, agar Kevan mengecilkan suaranya yang tadi sempat membuat Kinan menoleh sebentar.

"Apasih? Kenapa?"

"Ck, belagak lupa lo deodorantnya Mimi Peri! Bianglala itu coy!" Kenan berseru sedikit heboh--walau masih dalam volume rendah--sambil menunjuk-nunjuk bianglala di depannya.

Kevan berdecak tak peduli karena menurutnya penuturan Kenan sama sekali tidak penting, namun sedetik kemudian ia langsung tersadar dan refleks menepuk jidatnya sendiri. "Gimana nih?"

Jujur saja Kevan kapok memaksa kembarannya itu untuk menguji adrenalinnya, karena seingatnya terakhir kali ia berusaha membantu untuk menghilangkan fobia Kenan, Kevan harus menahan kekesalan sekaligus malu luar biasa ketika bajunya terkena muntahan Kenan dan juga diharuskan memapah tubuh kembarannya yang pingsan sampai ke mobil karena mereka memang hanya pergi berdua. Iya, gila itu sudah jadi nama tengah Kenan sejak lama.

Melihat antrian yang semakin memendek, jantung Kenan berpacu kian keras. Hue.. Daddy, Mama, Papa, anak kalian jahat! Siapapun, tolong Kenan. Tolong bebaskan ia dari belenggu derita ini. Kenan tidak peduli kalau ia akan dicap banci, yang penting ia bisa bebas dari sini. Tapi nyalinya ciut ketika harus mengutarakan protesnya pada Kinan, demi apapun mereka baru saja baikan!

Drrttt..

Kinan merasakan ada goyangan dahsyat yang berasal dari saku jeansnya, ternyata oh ternyata itu berasal dari ponselnya sendiri. Setelah melihat id-caller yang tertera di layar ponselnya, mendadak hawa di sekitar Kinan terasa lebih dingin. Itu Keanu! Dan untuk apa kutu buku itu meneleponnya?

Double KTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang