~11~

2.2K 202 13
                                    

Sasuke merenung di kamarnya seharian. Setelah kemarin melihat betapa antusias putranya pada sahabat- sahabat Hinata,dirinya merasa kecil hati. Ada rasa tidak percaya diri menyelubunginya.

Sasuke menatap ke luar jendela, merasakan hiruk pikuk lalu lalang kendaraan. Apartemen miliknya terlihat sepi, seolah tidak ada aktifitas di dalamnya.

Seharian merenung dan membuatnya melupakan akan dirinya sendiri. Melupakan semua hal berkaitan kantor dan segala ha mengenai putranya. Sasuke kembali menghisap rokok miliknya, merasakan kenikmatan nikotin untuk sesaat berharap melupakan hal bodoh yang telah dilakukannya.

Terkadang Sasuke berfikir, bagaiman jika dirinya hilang ingatan saja, agar semua kembali dari nol. Agar dirinya melupakan betapa menderitanya wanita itu, wanita yang kini memiliki hak putranya. Atau menculik Akira dan membawanya ke belahan negara lain, namun segera niatan buruk diurungkan, Hinata akan menambakan kadar kembencianya.

"Sampai kapan kau berdiam diri terus menerus?".'Itachi berdiri diambang pintu kamar Sasuke.

Sasuke membalikkan badannya dan bertemu pandang dengan onix milik kakaknya.

"Neji tidak dapat menghubungimu, Akira menangis mencarimu". Itachi menghampiri adiknya.

"Jika kau tidak bisa berdamai dengan Hinata, mencobalah akrab dengan anakmu, walaupun Akira tidak ingin kau sentuh bukan berarti melupakanmu". Itachi menasehati.

"Aku tidak bisa berbohong lagi pada Akira, dia merongrong tidak mau makan". Itachi menyentuh pundak adiknya.

"Berusahalah agar Hinata membuka hatinya lagi untukkmu". Setelah mengatakan hal itu, Itachi berlalu pergi. Keheningan kembali dirasakan Sasuke, dan membuatnya membenci kesendirian. Tanpa menunggu lebih lama, Sasuke menyambar kunci mobilnya dan mematikan rokoknya. Menemui.putranya adalah hal yang dirindukanya.

Tidak butuh waktu lama Sasuke menuju apartemen Hinata. Tinggal beberapa belokan lagi dan Sasuke sampai. Memarkirkan mobilnya, menaiki lif dan sampai di depan apartemen Hinata, dimana Akira tinggal.

Sasuke menekan pasword yang bahkan telah dihafalnya diluar kepala.

Hal.pertama yang Sasuke lihat adalah, Akira yang marah membanting piring.

Sasuke segera menghampiri Akira. "Akira harus makan". Suara berat Sasuke membuat Hinata dan Akira menoleh. Nampak binar senang dimata Akira.

"Paman Suke, aku mau dipanggul". Sebuah kebiasaan yang selalu Sasuke lakukan kepada Akira.

"Tidak ,Akira harus makan dulu". Hinata melarang keras.

"Tidak". Akira berteriak kesal.

"Akira makan dulu ya, nanti.paman akan menemani Akira bermain sepuasnya, Akira baru sembuh dari sakit bukan, apa Akira mau sakit lagi dan kaa- san menangis". Ujar pelan Sasuke.

Akira menggeleng dan memeluk Sasuke".Kaa- can Akira mau makan". Luluh Akira. Hinata dalam hati merasa senang namun logikanya mengajaknya masih belum bisa menerima Sasuke.

Hinata tersenyum dan mengambilkan makanan untuk Akira lagi. "Kali ini Akira harus mengahbiskan makanannya, Paman janji akan menginap". Akira bersorak bahagia.

Sementara Hinata merasa dadanya teremas kuat mendengar tawa Akira untuk Sasuke. Hinata sadar ikatan keduanya tidak dapat dipisahkan meskipun Akira tercipta karena sebuah kesalahan.

.

.

.

"Jadi bagaimana". Gaara mengunjungi kantor Neji lagi.

goodbyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang