~12~

2.3K 199 45
                                    

Terkadang cinta butuh ungkapan maaf
Namun kata maaf terlalu berat saat sahabatmu yang meminta cinta.....



Lavender_moon







Disc@MK

Warning@typo,occ dll











.
.
.


















"Senpai ini indah bukan?". Hinata menatap bintang malam. Mendung tidak berdiam lama di langit Jepang.

Deidara melihat ke arah langit, seusai makan malam keduanya lebih memilih jalan kaki menuju apartemen milik Hinata. Beruntung Akira bersama Sasuke, dan Hinata di bebaskan pergi malam ini oleh pria itu.

"Damai bukan". Deidara menatap keindahan lain selain bintang.

"Senpai kenapa begitu lama mencintaiku". Sebuah kalimat yang Deidara terdiam lama setelahnya. " Bukannya aku buta akan ketertarikan kalian, hanya saja aku dulu terlalu takut jika memilih diantara kalian bertiga". Hinata memulai lagi.

"Jadi karena itu kau lebih memilih Sasuke". Deidara tertarik dengan pernyataan Hinata.

"Senpai bisa mengartikan demikian, bahkan aku bingung harus memilih siapa, kalian terlalu baik untukku". Entah bagaimana air mata Hinata kini menetes. Deidara berhenti dan memegang kedua pundak gadis bersurai indigo tersebut.

"Aku tak apa jika kau tak membalasnya, aku merelakanmu pada pilihan hatimu Hinata, jangan pernah terbebani untuk sebuah perasaan lagi, jalani hidupmu semaunya bersama Akira, aku akan tetap disampingmu". Deidara memeluk tubuh pujaannya yang semakin mengurus itu.

Hinata menitikan air matanya kembali. Seolah ada kelegaan setelah Deidara mengucapkan kalimat kerelaannya.

"Aku akan menjadi wanita kuat senpai". Hinata mengeratkan pelukannya dan Deidara memejamkan mata seindah samudranya.





.
.
.

Toko bunga kali ini tidak diramaikan oleh Akira, Hinata sendiri karena pegawai lainnya disibukkan dengan mengantar bunga. Setelah Deidara mengalihkan toko bunganya pada Hinata, omset per hari semakin meningkat dan pesanan semakin bertambah. Pelanggannya pun semakin banyak.

Gaara memandang wanita beranak.satu itu diam. Jadenya memincing curiga ke arah sahabat pirangnya. Tidak seperti biasanya Deidara yang kalem dan santai. Biasanya jika dirinya sudah duduk di sini, Senpai sialannya itu akan mencak- mencak tidak jelas atau berusaha mengajaknya bertengkar.

Gaara merasa ada kejanggalan. Diliriknya Hinata yang sibuk merangkai. Kedua orang ini nampak aneh dan seolah sedikit canggung. Gaara menjadikan kadar keingintahuannya meningkat.

"Kalian sedang bertengkar". Gaara benar- benar mengungkapkan keingintahuannya.

"Siapa"? Deidara menanggapi.

"Kau dan Hinata". Setelah Gaara mengucapkan kalimat itu, Deidara dan Hinata saling pandang.

"Kami baik- baik saja". Deidara menjawab setelah mendapat anggukan dari Hinata. Bahkan aku merasa sangat bahagia, kau tahu bukan semalam aku dan Hinata makan malam romantis. Deidara nampak memanasi Gaara.

Gaara mengerutkan keningnya heran. Mencari kebenaran dari jawaban Deidara. "Benarkah Hinata". Gaara mendekat ke arah Hinata.

Hinata tersenyum dan mengangguk. "Iya semalam senpai mengajakku". Tutur Hinata halus.

"Kenapa kau tak izin dulu". Gaara merasa terlangkahi.

"Dengan Siapa, kamu". Deidara menjawab cepat. " Buat apa toh Hinata mau". Deidara masih menyibukkan diri seolah tidak menghuraukan Gaara.

goodbyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang