~10~

2.4K 228 29
                                    

Aku tahu saat itu langkahku sudah salah
Dan saat itu jalan untukku kembali padamu telah tertutup
Kini aku harus merelakan jika aku bukan pilihanmu lagi





Disc@OM MK
Warning@typo, occ dll


Goodbye

Dua tahun berlalu




Akira berada dalam dekapan hangat Hinata, wanita bersurai indigo itu sibuk menepuk- nepuk punggung putranya. Akira tak terasa telah berumur dua tahun, badannya terserang demam dan selalu mengigau nama Sasuke. Ayah biologisnya. Sasuke berdiri tak jauh dari Hinata setelah mendapat panggilan dari Neji.

Sasuke masih memandangi putranya dalam gendongan Hinata. Akira begitu manja jika sakit, Sasuke sendiri bingung bersikap, dirinya tak boleh pergi namun saat Sasuke hendak menggantikan menggendong Akira, putranya tersebut justru menangis tersedu- sedu. Sasuke hanya menghela nafas sedikit lelah namun tetap berada di samping putranya.

Hubungan Hinata dan Sasuke masih belum membaik, meski Akira sebagai jembatannya. Hinata masih belum berbicara padanya dan untuk membalas ucapan Sasuke harus menggunakan sebuah isyarat.

Melelahkan memang tapi Sasuke memyadarinya, kesalahan bertumpu padanya. Sasuke dan Hinata sama- sama memberi waktu untuk berdamai. Sasuke yang berusaha dan Hinata mencoba.

Tak ada percakapan hanya anggukan atau gelengan selama ini. Sasuke tak mempermasalahkan bahkan terkadang kedua orangtuanya masih mmeyalahkan sikapnya dulu.

Sasuke menerima semua akibat kesalahannya dan percaya Hinata akan berbicara lagi padanya suatu saat nanti.

.

.

.

"Makanlah". Neji menyodorkan sup hangat kepada Hinata,ketika memdapati adiknya bergabung di meja makan. Hinata tersenyum dan menyendokkan sedikit demi sedikit.

"Bagaimana keadaan Akira". Neji berujar.

"Sudah membaik, demamnya sudah turun dan sekarang sudah tidur". Hinata masih meniup- niup soupnya.

"Sasuke sudah pulang?". Neji penasaran.

"Pagi tadi setelah semalam menjaga Akira". Hinata memasukkan soup kedalam mulutnya.

"Biarkan Akira aku yang menjaga hari ini". Neji berucap santai sambil memakan makanannya. Hinata sontak berhenti dari acara menyondok soupnya menatap kakaknya curiga.

"Jalan- jalanlah sebentar memcari udara segara, kau butuh suasana baru Hinata". Hinata menghela nafasnya.

"Aku tak bisa meninggalkan Akira, dia membutuhkanku". Hinata berdiri dan meninggalkan Neji sendirian tanpa menghabiskan soupnya dan tanpa berpamitan.

"Sampai kapan Hinata". Neji berujuar keras. Hinata menghentikan langkahnya tanpa berniat menatap manik kakaknya.

"Kau harus mengobati sakit hatimu, redamlah dengan seseorang yang baru jika kau tak mengharapkan Sasuke kembali". Neji merasa bersalah sebenarnya namun dirinya tak bisa tenang jika adiknya belum ada yang menjaga, menjadi sandarannya.

"Maaf". Setelah mengucapkan itu, Hinata pergi meninggalkan kakaknya.

Neji kembali duduk dan menghela nafas pasrah.

.

.

.

Shikamaru menggendong boneka beruang berukuran besar setelah keluar dari mobilnya.

goodbyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang