Chapt.7

8.4K 888 45
                                    

Sebelum baca aku mau ngucapin mohon maaf lahir dan batin 🙏🙏 .














.

.

.

Mereka sedang di pasar malam. Setalah mampir ke tempat pecel lele langganan Alya dan mungkin akan menjadi langganan Anggi juga.

Katanya Anggi ingin melihat kincir angin atau bisa di sebut bianglala di pasar malam dengan lampu warna warni yang menempel pada tiang-tiang kincir angin. Alibi nya sih seperti itu,nyatanya ia ingin melihat indahnya mata Alya yang terkena silau nya lampu kerlap-kerlip itu.

Gaya memegang ponsel dengan alasan ingin membuat insta story itu bohong. Seorang Anggi itu mana mau membagikan kesehariannya di sosial media dengan durasi video 15 detik. Dia ogah. Sekalipun di bayar seperti YouTuber saat membuat vlog keseharian mereka. Sudah cukup paparazi meliput kehidupan keluarganya,yang berarti sama saja termasuk ia juga di liput walaupun identitas aslinya tidak pernah di publikasikan.

Ok.lupakan.

Kincir Angin berhenti,menurunkan satu persatu para penumpangnya. Dan giliran Anggi dan Alya yang turun.

Tau? Alya tiba-tiba menghilang. Tadi mereka keluar itu beriringan!. Tiba-tiba menghilang itu aneh.

Mata Anggi berkeliaran kesana-kemari mencari sosok gadis manis yang akhir-akhir ini selalu menempel dengannya ralat Anggi yang selalu menempel.

"Oh,itu dia." Anggi langsung berjalan menghampiri Alya yang sedang berdiri melihat gulali di buat.

Anggi menepuk pundak Alya pelan. "ngapain?."

"Oh,saya beli gulali kak."

Perasaan baru tadi sore ia memakan makanan yang terbuat dari gula itu. "Kamu nggak takut sakit gigi?."

Alya menggeleng . "nanti saya sikat gigi dan kumur-kumur mulut saya."

"Jangan di biasain makanan terlalu manis."

"Takut sakit gigi kan?."

"Bukan.--"

"Kamu udah terlalu manis."









































🍃🍃🍃



"Kak,saya boleh menginap di rumah kakak?."

Oh dengan senang hati!. "Iya boleh." Anggi kembali fokus menyetir.

"Kak,setel lagu boleh nggak?."

"Setel aja."

Bukan menyetel lagu si,lebih tepatnya menyalakan radio fm. Alya hanya bosan dalam keheningan makannya ia menyalakan radio agar tidak sepi.

"Halo para jomblones yang lagi dengerin siaran kita!." oh. Alya tau suara familiar ini. Ini suara penyiar yang suka di putar mba Lia saat ada waktu senggang.

"Gimana kabar kalian?. Masih patah hati?."

Alya hanya dia menyimak suara penyiar radio itu. Dan diam-diam Anggi juga menyimak apa yang di perbincangkan penyiar itu pada malam hari ini.

"Atau kalian lagi bingung sama perasaan kalian sama seseorang?. Bingung karena suka hanya sekedar mengagumi atau suka dalam kata arti mencintai?. Dan kamu yang suka melihat wajah manisnya , wajah cantiknya saat tersenyum , atau pun sedang tertidur menga-nga sekalipun" 

"Atau sudah pasti mencintai tapi bimbang untuk menyatakan cinta karena takut di tolak?."

Anggi me rem tiba-tiba membuat kepalanya yang hampir mencium  dashboard mobilnya .

"Kok kakak mendadak nge rem?." Tanya Alya sedikit khawatir .

"Ha? Gapapa." Terlihat sekali wajah Anggi yang sedikit panik.

Entah kenapa semua kata dari penyiar radio itu ada semua di dirinya?.

Tunggu. Maksudnya Anggi mencintai Alya?. Tidak yakin,tapi sudah pasti ia mengagumi ciptaan Tuhan yang bernama Alya.

"Gapapa tapi mukanya pucet gitu." Alya menempelkan tangan kirinya di dahi Anggi dan tangan kirinya di tempelkan di dahinya sendiri .

"Nggak panas. Tapi keringat kakak dingin." Anggi itu kalau gugup pasti seperti itu,akan keringat dingin . "kakak keringat dingin!." pekiknya sedikit panik.

"Saya gapapa. memang daritadi saya berkeringat . " iya. Karena melihat Alya. "Kamu matiin ya. Saya rada terganggu sama suara berisik kalau lagi nyetir di mobil."

Alya buru-buru mematikan radio yang di putar tadi. Sebenarnya Alya masih ingin mendengarkan lagi,tapi melihat Anggi yang risih akan suara yang di keluarkan mengurungkan niat hati untuk mendengarkan nya.

Anggi itu bohong. Mana mungkin ia risih dengan suara di mobil. Bahkan dia sering menyetel lagu di dalam mobil. Dia hanya alasan saja.

"Tapi kakak masih bisa nyetir?. Kalau nggak,aku aja yang nyetir."

"Lho. Kamu bisa memangnya?."

"Bisa. Tapi belum punya sim A nya."

Anggi ragu itu pasti. "Saya aja. Saya gapapa ."

"tapi serius?." Anggi mengangguk meyakinkan.

Melihat raut muka Anggi yang sepertinya tidak apa-apa,Alya hanya menurut .

"Kak."

"Apa?."

"Saya jadi mau buat sim A. Kakak antarin ya kalau saya mau buat."

"Pasti ." Alya tersenyum tipis.

Ok. Mulai sekarang Alya akan mengirit untuk membuat sim!.







































Tbc~~~



























Wkwkwk. Pendek ya?:v

Hot ChocolateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang