I Realized, I was a Psychopath

415 61 94
                                    

Namaku Robert, aku lahir di salah satu desa kecil di California. Sejak kecil duniaku bak desa yang setiap harinya muncul pelangi. Benar-benar indah. Di sini aku punya keluarga yang baik dan teman-teman yang banyak. Salah satunya Troukie, teman yang setiap hari bermain denganku. Hingga aku tak pernah mengenal apa itu "sedih". Di sini setiap harinya aku merasa senang.

Dari pagi hingga senja, aku tak bisa menghitung lagi berapa banyak aku tertawa. Seingatku, aku terakhir menangis 16 tahun yang lalu, saat aku belum bisa berbicara. Dan Troukie lah yang setiap harinya selalu menemaniku. Persahabatkan kami bak kepompong, dan aku sangat berharap bisa bertahan sampai tua nanti. Namun, Troukie sendiri yang akhirnya memutusnya. Kami berdua mencintai orang yang sama. Hingga suatu hari aku benar-benar menjauhinya.

2 hari yang lalu Troukie dan Wihellmia sepakat menjalin hubungan asmara. Rasanya seperti luka berdarah yang ditaburi garam, bukan perih lagi namun bisa dibilang menyakitkan. Dan ini untuk pertamanya, aku merubah pandangan dunia menjadi kejam.

Aku menyendiri berhari-hari, mengabaikan keluarga dan teman-temanku sendiri. Dalam hati aku masih bertanya-tanya. Apa istimewanya Troukie? Apa aku tak lebih baik darinya? Pertanyaan itu seperti belati rasanya, menyayat otak dan hati hingga aku tak mampu lagi berfikir secara logika. Iblis mana yang mengendalikanku?

Berminggu-minggu aku bertahan, menyendiri dan mengurung diri di dalam kamar. Itu lebih baik rasanya. Ketimbang melihat Troukie dan Wihellmia berbonceng sepeda tua. Rasanya benar-benar hampa, tak ada satupun orang yang mau lagi bertanya. Namun biarlah, ini sudah cukup tenang bagiku. Sampai pada suatu hari ketenanganku terusik, aku mendengar mereka berdua akan menikah. Emosiku meledak, aku harus berbuat sesuatu.

Malam ini, aku mengambil kapak dan sekop. Tak lupa ku kantongi senapan anginku. Segera aku menuju tempat yang dulu sering kami jadikan tempat berkumpul. Aku mengendap-endap dan bersembunyi memastikan bahwa di sana masih banyak anak-anak seumuranku. Ternyata tidak, di sana hanya ada Troukie dan Wihellmia yang duduk berdua mengamati bayangan bulan purnama. Aku sudah tak tahan, emosiku semakin menjadi-jadi. Segera ku berlari ke arahnya dan mengayunkan kapak tepat dilehernya. Troukie kini tewas bersimbah darah dan kepalanya kini telah terpisah dari tubuhnya. Wihellmia sontak menangis dan memaki-maki padaku. Lalu manjatuhkan lutut menangisi tunangannya.

Aku lega telah melakukannya. Segera ku ambil senapan anginku dan ku tempakkan tepat berhadapan dengan lubang telingaku. Tak ada gunanya memang, karena akhirnya aku juga ikut mati. Tapi, paling tidak persahabatan antara aku dan Troukie bisa kekal abadi. Dan aku senang, bisa mengobati patah hatiku karena Troukie tak jadi menikah.

Bagaimana ceritanya?
Harap maklum kalau saat dibaca masih belum bagus. Saya masih amatir.
Jangan lupa jika sudah baca tinggalkan vote dan komen.
Segala saran dan kritik akan sangat bermanfaat untuk saya :)

Creepypasta Horror Story IndonesiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang