Clown Kidnapper?

146 30 46
                                    

Rambutnya kuning, wajahnya dipenuhi bedak berwarna putih, dan mulutnya tersenyum lebar dengan bibir merahnya. Siapa yang tak tahu badut? Seorang yang gila dan gemar menculik anak-anak. Mungkin berbeda dengan persepsi kalian yang menggambarkan badut sebagai sosok penghibur anak-anak.

Aku masih ingat betul bagaimana wajah seramnya, saat itu taringnya yang menyeringai hampir merobek wajahku. Untunglah aku berhasil kabur, namun salah satu temanku tidak. Salah satu kakinya terjepit lubang kayu lantai yang sudah keropos, dan saat itu kuku tajamnya menyeret temanku kembali ke bawah. Hingga hari ini ia tak pernah di temukan lagi. Padahal peristiwa itu sudah terjadi 17 tahun yang lalu.

Baiklah, aku akan mulai bercerita...

Atlanta, 15 Agustus 1939

Aku, Adam, Bernard, dan Gary. Empat sekawan yang terkenal bajingan di sebuah desa kecil negara bagian Georgia. Bagaimana tidak? Saat berumur 12 kami bahkan hampir masuk penjara karena menelanjangi paksa gadis seumuran kami. Kami bukan kelainan seksual, hanya saja itu cukup seru untuk dilakukan, ditambah ketika gadis yang kami telanjangi sampai menangis dan mengancam akan mengadu pada orang tua mereka.

Suatu hari,belasan anak seumuran kami menghilang tiba-tiba. Mereka pergi bermain saat siang hari dan tak pernah kembali ke rumah lagi, orang tua mereka juga telah berulang kali melakukan upaya. Dari menempel foto wajah anak mereka di berbagai tiang listrik dan pohon, hingga meminta stasiun radio setempat untuk memberitakan anak mereka. Namun, tak satupun upaya mereka yang membuahkan hasil. Bahkan kasus tersebut tak pernah terpecahkan meskipun sudah ada campur tangan dari kepolisian setempat.

Beragam cerita muncul di telinga kami. Namun, yang paling menarik adalah anak-anak di desa kami hilang karena di culik badut. Badut? Aku bingung harus mengatakan apa, seumur hidup di desa ini tak pernah ada orang yang beraktivis menjadi badut. Lagi pula tak pernah ada yang mengundang badut saat ada yang sedang berulang tahun.

Tak ada bukti atau hanya bualan saja, mulut seorang warga desa mengatakan jika badut itu bersembunyu di hutan belantara yang tak jauh dari desa kami. Dan malam itu, aku sendiri juga hampir tak percaya, empat orang anak berusia 14 tahun berada di hutan yang hampir tak pernah terinjak kaki manusia. Untunglah kami berempat sudah cukup pandai menyusup lewat jendela rumah.

Entah mengapa perbedaan suhu di hutan dan di desa bisa berselisih jauh, bahkan kami terpaksa menanggalkan sweater kami karena suhu di hutan yang cukup panas saat malam hari. Suasana hutan begitu sunyi, tak ada suara jangkrik ataupun nyamuk. Ditambah suasana yang gelap dan mencekam. Pepohonan di sini terlalu menjulang tinggi, hingga sinar bulan purnamapun tak mampu membantu penerangan.

Salah satu dari kami menyalakan lampu senter, berulang-ulang senter diputar ke semua arah. Tetap saja, hanya pepohonan dan semak belukar yang nampak. Tak ada sesuatu apapun di sini. Hingga kami memutuskan untuk berjalan searah jam 12 beberapa puluh yard dari posisi kami semula. Berjumpalah kami dengan sebuah kabin tua, dindingnya sudah lapuk yang terbuat dari papan kayu yang disusun, beberapa genting melorot ke tanah dan belasan di antaranya pecah yang hampir menyatu dengan tanah. Kabin itu tentu tak pernah lagi terjamah manusia.

Ngieeekkk...

Pintu kabin ku buka, langsung ku sorotkan lamu senterku ke seluruh sudut ruangan dalam kabin. Hasilnya nihil, tak ada apapun di sini. Hanya beberapa ekor tikus dan kelelawar yang menempati kabin tua ini.

Kami berempat memutuskan masuk, di dalam kabin ada 2 ruangan lain. Mungkin saja badut sialan itu ada di sana. Ketika kami sudah berjalan beberapa langkah masuk ke dalam, pintu kabin menutup kemudian mengunci dengan sendirinya. Hasilnya nihil, beberapa jendela juga dilengkapi dengan pengaman besi. Tak ada pilihan, kami berdua harus tetap bergerak.

Creepypasta Horror Story IndonesiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang