Chapter Twelve

5.8K 779 176
                                    

Menonton kumpulan pemain musik dan bernyanyi dengan penuh semangat, berbicara dan tertawa seolah tak ada hari. 

Festival semakin marak dengan hiburan yang sangat beragam, para pejalan kaki menikmati dan tak ingin terburu kembali pulang. Jeno dan Jaemin serta beberapa orang lainnya, terus menerus berjalan menikmati festival, mngikuti arus orang-orang yang datang ke tepi sungai sebelum kembang api dan lampion di lepaskan. Mereka saling mendorong dan berdesakan hingga kerumunan Raja terpisah menjadi dua bagian. 

Ketika Jaemin terdesak dan hampir berpencar dari Raja, Jeno segera mengulurkan tangannya dan meraih pergelangan tangan pria itu untuk menarik kesisinya lagi, mengangkat lengannya dan mengulurkan di bahu Jaemin dengan aman. 

Seluruh tubuh Jaemin di jaga dan berada dalam rengkuhan Jeno. Karena perbedaan tinggi badan mereka Jaemin tidak sekuat dan segagah Jeno, tapi berada dalam jarak sedekat ini dengan Raja tentu akan membuat kesan buruk untuk orang yang melihatnya, kesalahan persepsi semacam ini membuatnya sangat miris dan sulit untuk bernafas. Jaemin benar-benar ingin mendorong Jeno tapi bukan karena banyak orang yg mendorongnya sehingga tidak dapat bergerak dan harus bergantung tapi juga karena Jeno memeluknya lebih erat dan dekat. 

Hanya dalam sekejap mata keduanya terpisah dari yang lain. 

Jaemin sedikit merasakan ketidaknyamanan, mengingatkan dengan suara pelan "Yang mulai, hari sudah semakin larut tidakkah anda ingin kembali ke istana?"

"Jangan khawatir!" balas Jeno

"Karena mempertimbangkan keselamatan anda, hamba mohon yang mulia kembali ke istana, Jika terjadi sesuatu sekalipun hanya hal kecil hamba sama sekali tidak dapat menanggungnya."
"Belum melihat lenternya."
"Jika anda ingin melihat, anda hanya perlu mengeluarkan perintah dan memesan, semua kembang api dan lentera akan tersedia untuk anda, Anda tidak perlu sejauh ini untuk itu."

"Na Jaemin. Apakah kau berbicara padaku?"
"Tidak yang mulia, hamba tidak berani." Jaemin dengan cepat menundukkan kepalanya, jika Raja tidak keberatan untuk repot-repot memisahkan kepalanya dari lehernya, pada saat itu dia tidak akan berani membalas ucapan sang Raja. 

Jeno masih ingin mengatakan sesuatu tapi tiba-tiba terdengar suara ledakan yang memekakkan telinga di langit, langit berkobar dengan kembang api yang mempesona. Banyak orang mengangkat kepalanya dan melepaskan teriakan kagum. 

"Ini alasanku datang, untuk melihat kembang api yang Indah." Jeno menurunkan pandangnya berbicara dengan lembut dan dalam di telinga Jaemin, suaranya membawa getaran aneh di bawah sana. 😏

Napas hangat yang membelai telinganya, Jaemin tidak bisa menahan getaran itu, dirinya merasakan bahwa Jeno semakin erat memeluknya. Kembang api yang meledak dengan suara yang kecang sama seperti jantungnya saat ini juga berdetak kencang. 

"Aku tiba-tiba memikirkan sebuah posisi resmi untukmu." 

"posisi resmi apa?"

"Shangjun (selir laki-laki)" 

Setelah mendengar hal itu Jaemin tidak dapat menahan rasa bingungnya, memiringkan kepalanya dan menatap Jeno bingung, dirinya bahkan tidak sempat berkedip ketika Jeno tiba-tiba menyapukan bibir miliknya di atas bibirnya.

Mata yang sering terpejam itu kini membulat sempurna, dirinya tidak percaya Jika sebenarnya Raja yang sedang di depan rakyatnya dengan banyak orang yang mengelilingi bersikap sembrono padanya. Beruntung orang-orang disekelilingnya hanya terpaku kepada kembang api. Jaemin masih sangat ketakutan. 

"Anda..  Tidak...  Yang mulia..." Jaemin tergagap mengatakannya. 

"Ayo pergi." Jeno menariknya keluar dari kerumunan. 

NOMIN Ver. 🌸 KING'S MAN "MO FLOWER" (NOVEL TRANSLATED - REMAKE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang