Chapter 1

16.6K 1K 304
                                    

Siapa yang tahu,
tidak setiap paduan warna dapat berakhir indah? Meski telah kau uji coba berulang kali melalui runtutan-runtutan terperinci.

Siapa pula yang tahu,
Terkadang kesederhanaan menemukan warna tak terdefinisi?
Namun kau menyadari, warna itulah yang kau cari-cari.

...

BGM by Sooting Relaxation

RivaMika Fanfiction

My dearest Ackerman
[ Chapter 1 ]

.

.

.

https://www

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

https://www.google.co.id/whitebuilding

Sinar swastamita merekah, luas, mengendap-endap menuju tiap-tiap jarak, menembus masuk celah di gedung megah ber-cat putih dengan aksen kelabu itu. Kilauan ornamen berpendar-pendar, terkesan berasal dari negeri dongeng. Musik khas pernikahan mengalun merdu, para tamu berdebar-debar, tak sabar menanti waktu berdansa. Namun, tatkala dua orang terpenting negara memasuki arena altar, mereka berubah pikiran.

Pengantin pria ber-jas hitam tampak menawan bergandengan dengan pengantin wanita bergaun putih elegan. Iris klorofil dan langit bertemu, terasa cinta dan kedamaian. Para tamu betah berlama-lama duduk sembari mengulas senyum—seakan hadir perasaan membuncah tak masuk akal.

Segalanya berjalan sempurna. Eren Jaeger putra seorang Grisha Sang Legenda, sedangkan Historia Reiss adalah ratu pewaris terakhir takhta kerajaan kaum Eldia. Memiliki takdir istimewa, hari-hari mereka berlalu menakjubkan. Terlebih usai janji suci terucap. Kebahagiaan menyebar melalui serbuk bunga yang berjatuhan dari langit-langit; menghampiri nyaris setiap meja.

Nyaris.

Meja tempat gadis itu duduk, bak terpasang perisai tak kasatmata yang membuat bunga-bunga berbau semerbak tak sanggup menyentuh pangkal jarinya sekali pun. Ia mendiami kursi istimewa—sebagai adik sang mempelai pria. Rautnya tidak mencirikan sedikit saja rasa bangga atau berminat hadir, apalagi harus tersenyum idiot sepanjang hari. Mikasa Ackerman, (gadis berparas rupawan yang dikenal sebagai salah satu tentara terkuat saat masa peperangan) mendecih tak suka kala menyadari hari telah berjalan terlalu sempurna. Mikasa lekas berdiri, melenggang pergi meninggalkan ruangan. Sesak, ia tak sanggup lagi bertahan. Menuntun sepasang mata berwarna cokelat cerah di sana mengiringi kepergiannya.

Kaki-kaki Mikasa berhenti melangkah begitu menjumpai pagar berwarna perak di atap gedung. Sembari menopang wajah, ia menemani semilir angin yang berembus lirih. Rasanya lelah. Hendak menumpahkan lewat tangis pun, sudah tidak bisa. Semalam, air matanya telah terkuras habis. Mikasa kehilangan ekspresi, terlihat kosong, sebab tidak memiliki tujuan selepas hari ini. Hatinya hancur—berantakan. Menyaksikan sendiri pria yang dicintainya resmi menjadi pendamping hidup orang lain adalah hal paling menyakitkan (setelah kematian orangtuanya ketika ia berusia 12 tahun). Mikasa perlu mengakui, memiliki perasaan terlampau kuat, ternyata bukan jaminan dua hati bisa menjadi satu.

My Dearest Ackerman (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang