Chapter 3

6.6K 807 267
                                    

Tiga hari belakangan, Eren tinggal di dalam istana. Tentu. Menikahi Historia artinya ia harus meninggalkan pekerjaan lamanya di Recon Corps, dan beralih profesi menjadi seorang raja. Bayangkan saja, ada berapa pria yang iri, mencarut-marut tak suka sebab ingin bertukar tempat dengannya? Ya, ya, sejak awal, Eren memang dikagumi banyak orang atas jasa-jasanya sebagai salah satu pahlawan dalam peperangan. Eren telah melalui lika-liku hidup sinting, ia pantas mendapatkan gelar tersebut. Tetap saja, ada segerombol manusia yang berpikir berseberangan.

Mereka tak tahu, menjadi raja, artinya Eren sudah kehilangan kebebasan. Ia dan Historia bahkan tidak pergi bulan madu. Terlalu banyak hal yang perlu mereka awasi. Agak menyebalkan, tapi, biar saja, lah. Setidaknya, tinggal satu atap dengan orang yang dicintainya, Eren sudah amat bahagia.

Atensi Eren yang semula menatap bingkai besar berisi foto pernikahannya di ruang utama istana, beralih tatkala mendapati Historia terengah-engah menghampirinya. Sontak pria bermarga Jaeger itu terkejut. "Kau kenapa? Apa ada sesuatu yang terjadi?" tanya Eren, seraya menggiring Historia untuk duduk di sebelah.

"Mi-mikasa ..." Suara Historia bergemetar.

Sementara Eren semakin penasaran, ada apa dengan Mikasa? "Sayang, tenanglah dulu. Katakan pelan-pelan, okay?"

Usai Historia menghela napas panjang, ia menjawab, "Aku menyuruh Thomas dan Franz untuk memeriksa keadaan Mikasa. Mereka menemukan Jean di sana!"

Eren tak mengerti. Apakah itu sebuah masalah yang membuat istrinya sedemikan panik? Setelah melihat ketulusan Jean selama bertahun-tahun, mungkin Mikasa akhirnya luluh juga? Lagi pula Jean pria baik. Eren kenal betul. Namun seketika netra cerah Eren membelalak. Baru ingat, tadi pagi, ia dikejutkan oleh gosip mengenai Mikasa dan Levi menjalin hubungan. Eren sudah meneleponnya lebih dari tiga puluh kali untuk memastikan. Bagusnya, tidak ada jawaban.

Bohong jika Eren tidak tahu bahwa gadis itu mencintainya. Kentara jelas perilaku Mikasa yang memprioritaskan Eren bahkan di atas dirinya sendiri. Jujur saja, Mikasa tidak memiliki kekurangan apa pun (selain bertampang galak). Ia gadis idaman nyaris semua pria. Sayang sekali mereka tidak bisa bersama. Sebab sejak kecil keduanya dibesarkan sebagai saudara. Pikir saja, akan seaneh apa jika mereka berkencan? Eren tak pernah bisa melihat Mikasa lebih dari sekadar adik.

Ah, sudah, lah. Tidak penting memikirkan hal ini terus-menerus. Lekas Eren menggeleng, tiba-tiba terpikirkan sesuatu: apakah Jean berbuat hal buruk karena ia tidak bisa mendapatkan hati Mikasa?

"Jean ditemukan pingsan. Tulang hidungnya retak. Ada alat suntik di sana. Sudah dipastikan, Jean menyuntikan sesuatu pada Mikasa. Juga terdapat tali. Baiknya, Mikasa berhasil kabur."

Eren tercengang mendengar penjelasan istrinya. "Di mana Mikasa sekarang?" tanya Eren pelan, namun penuh penekanan.

Belum sempat Historia menjawab, mereka terdistraksi oleh nyaring dering telepon. Tak lama maid bercelemek terlihat menunduk di bingkai pintu, meminta izin untuk bicara. Ia bilang, ada hal penting yang ingin Mr. Ackerman sampaikan.

Music by BGM Maker

My dearest Ackerman
[ Chapter 3 ]

.

.

.

.

"Mikasa, larilah!"

"i-ibu!"

"Dia keturunan asia yang langka itu"

"Ayahnya seorang Ackerman"

"Anak ini akan sangat mahal
di pasaran"

My Dearest Ackerman (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang