Gedung berpagar hitam megah di pusat kota (letaknya tidak jauh dari istana, paling-paling hanya 200 meter) adalah tempat Jean Kirstein divonis lima tahun penjara.
Media beramai-ramai membicarakan, menggiring opini beragam netizen. Katanya, Jean patut mendapat hukuman lebih. Jean seharusnya bisa merelakan jika ia benar-benar mencintai Mikasa. Namun tentu ada sebagian penggemar yang berpikir berseberangan. Mikasa terlalu jual mahal, putri es, memangnya, ia secantik itu? (Meski diam-diam mereka mengakui bahwa ya, ya, Mikasa memang sangat cantik.)
Para wartawan berkumpul di depan gedung pengadilan, kemudian berbondong-bondong mengerubungi beberapa orang Recon Corps sejak langkah pertama mereka melewati bingkai pintu, pertanda sidang telah usai. Berisik sekali. Suara jepretan kamera dan sahut menyahut mulut seakan tak ada habisnya. Andai maneuver gear legal dibawa tanpa syarat, merah darah pasti sudah menghiasi nyaris sepanjang jalan. Tak ada yang tahu di balik raut tenang Mikasa (yang dilapisi kacamata hitam), ia siap menebas tiga atau empat leher manusia bermata kamera.
Lamunan Mikasa sontak buyar tatkala Levi menggenggam tangan Mikasa; menariknya untuk berjalan lebih cepat. Belum genap dua detik, semua pasang mata serta suara gemuruh panggil-memanggil nama, terarah pada mereka.
Langkah Levi dan Mikasa tersendat-sendat, terus dikerubungi hingga memasuki mobil yang sama. Mereka memang bungkam seribu bahasa; tidak ada setitik pun niat untuk menjawab pertanyaan wartawan. Namun, beberapa waktu tadi, pasti akan menjadi berita besar dimulai dalam hitungan menit kemudian.
Ya, Tuhan, dunia ini sudah terlalu banyak berubah.
Di dalam mobil, Mikasa melepas agak kasar kacamata hitam yang seharian ini menjadi teman baiknya. Pun begitu pula dengan Levi. Ia menghela napas berat, seberat-beratnya. Jujur saja, Levi lebih menyukai memotong leher raksasa ketimbang harus berada di tengah orang-orang banyak bicara itu.
Belum selesai mencarut-marut dalam senandika, Levi teringat sesuatu yang lebih penting. "Maaf, aku tadi refleks menarik tanganmu," ucapnya tanpa menoleh. Entah sedang fokus menyetir, atau hanya tak berani menatap Mikasa?
"Tidak masalah. Lagipula, gosip itu terlanjur menyebar."
Levi sedikit melirik lewat ekor matanya, lantas berkata, "Lalu kau akan terus membiarkan mereka berpikir begitu?"
Wajah Mikasa mendadak terasa panas. Baiklah, baiklah, ia kalah kali ini. Sedangkan Levi menyeringai puas. Menggoda Mikasa merupakan hobi baru yang menyenangkan.
"Diamlah, Peculiar Shorty!" ejek Mikasa.
My Deareat Ackerman
[Chapter 5].
.
.
.
Jean merenung di balik sel tahanan. Sejak satu jam lalu, kedipan matanya bahkan bisa dihitung jari. Selain beberapa luka memar, kelopak mata kiri membengkak, bagian hidung di perban; rupa-rupanya Jean berniat mengidap sindrom netra kering.
Berkali-kali Jean meyakinkan bahwa ia sedang bermimpi. Namun, astaga, bibirnya sungguhan berdarah ketika ia memukul diri sendiri. Jean benar-benar telah menyakiti Mikasa! Artinya, ia sungguhan sinting.
Saat itu Jean tak dapat mengontrol diri. Hatinya hancur berkeping-keping begitu mengetahui perempuan yang ia cintai sepenuh hati, perempuan yang ia damba sedari dulu, telah menjalin hubungan dengan pria lain. Dari banyaknya pria yang menaruh hati pada Mikasa, Levi tidak ada didaftarnya. Jean lengah. Bagaimana cara mereka jatuh cinta?
KAMU SEDANG MEMBACA
My Dearest Ackerman (REVISI)
Fanfiction[RIVAMIKA] Mikasa pikir, memiliki perasaan yang kuat adalah jaminan dua hati bisa menjadi satu. Nyatanya, itu tidak berlaku jika hanya sebelah pihak. Buku ini berisi cara seorang Levi Ackerman mencoba merebut hati Mikasa Ackerman yang dikenal beku. ...