Chapter 16

3.4K 248 122
                                    

"Kau gila, sumpah! Aku benar-benar pusing sekarang."

Reiner tahu betul jika sepupunya memang agak gila sejak dahulu, tapi siapa sangka ia ternyata gila kuadrat? Ini tidak akan menjadi begitu rumit andai berganti marga tidak dipersulit. Kau pikir saja, daripada harus selalu terlibat dengan si sinting— "Gabi Braun, kau punya nama belakang yang sama denganku, sialan." Reiner rasa kepalanya akan pecah dalam hitungan detik.  "Aku terkena imbasnya tiap kali kau berulah!"

Sejenak Gabi tampak ciut. Sudah lama sejak terakhir kali ia melihat emosi Reiner rancu; meledak-ledak di masa peperangan. Sayangnya tak bertahan lama, sebab, pun darah Gabi sedang mendidih. Ia ikut menyentak, "Mereka itu palsu! Mikasa hanya menggunakan Levi untuk bisa melupakan Eren! Kau bayangkan saja, mana ada perempuan yang sudi melihat pria idamannya disakiti perempuan lain? Aku bahkan bisa membahagiakan Levi seratus kali lipat!"

"Kau tak punya cukup bukti dan kau memutuskan bertindak sejauh ini?" Reiner mengusap wajahnya kasar. Frustrasi. "Dengar Gabi, aku akan mengatakannya untuk terakhir kali. Aku tak pernah mendidikmu menjadi manusia tidak tahu diri. Kau bisa menyukai pria manapun, tapi tidak dengan pria yang sudah memiliki pasangan. Apalagi status Levi adalah suaminya Mikasa, mereka sudah berjanji di hadapan Tuhan. Kau harus tahu, cinta tidak sebebas yang kau pikir."

"Sekali penipu, tetap penipu."

Dan, ya, Reiner sungguh kehilangan kata-kata. Ia mengedikkan bahu seraya berkata, "Aku pernah bilang tidak ingin berurusan dengan Ackerman, kau ingat? Mulai detik ini, aku benar-benar tidak peduli. Aku sudah memperingatkanmu, Gabi, jangan main-main dengan Ackerman. Kau belum tahu seberapa gilanya mereka."

Tak menunggu respons Gabi, Reiner lebih awal melangkah menuju pintu keluar rumah sembari membanting pintu cukup kasar. Lantas terdengar deru mesin mobil menyala yang dalam hitungan detik, suara lajunya semakin sayup-sayup.

Kaki Gabi gontai. Tak sengaja ia menduduki sofa hijau di belakangnya. Bukan, bukan karena ancaman Reiner tadi, malainkan Gabi tengah menahan amarah sekuat tenaga. Tangannya terkepal; giginya menggertak. Gabi bersumpah, Reiner hanya, "Tidak tahu siapa aku." Lagipula, memang segila apa Ackerman itu? Paling-paling ancaman omong kosong lagi, seperti saat mereka bertemu di kafe beberapa waktu lalu.

My Dearest Ackerman
[Chapter 16]

"Pasangan Ackerman memang tak lepas dari beragam sensasi. Kau masih ingat ketika rumor mereka berkencan mulai ramai dibicarakan?"

"Ya, tentu saja. Heboh sekali sampai trending di mana-mana. Tapi memang mengejutkan, ya, tidak ada angin atau hujan, tiba-tiba mereka dekat."

"Hei, kau berpikiran sama denganku?"

"Kurasa begitu. Mencurigakan sejak aw—"

Petra menekan tombol merah tepat di depan layar besar di ruang meeting. "Aku tak percaya mengatakan ini, tapi serius, aku lebih suka latihan berkuda ketimbang mendengarkan gosip. Dan apa itu? Petisi perceraian? Mereka sudah keterlaluan!" gerutu Petra sambil memijat pelipisnya. Hanya karena dua orang, demi apa pun! Media seakan memberitakan ribuan manusia sehingga lupa durasi. Padahal pokok pembahasan hanya beberapa hal yang diulang. Oh, tentu ditambah dengan bumbu berbeda-beda rasa.

Tetapi, sejujurnya, ketimbang mengkhawatirkan para penggosip, atau bahkan kabar pasangan fenomenal yang tengah menjadi bahan pembicaraan hangat, Petra dan beberapa anggota survey corps justru lebih khawatir pada hal lain.

My Dearest Ackerman (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang