[DAY6] Dowoon

3K 218 6
                                    

***
Tittle: Birthday
Words count: 1000
WAW 500+ READS AKU SH0CK
***

"Dowoon-ah! Kamu dimana?"

"Sebentar lagi aku sampai. Tunggu sebentar lagi,"

"Baiklah. Percepat, oke? Aku mulai bosan dan, uh, kurasa seseorang memperhatikanku sejak tadi. Aku sedikit tidak nyaman,"

"Seseorang? Seperti apa rupanya?"

"Uhh, dia laki-laki. Tubuhnya tinggi tapi tidak begitu besar. Tatapannya... eung, astaga, aku merinding melihat matanya. Cepatlah,"

"Oke oke, aku akan segera tiba. Jaga dirimu sampai aku tiba. Arasseo?"

Begitu sambungan terputus, aku mempercepat kayuhan sepedaku menuju halte yang di maksud (Y/N). Jaraknya lumayan jauh, sekitar 10 menit dengan sepeda, mengingat rumah kami yang terletak agak masuk ke dalam gang yang lumayan jauh dari jalan raya.

Sekitar tiga menit kemudian aku tiba di halte yang seharusnya aku bertemu dengan (Y/N). Tapi, aku tidak menemukannya disana. Haltenya kosong. Kemana perginya sahabatku itu?

"(Y/N)-ah?" panggilku. Tak ada sahutan. Hanya ada orang lewat yang menatapku aneh. Aku melirik jam tangan ku, pukul 11 lewat 46 malam. Sudah hampir tengah malam. Panik mulai menyergapku perlahan.

Lagi, aku meneriakkan namanya. Kini lebih keras. Namun tetap tak ada tanda-tanda kalau dia akan muncul. Pikiranku mulai tidak tenang. Apa ia diculik orang yang di ceritakannya di telpon tadi?

Aku mengeluarkan ponselku dari saku dan mulai mencari nomor ponselnya di daftar kontak. Kemudian segera mendiall nya setelah menemukannya.

Begitu nada sambung berbunyi, aku mendengar dering ponsel dari arah semak-semak di dekatku. Berusaha berpikir positif bahwa itu bukan ponselnya, melainkan ponsel orang lain yang tak sengaja tertinggal disana dan kini pemiliknya sedang mencarinya.

Begitu panggilan terputus karena tak terjawab, dering ponsel itu ikut berhenti. Aku jadi penasaran. Memarkirkan sepedaku kemudian berjalan menuju semak-semak dimana aku mendengar suara dering ponsel tadi.

Aku nyaris memekik saat melihat ponsel bertipe yang sama dengan (Y/N) dengan case warna pink bergambar tiga kartun beruang persis seperti kepunyaannya. Tak hanya itu, di dekat sana juga tergeletak jaket pink persis kado pemberianku untuknya saat ulang tahunnya tahun lalu.

Pikiranku semakin tak karuan, namun aku masih mencoba positif. Sekali lagi aku hubungi ponsel itu sambil berharap kalau barang-barang tersebut bukan milik (Y/N).

Begitu nada sambung berbunyi di ponselku, layar ponsel yang tergeletak di tanah itu menyala dan menampilkan namaku disana.

Jantungku seperti hendak berhenti berdetak detik itu juga.

Kenapa ponsel dan jaket milik (Y/N)  bisa ada disana?

Aku memungutnya dengan hati-hati. Mataku mulai memanas memikirkan 1001 kemungkinan buruk yang terjadi padanya. Tidak tidak tidak. Dia tidak diculik. Dia hanya– persetan. (Y/N) menghilang dan aku hanya bisa terduduk di halte dengan ribuan pikiran buruk.

"Andwae andwae andwae," aku terus bergumam pada diriku sendiri sambil menatap jaket dan ponsel (Y/N) yang kini berada di tanganku. Pikiran burukku tak bisa di hentikan dan itu memperburuk suasana saat ini.

Beberapa menit hening yang terasa sangat panjang untukku, tiba-tiba seseorang muncul dari balik bangunan di sudut jalan yang tak jauh dari halte tempatku duduk.

"HAPPY BIRTHDAY YOON  DOWOON!!! WOHOOO ayo cepat tiup lilinnya!"

Itu (Y/N). Gadis itu tengah berjalan ke arahku. Di tangannya terdapat sebuah kue ulang tahun kecil dengan lilin angka 24 di atasnya.

Aku hanya bisa terdiam. Dalam beberapa detik saja tiba-tiba semua perasaanku muncul secara bersamaan. Kesal, marah, terkejut, senang, dan entah apalagi. Semuanya bercampur aduk menjadi satu. Aku butuh beberapa detik yang cukup lama sampai akhirnya aku mengerti; ini perasaan lega dan bersyukur bahwa orang yang ku cintai tidak benar-benar menghilang.

Kakiku bergerak cepat menubruk (Y/N) dan menariknya dalam pelukanku erat-erat. Tidak perduli dengan kue di tangannya yang mulai kena lelehan lilin yang tak kunjung ku tiup. Aku lega melihat dia berdiri di hadapanku. Tapi aku juga kesal karena ia memberi surprise semacam ini padaku. Bagiku ini tidaklah lucu atau menyenangkan. Aku nyaris mati saat memikirkan kalau dia betul-betul diculik.

"Jangan beri kejutan seperti ini lagi! Sungguh tidak lucu! Aku nyaris mati karena panik, tahu?!" omelku setelah kami melepas pelukan. Bukannya meminta maaf, gadis di hadapanku ini malah tertawa senang.

"Kenapa malah tertawa?!" ketusku.

"Wajahmu sungguh lucu saat panik. Lihat, telingamu bahkan kini memerah," ujarnya santai sambil menunjuk telingaku. Kesal dan malu, aku berbalik badan dan meninggalkannya. Sebetulnya aku tidak betul-betul berniat meninggalkannya, jadi aku menuntun sepedaku alih-alih mengendarainya.

"Ya! Dowoon-ah! Kau marah?" serunya. Tapi aku tidak berbalik dan malah mempercepat langkahku meninggalkannya.

"Ya! Yoon Dowoon, tunggu! Aku tidak bisa berlari dengan heels," serunya lagi. Aku bisa mendengar langkah kakinya tergopoh-gopoh berlari mendekatiku. Namun, aku masih terus berjalan.

"Dowoon– awww!"

Aku berbalik dan (Y/N) sudah tersungkur di aspal. Bodohnya gadis itu memakai celana di atas lutut sehingga lututnya yang menyentuh aspal kini mengeluarkan darah. Panik, aku langsung menghampirinya dan menbantunya berdiri.

"Gwaencanha?" tanyaku khawatir.

Ia mengangguk. "Ya, tapi sedikit sakit di lututku," jawabnya. Aku memerintahkannya untuk naik ke boncengan sepedaku setelah aku naik di kursi kemudinya. Kurasakan tangan (Y/N) melingkari perutku saat aku mulai mengayuh pedal menuju rumah kami.

Tak ada pembicaraan yang terjadi sepanjang jalan. Aku sibuk menenangkan hatiku yang masih agak kesal padanya.

Kami tiba di rumahnya dan aku membantunya berjalan masuk ke dalam. Namun, tangan (Y/N) menahanku saat aku hendak berbalik pulang. "Aku menyukaimu,"

"Apa? Kau bilang apa?"

"Aku menyukaimu. Aku mencintaimu. Dan perasaanku ini bukan seperti perasaan untuk seorang sahabat. Perasaanku untukmu murni seperti perasaan seorang wanita untuk seorang pria,"

(Y/N) membuat jantungku nyaris berhenti untuk yang ke dua kalinya malam ini. Mataku membulat seakan tak percaya kata-kata yang baru saja keluar dari mulutnya. Rasanya seperti mimpi saat mendengar kalimat sakral itu keluar dari mulutnya. Perasaanku yang selama ini aku kira kurasakan sendiri ternyata tidak sendiri. Dia juga menyukaiku. Ini bukan perasaan sepihak dan itu hal yang bagus. Tapi, aku tak bisa bereaksi apa-apa.

Melihatku yang hanya diam menatapnya, (Y/N) menghentakkan kakinya kemudian berbalik dan berjalan menjauhiku. Kebiasaannya setiap kami bertengkar. Namun, aku dengan cepat menahan tangannya hingga posisinya kini berbalik menghadapku.

Dengan cepat, ku letakkan tanganku di pipinya, kemudian tanganku yang bebas menarik pinggangnya mendekat ke arahku dan dalam hitungan detik, bibirku sudah menempel di bibirnya, menciumnya dengan lembut untuk waktu yang cukup lama.

"Aku juga mencintaimu, (Y/N) -ah. Mari bersama untuk waktu yang lama. Setuju?"

Dan, ulang tahunku menjadi makin sempurna saat ia menganggukkan kepalanya antusias.

[END]

Author note(s): × Tolong jangan bayangin gang yang di Indonesia ya😂 coba bayangin gang yang suka ada di drama-drama Korea gitu😂

×Aku pingin coba sesuatu yang beda lagi. Kalau kemarin nyeritainnya dari perspektif cewek, kali ini aku pengen coba buat cerita dari perspektif cowok. Any thoughts, please?

DAY6 and GOT7 IMAGINESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang