Langit sudah benar-benar menggelap. Dan Wonwoo menurut saja ketika Hoshi menyuruhnya untuk masuk ke dalam mobil namja sipit itu. Selama perjalanan Wonwoo hanya diam tanpa berniat untuk bertanya kemana tujuan mereka.
Cukup lama mobil itu melaju, hingga ramai kota mulai lenyap. Tak ada kerlap-kerlip lampu dari bangunan-bangunan tinggi maupun kendaraan bermotor. Yang ada hanyalah cahaya temaram dari lampu penerangan di sisi jalan. Mobil itu akhirnya berhenti.
"Turunlah, kita sudah sampai." Akhirnya Hoshi membuka suara.
"Dimana kita?"
"Lihatlah sendiri setelah kau keluar dari mobil."
Wonwoo menurut. Tangannya bergerak membuka pintu mobil. Kaki jenjangnya ditapakkan pada tanah berlapis rumput-rumput liar. Wonwoo mengernyit. Ia bertanya-tanya dalam hati. Namun pertanyaannya segera terjawab sesaat setelah seluruh tubuhnya berhasil keluar. Hembusan keras dari angin malam menerpa kulit putih pucatnya.
Alat bantu dengar yang sedari tadi dikenakannya mendadak berdengung keras. Bersamaan dengan itu, suara Hoshi merasuki pendengarannya.
"Kemarilah," ajak namja bermata sipit itu. Akan tetapi, Wonwoo masih saja tak bergeming dari tempatnya.
"Hoshi, k-kenapa kau membawaku ke pemakaman?" Wonwoo bertanya dengan nada datar, penuh keputus-asaan.
Terdengar helaan nafas dari mulut Hoshi. "Kita akan bertemu dengan Mingyu," ujarnya lirih, hampir tak terdengar apabila Wonwoo tidak berjalan menyusul namja itu.
"T-tapi k-kenapa tempat ini?"
Suara Wonwoo bergetar pada setiap kata yang diucapkannya. Dirinya cukup pandai untuk sekedar memahami kalimat Hoshi. Hanya saja, sulit bagi dirinya untuk menerima kalimat itu. Wonwoo memilih untuk menjadi bodoh, dan menolak untuk mengerti.
"Ia sudah meninggal, Wonwoo. Dua tahun yang lalu, karena bunuh diri." Kembali Hoshi membuka suara. Sembari melangkahkan kaki menuju makam dari sahabatnya, mulutnya tak berhenti untuk mengungkapkan satu persatu fakta dari Kim Mingyu. Bersamaan dengan itu, air mata tak hentinya turun dari pelupuk Wonwoo, membasahi pipi kemerahan itu. Isakannya tertahan pada setiap kalimat yang dilontarkan Hoshi.
"Kalau ia sudah mati, lantas mengapa aku bisa melihatnya?
Mengapa Mingyu menolongku di hari itu? Mengapa kami berteman?
Mengapa ia selalu menungguku di depan rumah sebelum berangkat sekolah?
Mengapa ia selalu berdiri di depan kelasku sebelum bel istirahat terdengar?
Dan mengapa aku membiarkan perasaan ini terus tumbuh, bahwa aku menyukai Mingyu lebih dari sekedar teman?"
Wonwoo mengatakannya dalam satu tarikan nafas. Wajahnya merah padam dan matanya sembab oleh air mata. Hoshi sontak menghentikan langkah saat dirinya sudah berdiri tepat di depan makan Mingyu. Ia tidak tuli saat Wonwoo mengucapkan begitu banyak pertanyaan atas dirinya dengan Kim Mingyu.
"Kau tau, Won, penyebab bunuh diri Mingyu adalah karena ia frustasi setelah kekasihnya meninggal dalam kecelakaan tragis. Dan lagi, kau harus tau bahwa kekasih yang amat dicintainya itu sangatlah mirip denganmu. Baik dari segi wajah, ataupun cara bicaranya."
TBC.
Bener g sih 'pemakaman'? Atau 'makam' doang? Aduh mumet aku :'))
Next chapter is the last chap, and idk when will i publish it /ripenglish
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] One Week Friend ☆ Meanie
Fanfictionpea-chy ©2018 [COMPLETED] Penggalan kisah dari seorang tuna rungu bernama Jeon Wonwoo bersama sang sahabat; Kim Mingyu.