15 : Thank You, Goodbye [last]

1.4K 161 71
                                    

Recommended BGM: Kim Na Young - End of Love

-




Wonwoo menatap namja sipit di hadapannya dengan tatapan yang sulit diartikan. Rasa sesak langsung menyergap Wonwoo saat Hoshi mengatakan bahwa dirinya sangatlah mirip dengan kekasih Mingyu yang telah meninggal. Sepercik api cemburu hampir saja membakar Wonwoo jika saja dirinya tidak ingat sedang dimanakah ia saat ini.

Kini, pandangannya beralih pada purasa di sebelah kakinya. Nama Mingyu tertulis dengan begitu indah di sana. Sayang, keindahan itu tak berarti apapun, justru duka. Wonwoo merendahkan tubuhnya. Mensejajarkan dirinya dengan nisan Mingyu agar mudah untuk diraihnya.

Bibirnya bergetar. Air mata tak hentinya membasahi pipi kemerahan Wonwoo.





"Arrghh!" Wonwoo berteriak keras. Meraungkan isakan tangisnya yang semakin kencang.



Kenapa takdir begitu jahat, pikirnya. Ia telah bersyukur untuk memiliki Mingyu sebagai teman pertamanya. Namun, kini ia justru dihadapkan dengan kenyataan yang paling pahit. Kenyataan yang bahkan dirinya sendiri belum percayai. Wonwoo ingin melawan takdir dan membawa Mingyu kembali ke sisinya.






"K-kim M-mingyu, katakan jika semua ini hanya mimpi," lirih Wonwoo di sela isakannya.




Hoshi hanya menatap sendu ke arah Wonwoo. Begitu miris melihat keadaan namja yang tengah berjongkok memeluk dinginnya nisan itu. Tanpa berniat mengusik Wonwoo, Hoshi hanya terdiam dan mencoba memahami situasi.














"KIM MINGYUUUUU!"

Duarr

Wonwoo meneriakkan nama Mingyu dengan keras seiring dengan dentuman keras dari awan mendung bercampur petir terdengar memekakan telinga. Rintik hujan yang perlahan turun seolah memahami duka yang dirasakan Wonwoo. Dengan keadaan seperti ini, Hoshi tak mampu lagi untuk diam. Terpaksa ia menarik tubuh lemas Wonwoo menjauh dari tempat itu, lalu membawanya pulang.

























-





































"Wonwoo, bangun."

"Ini aku; Mingyu"

"Bangunlah, kau tertidur terlalu lama. Sebentar lagi bel akan berbunyi. Kita harus segera kembali ke kelas."

Samar-samar terdengar suara bariton menyapa pendengaran Wonwoo, mengusik sang empu yang tengah terlelap. Perlahan, Wonwoo membuka kedua kelopak matanya. Mengerjab beberapa kali seraya menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam retina matanya. Wonwoo mengangkat kepalanya yang semula tertelungkup di atas tumpukan buku di perpustakaan.

Sejenak, Wonwoo ingin berteriak keras, namun ia urungkan setelah menyadari dimana keberadaannya saat ini. Sebagai gantinya, dirinya memekik tertahan dengan mata membola lebar. Sebelah tangannya terangkat untuk menutup mulutnya tak percaya.








"K-kim M-mingyu? Kau masih hidup?," tanya Wonwoo terbata.

"Ya, ini aku."

Sedangkan sosok lelaki berkulit tan di hadapannya hanya tersenyum lebar menampakkan kedua taring panjangnya. Memberikan senyum terbaiknya kepada sang sahabat yang telah menemaninya selama sepekan ini. Mingyu mengangguk pelan dan Wonwoo masih belum juga mempercayai ini. Apakah itu berarti semuanya hanya mimpi?

Wonwoo tak bisa menyembunyikan kebahagiaannya lebih lama lagi. Rasa sesak dan juga sedih yang semula melingkupinya kini telah digantikan dengan tangis haru kebahagiaan. Ia senang semua yang ia lihat hanyalah mimpi, bukannya kenyataan.

Tanpa aba-aba, Wonwoo menerjang tubuh besar Mingyu. Menariknya kedalam pelukan erat dan hangat. Tak peduli apabila seragam Mingyu akan basah oleh air matanya, ia hanya perlu merasakan hangat tubuh sahabatnya.


















"Kau membuatku takut, Mingyu. Aku sangat menyayangimu dan tak ingin kehilanganmu. Meskipun baru sepekan kita mengenal, kau sudah sangat berharga bagiku," ujar Wonwoo di sela isak tangisnya.








Mingyu tidak menjawab dan hanya menganggukkan kepalanya mengiyakan -Wonwoo bisa merasakan gerakannya.






"Aku sangat menyayangimu,Gyu. Aku akan sangat berterimakasih pada takdir jika semua yang terjadi saat ini adalah kenyataan."












Tak disangka, yang terdengar selanjutnya adalah bisikan lirih dari sosok tinggi itu. "Aku juga bersyukur telah mengenalmu selama sepekan ini, dan aku juga berterimakasih padamu karena telah mau menjadi sahabatku. Jangan pernah menyalahkan takdir apabila semua ini hanyalah mimpi. Namun, satu hal yang harus kau ketahui, menyayangi -tidak. Mencintaimu adalah nyata, Jeon Wonwoo. Annyeong."





















Dan setelah itu, Wonwoo tak bisa merasakan hangat tubuh sang sahabat. Bahkan untuk sekedar memberi balasan akan kalimat cheesy itu Wonwoo sudah tak bisa. Karena sosok itu sudah tidak ada. Meninggalkan Wonwoo sendiri terbaring di atas ranjang, di kamar yang tidak ia ketahui siapa pemiliknya, dengan pelipis dan anak rambut yang basah oleh keringat. Tak lupa, mata sipit yang barusan terbuka itu tampak memerah dan begitu sembab. Jejak air mata masih tampak begitu jelas di pipi kemerahan itu. Dan Wonwoo masih membiarkan setetes air mata kembali turun untuk membasahinya.












"Aku juga mencintaimu, Kim Mingyu. Namun maaf karena aku tak bisa untuk tidak membenci takdir. Goodbye."













End.


























Woeee demi apa ini work udah kelarr(;'ຶДຶ ')(;'ຶДຶ ')(;'ຶДຶ ') finallyyyy

Ku gatau ini ending udah pas atau belom, udah ngefeel apa belom, but this is the end :')))

Aku terhura karena akhirnya bisa namatin work :')) /nangis berlian

Dan di sini, aku mau ucapin terimakasih yg sebanyak-banyaknya buat kalian yg udah dukung ff ini dari awal. Baik yg membaca, atau memberi voment. Itu adalah penghargaan tersendiri buat aku sbg writer amatir. Pokoknya terimakasih bgt. Dan maaf apabila endingnya engga sesuai sm ekspektasi kalian :')))

Ini juga baru selesai ketik lgsg publish :')

Anyway, tolong tinggalin review buat work ini, yg siders juga muncul dong, ayok kita kenalan :'))

Okay, cukup saia bacotnya. Kolom hujatan ada di sini .ggg

See you on the next work, chingu-deul! 💕



Regards,
Rin

[✔] One Week Friend ☆ MeanieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang